Bab 34

4.4K 777 18
                                    

Happy reading, semoga suka.

Ebook available di Playstore.

Luv, Carmen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luv,
Carmen

_________________________________________

Rashid langsung pulang ke penthouse begitu mendapat panggilan dari ayahnya. Benaknya kacau, sama sekali tidak ada yang cocok di logiknya, ia ingin berteriak pada ayahnya karena membawa pria tak di kenal ke penthouse-nya dan membiarkan pria itu berduaan dengan Keira.

Demi Tuhan! Wanita itu lupa ingatan. Siapa saja bisa membuat pengakuan.

Tapi ayahnya tidak tahu tentang hal ini, bukan?

Ia turun dari mobil dan menuju ke lobi pribadi miliknya. Lift itu ada di sana. Dan di sana juga ayahnya berada. Sedang duduk di sofa kulit hitam dan tampak tak senang saat Rashid tergopoh mendekat.

"Father."

"Aku seharusnya tidak memberitahumu. You just run here as fast as..."

"Father!"

"Rash..."

"Father, please!" ucap Rashid lebih keras. "Keira hilang ingatan. Dia tidak ingat apapun. Kenapa dia bisa ada di sini, dan lainnya dan Father membawa pria asing menemuinya?!"

"Pria itu bukan orang asing."

Rashid tak lagi mendengarkan, ia menuju lift dan masuk ke dalamnya. Ayahnya menyusul cepat.

"Dia memiliki identitas wanita itu. Dia bahkan memiliki akte pernikahan mereka."

Rashid menggeleng. "Tidak." Tidak, tidak, itu tak mungkin. Sialan! Rasanya lift ini tidak pernah sampai ke puncak.

"Dan wanita bernama Keira itu tak sekalipun mengelak."

Rashid tidak bisa lagi berpikir. Namun saat itu, pintu lift membuka dan pemandangan di depannya membuat Rashid meledak. Seorang pria bersama Keira-nya dan wanita itu tampak siap bepergian. Sebuah tas hitam diletakkan di lantai di dekat kaki mereka.

"Apa-apaan ini?"

Rashid maju dan menyerbu pria itu. Tangannya di kerah pria itu.
"Siapa kau, hah?"

"Please, Sheikh..." ujar pria asing itu. "Kita bisa bicara baik-baik."

"Bicara baik-baik katamu?"

"Rashid!" Itu suaranya ayahnya, tapi persetan.

"Rashid." Panggilan yang lebih lembut itu membuatnya menoleh. Keira? Keira-nya. "Please."

"Bicaralah padanya, Keira. Katakan padanya, siapa aku."

Keira tampak kebingungan, Rashid yakin itu. Dia tidak mengenal pria itu, Rashid juga yakin akan hal itu. Ia tidak ingin mendengar apapun kecuali bila Keira yang menjelaskan. Dan tidak di sini, tidak di hadapan kedua pria ini. Wanita itu tampak rapuh dan bingung dan Rashid tak ingin dia merasa lebih tertekan.

"Ayo," ujarnya singkat, melepaskan pria itu dan menarik Keira.

How to Please a SheikhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang