Bab 37

6.1K 679 23
                                    

Happy reading, moga suka ya.

Ebook available di Playstore.

Atau bisa diakses di karyakarsa ya

Happy Sunday

Luv,
Carmen

__________________________________________

Setelah orangtuanya meninggal, Keira tak punya pilihan selain tinggal bersama keluarga pamannya. Mereka adalah walinya. Keira tak terlalu mengenal mereka tapi mereka tampak baik dan juga tampil seperti orang baik-baik. Lagipula, itu adalah paman dan bibinya. Seasing apapun, itu jauh lebih baik daripada tinggal bersama orang yang benar-benar asing.

Tapi rupanya, mimpi buruk Keira belum berakhir. Bahkan mungkin baru akan bermula. Ia pindah ke Liverpool, lingkungan baru, rumah baru, sekolah baru - semua itu sudah sulit. Tapi tak ada yang bisa mengalahkan keterkejutannya - keluarga pamannya memperlakukan Keira dengan buruk.

Mereka memberinya kamar yang begitu kecil, setiap hari ia harus membuatkan mereka sarapan dan makan malam juga mengerjakan setumpuk tugas rumah. Ia diberikan uang saku seadanya, kadang bahkan tidak ada. Mereka meneriakinya, mengatakan bahwa dia anak sial yang mencelakakan keluarganya. Seluruh warisan orangtuanya berada dalam genggaman pamannya dan setiap hari perlakuan mereka terasa semakin keterlaluan.

Keira membenci mereka tapi juga tak punya tempat perlindungan lainnya. Puncaknya, pamannya menghabiskan semua sen yang seharusnya menjadi hak Keira di atas meja judi.

Setelah lulus dari high school, Keira kabur dari rumah terkutuk itu. Ia menemukan pekerjaan part time dan bertahan hidup seadanya sambil mengumpulkan uang untuk masuk college. Hidupnya keras, miskin, tapi Keira tak keberatan. Ia tak keberatan berjuang. Setidaknya ia bebas. Sampai satu telepon dari pamannya yang mengubah seluruh hidup Keira.

Ia seharusnya tidak pulang. Ia seharusnya tidak peduli. Tapi pria itu memohon dengan sangat agar ia kembali. Jadi Keira pulang ke rumah itu. Di sana, bibinya memeluk Keira sambil tersedu-sedu. Lalu pamannya memohon. Keira harus menolongnya atau keluarga mereka akan celaka. Pria itu berutang banyak karena judi dan para penagih itu akan membunuhnya.

Awalnya Keira ingin berkata pada pria itu agar pergi ke neraka saja. Buat apa ia peduli? Namun ketika kedua orang itu memohon, menangis, tampak begitu menyedihkan, mengungkit-ungkit tahun-tahun ketika mereka 'merawat' Keira ketika tak ada yang menginginkannya, dan hati nurani Keira melembut. After all, they are her family. Jadi Keira bertanya, apa yang bisa dilakukannya? Ia bahkan tak punya uang.

Keira tak menyangka bahwa ia diharuskan menikah sebagai syarat pelunasan utang-utang pamannya. Alan McCaughty - pria itu dalang di balik semua jeratan utang. Keira awalnya ingin menolak. Keira tentu saja menolak. Tapi ia juga tak tega membiarkan paman dan keluarganya celaka. Di sisi lain, Alan tampil sebagai pria yang cukup sopan, yang mengungkapkan keinginannya untuk menikah dengan wanita baik-baik, bahwa dia akan menjaga Keira dan meyakinkan Keira bahwa pelan-pelan ia akan jatuh cinta.

Sampai hari ini Keira tidak benar-benar tahu mengapa ia mengatakan 'ya'. Mungkin karena terdorong ingin menolong pamannya. Tapi Keira yakin itu hanya sebagian kecil dari alasannya. Ia menerima tawaran pria itu lebih karena alasan pribadi. Keira lelah menjadi wanita bernasib malang, ia lelah menjadi miskin dan terinjak-injak. Keira pikir Alan tipe pria romantis, ia pikir pria itu seperti ksatria dalam film-film, seperti pemeran utama dalam novel dan menyelamatkannya, Sang Cinderella teraniaya.

Pendek kata, Keira termakan rayuan pria itu, terbujuk ucapan manis Alan, pengakuan pria itu bahwa dia jatuh cinta saat menatap foto keluarga di rumah pamannya. 'Menikahlah denganku dan aku akan melupakan semua utang-utang pamanmu.' Keira tidak tahu apa itu cinta, tapi ia juga tidak butuh cinta, baginya itu semua tak penting, ia bahkan tidak pernah jatuh cinta, jadi menikah dengan siapa saja bukanlah masalah. Alan McCaughty berkata dia mencintainya, pria itu tampan dan baik dan juga kaya, lalu kenapa tidak?

How to Please a SheikhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang