Hiruk Pikuk Berdarah

3.3K 114 11
                                    

"Bantai! Habisi semua! Jangan sisakan satu orangpun penghuni istana Rahuning. Pria, wanita, orang tua bahkan seorang bayipun. Apalagi jika keturunan raja" Perintah Senopati Ardani, petinggi Negeri Rawang Panca Arga yang bertindak sebagai pemimpin seluruh pasukan yang ditugaskan untuk menaklukan negeri Rahuning.

Mendengar titah pimpinannya, seluruh prajurit yang berjumlah ribuan itu pun kesetanan, laksana binatang buas mereka mengangkat senjata dan mengayunkannya ke seluruh penghuni istana Rahuning. Darah membanjir di lantai istana yang agung itu, mayat menghampar laksana bentangan permadani yang terinjak-injak hina.

Jerit tangis perempuan dan anak-anak terdengar memilukan.

Negeri Rahuning hanyalah kerajaan kecil yang tak siap menghadapi serbuan mendadak itu. Andai saja Puteri Amara Nila tidak menolak lamaran Pangeran Cakradana dari Negeri Rawang mungkin perang ini tak akan pernah terjadi.
Tapi apalah daya, nasi telah menjadi bubur. Satu persatu prajurit istana, disusul para petinggi dan senopati jatuh berguguran. Puteri Amara Nila sendiri ditemukan telah bunuh diri di kamarnya.

Di dalam ruang rahasia persembunyian. Raja Herlambang, pemimpin Rahuning tampak gelisah, wajahnya mengelam kaku.
Permaisuri dan tiga orang selirnya tak kuasa menahan sedih dan takut.

"Aku tak tahan lagi dinda, sebagai raja  harusnya aku melindungi negeri ini, bukan malah bersembunyi sembari mendengar mayat-mayat rakyatku jatuh bergelimpangan" Raja Herlambang tak dapat lagi menahan diri. Di perbaikinya zirah perang di tubuhnya serta dicabutnya keris di pinggangnya.

"Jangan, Kanda! Jika keluar Kanda hanya akan mengantar nyawa" Isak Permaisuri Kumala. Sang Ratu beserta tiga orang selir cepat mengerubungi suami mereka.

"Janganlah kalian menahan semangatku ini. Kalian harus pergi, selamatkan anak-anak kita lewat lorong rahasia. Aku akan mengalihkan perhatian mereka. Paman Argacando, bawalah keluargaku ini lari, cari tempat mengungsi yang aman" Titah Raja pada seorang patih. Sementara terdengar banyak langkah mendekat di luar ruang rahasia mereka.

Semua orang mendadak tercekam. Sungguh tak disangka secepat itu pasukan musuh menemukan ruang rahasia itu.

"Dobrak!" Perintah satu suara yang lantang.

"Brakkk!" Pintu ruangan rahasia di bawah lantai itu hancur disusul dengan berlompatannya para prajurit musuh yang tangguh, tak kurang dari dua belas orang. Dua sosok berwibawa menyusul masuk keruangan itu, dia lah Senopati Ardani dan Pangeran Cakradana.

"Kalian! Berani-beraninya mengusik negeriku yang damai" Raja Herlambang merutuk geram.

"Kenapa? Inilah akibatnya jika kau dan puterimu mempermalukan aku!" Bentak Pangeran Cakradana.

"Puteriku tidak mencintaimu, mengapa seorang pangeran sepertimu begitu picik dan tak berbesar hati" Rutuk Raja Herlambang lagi.

Pangeran Cakradana cuma menyeringai saja, dia melirik pada Senopati Ardani sebentar. Lalu dia tertawa mengejek.

"Kau bilang aku tak berbesar hati? Baik akan kutunjukkan bagaimana sikapku jika berbesar hati. Prajurit, bantai mereka! Cincang semua! Jangan sisakan satupun yang hidup!"

Mendengar perintah pangeran itu menyerbulah pasukan musuh. Tak butuh waktu lama Raja Herlambang dan permaisuri serta selir-selirnya tewas.

"Ayah! Ibu" Seorang anak kecil 4 tahun meraung dan berlari  ingin mendekat, namun Patih Argacando cepat memeluk anak itu.

"Hohoho ternyata masih ada keturunan raja laknat itu rupanya" Seru Pangeran Cakradana.

"Tunggu apalagi! Bantai!" Titah Senopati Ardani.

Patih Argacando sekuat tenaga berusaha menyelamatkan pangeran kecil itu. Namun usahanya sia-sia, satu keris kecil menusuk bahu anak itu hingga roboh.

RENJANA DUA PRIA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang