Bab 33

4.5K 827 28
                                    

Happy reading, semoga suka

Ebook sudah available di Playstore ya.

Luv,
Carmen

_________________________________________

Keira tahu tidak ada bahagia yang akan berlangsung selamanya. Hanya saja, ia tidak pernah berpikir bahwa bahagianya akan berakhir begitu cepat. Seolah dalam sekelip mata, semua yang dialaminya bersama Rashid menjadi mimpi indah yang singkat, yang menguap hilang ketika realita memaksanya untuk terbangun.

Hari itu, ia tidak memiliki perasaan tak enak. Keira tak menyangka bahwa segalanya berubah dalam sekejap. Siang itu, ketika monitor menampakkan wajah seseorang yang tidak dikenalnya, pria paruh baya berwajah tegas yang belum pernah dikenalnya tapi juga tidak asing baginya. Pria itu memintanya membuka akses ke penthouse. Tentu saja Keira menjadi waspada, ia bertanya was-was, siapa gerangan pria itu.

"Alzam al-Khalid," jawab pria itu tegas. "Apa anakku tidak pernah memberitahu namaku padamu?!"

Sindiran itu tak seberapa. Bukan itu yang membuat Keira terkejut. Jadi... jadi ini ayah Rashid? Dan dengan cepat Keira bisa melihat persamaan itu. Mereka mirip, memiliki banyak kesamaan, yang membedakan hanyalah beberapa dekade yang terbentang.

"An... Anda... Anda ayah Rashid?"

"Wanita tidak sopan, bahkan tidak memberi salam," gerutu pria itu.

Keira terdiam.

"Buka akses lift."

Pria itu memiliki semacam nada yang membuat orang tergopoh menuruti. Keira nyaris tanpa sadar mengikuti perintah itu dan membuka akses lift. Ia lalu berdiri di depan pintu lift, menunggu dengan jantung berdebar dan kaki tangan yang dingin. Mengapa pria itu datang ke sini? Ada apa gerangan?

Saat pintu terbuka, Keira tak memiliki kesempatan untuk memberi salam yang layak ataupun memperhatikan Ayah Rashid dengan lebih baik. Ada orang lain di belakang pria itu. Dan saat menatapnya, Keira membeku. Sesuatu bobol dalam benaknya dan seluruh ingatan itu mengalir. Hanya dibutuhkan satu pria untuk mengembalikan semua sisa yang hilang dari benak Keira.

Ia masih mematung, matanya nanar, saat Ayah Rashid menatapnya jijik. Lalu pria itu kembali menunjukkan rasa tidak sukanya namun kata-kata itu masuk ke telinganya tanpa benar-benar diproses oleh benaknya.

"Kau menipu anakku. This is your husband. Tidak cukup kau membuatnya berzina, kau bahkan membohonginya!"

Keira apa? Ia masih membeku. Tak sanggup membalas. Bahkan untuk melirik Ayah Rashid pun ia tak sanggup.

"Aku akan memberimu privasi yang kau butuhkan, Young Man. Ten minutes and she's out of my son's place, out of my sight."

"Yes, Sheikh."

Please... please...

Tapi kata-kata itu tak sanggup keluar. Sheikh Alzam berbalik dan masuk kembali ke dalam lift. Lalu hanya tinggal Keira dan pria itu.

Alan...

Ya, dia Alan.

Pria itu bahkan tak perlu berusaha, Keira sudah mengingat segalanya.

"Well, Keira. It just us now. Mengapa kau bersembunyi dariku? Seandainya aku tak melihat beritamu bersama pria itu, aku tidak akan pernah menyangka kau bisa ada di sini."

Alan tersenyum dan perut Keira terpilin. Pria itu maju dan Keira mendadak mundur.
"Ja... jangan..."

Ia berteriak saat Alan menerjang maju dan meraih lengannya. Pria itu menyentaknya keras sementara Keira tak sanggup berkata-kata. Ia gemetar. Seluruh tubuhnya gemetar.

"Pasti kau merindukanku, iya kan?" bisik pria itu sambil menempelkan bibirnya ke telinga Keira. "How could you leave your husband? Kita berbagi begitu banyak saat yang menyenangkan, bukan?"

Keira memejamkan mata. "Please..."

"Apa?"

"Lepaskan aku, Alan."

Pria itu melepaskannya lalu menatap Keira. Ia ingat, Keira mengingat semuanya sekarang. Hingga ke detail yang paling kecil. Semua ingatannya yang ditidurkan kini bangun dan saling tumpah-ruah memenuhi kotak ingatannya.

"Aku tidak bersembunyi."

"No?" tanya pria bermata biru cerah itu.

"I lost my memory."

"Ya, tentu saja," ejek pria itu.

"Tapi aku mengingat semuanya sekarang. All of them."

"Bagus." Suara pria itu berubah cerah. "Then let's talk. Kau tidak bisa menghindariku selamanya, Keira. Because... you... are... mine. Tidak akan ada yang bisa melindungimu, tidak juga pria itu, kau pikir kenapa aku mendatangi ayahnya terlebih dulu? Kau akan kembali bersamaku, Keira."

Dan seluruh tubuh Keira terasa panas dingin.

How to Please a SheikhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang