Bab 16

6.7K 1.1K 46
                                    

Happy reading ya, semoga suka.

As always, ebook already lives on Playstore. GO get it!


Luv,
Carmen

_________________________________________

Dan ada lagi fakta yang baru diketahuinya kemudian. Yang membuat Keira cukup terkejut. Ia tahu Sheikh Rashid adalah keturunan bangsawan tapi tak pernah berpikir kalau pria itu memiliki hubungan langsung dengan Sultan yang berkuasa. Ia cukup terkejut saat Sang Sheikh mengaku sebagai sepupu Sang Sultan, anak dari adik kandung sang penguasa Bhastan. Dengan status sosial dan pengusaha sukses kaya raya, Keira tak percaya pria itu mau terlibat langsung dengannya. Ia, wanita asing, yang lupa ingatan, yang takut pada dunia luar, yang hanya akan menjadi beban.

"Mengapa?" tanya Keira tiba-tiba, memotong ucapan pria itu yang tengah menanyakan apakah Keira masih membutuhkan sesuatu di kamarnya yang sebenarnya sudah terlalu penuh dengan segala kenyamanan.

"Maaf?" Pria itu berhenti, mengerjap dan menatapnya.

"Mengapa Sheikh begitu baik padaku? Mengapa bahkan mendengarkan segala permintaanku? Biasanya... biasanya pria seperti Sheikh tidak akan mau repot-repot terlibat dengan..."

"Kau meminta pertolonganku, bukan?" jawab pria itu tenang sambil menatap matanya. "You asked for my protection, and i decided to give it to you. Apakah itu cukup sebagai alasan, Keira?"

Ia menatap mata hitam pria itu dan merasakan desir di tengah dadanya. Ada hangat yang menyelinap dan Keira tahu ia tak membuat keputusan yang salah. Ia akan dengan tidak tahu malu terus menempel pada pria itu.

"Kau... kau terlalu baik, Sheikh. Aku... aku ingin kau tahu kalau aku sungguh-sungguh berterima kasih."

Senyum memunculkan lesung pipi dalam di kedua sisi wajah pria itu dan Keira tak percaya bahwa seorang pria bisa terlihat begitu indah secara maskulin.

"Is that a compliment?"

"Yeah."

"Well, thanks, Keira." Lalu pria itu diam sejenak, melempar tatapan ke sekeliling kamar yang akan menjadi kamar Keira. "Kurasa lebih baik aku meninggalkanmu beristirahat. Kalau kau perlu apa-apa, aku ada di ruang kerja. Aku akan memanggilmu kalau waktu makan malam tiba."

"Umm... Sheikh," panggilnya pelan saat pria itu hampir beranjak. "Apakah ada sesuatu yang bisa kulakukan untuk membantumu selama aku... tinggal di sini. Uh... aku tidak melihat keberadaan pelayan."

Keira memang tidak tahu malu karena bersikeras menempel di samping pria itu. Tapi ia benar-benar keterlaluan jika membiarkan pria itu memperlakukannya seperti seorang putri. Ia menumpang hidup di sini, sudah selayaknya ia melakukan sesuatu.

Pria itu tersenyum geli menatapnya. "Itu karena aku memang tidak punya pelayan, Keira. Bangunan ini menyediakan jasa housekeeping, so i make a good use of it. Mereka selalu mengirim staf dua kali dalam seminggu."

"Oh."

"Ada lagi?"

"Aku... aku bisa memasak dan mencuci pakaian. Apa saja," tawar Keira lagi.

"Kau bisa memasak?" tanya pria itu.

Keira tidak tahu. Ia tidak ingat. "Aku... aku bisa mencoba."

Pria itu terkekeh pelan. "Jangan cemaskan urusan mencuci. It's part of housekeeping job. Kalau urusan makan, Akhbar yang selalu mengaturnya. Setiap kali aku ada di sini, restoran di bawah akan menyiapkan makanan dan mengantarnya ke atas. Semua menu-menunya sudah diatur asistenku."

Keira mengerjap. Tidak tahu harus berkata apa.

"Keira, aku tidak membawamu ke sini untuk menjadikanmu tukang masak ataupun tukang cuci," lanjut pria itu lagi.

Lalu Sang Sheikh berjalan mendekat, dia berdiri begitu dekat dengan Keira hingga rasa Keira bisa mencium aroma pria dan gurun dan perutnya teraduk pelan. Pria itu menunduk menatapnya dan Keira harus mengakui bahwa Sang Sheikh terlalu tampan dan Keira tak sanggup menatap wajah sempurna itu terlalu lama. Ia tersentak halus saat jari-jari itu meremas pelan pundaknya. Dan jantungnya berdebar begitu hebat sehingga Keira nyaris habis napas.

"Keira..."

Apakah pria itu harus mengucapkan namanya sepelan itu, seperti sedang membisikkan namanya.

"Y... ya?"

Sang Sheikh mendekatkan wajahnya dan berbisik tepat di atas puncak kepalanya.

"Jangan mencemaskan hal-hal kecil. Kau hanya perlu fokus pada dirimu sendiri. Aku sudah mengatur dokter pribadiku untuk melakukan kunjungan."

Dan Keira tidak tahu apakah ia hanya membayangkannya. Tapi ia merasa Sang Sheikh mengusap lembut puncak rambutnya dengan bibirnya. Tapi... tapi Keira yakin itu hanya halusinasinya. Mengapa pula Sang Sheikh harus melakukan hal itu padanya?

How to Please a SheikhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang