Esa Kanagara

466 53 6
                                    

Prabu Arya Dygta terbangun dan lepas dari ilmu pelumpuh Empu Asmaya. Raja muda ini membuka kedua matanya, ternyata hari telah hampir senja, diluar sana terdengar suara hujan disertai petir yang keras. Akal Dygta masih mengawang-awang mencoba mencerna apa yang telah terjadi.

"Danum" Nama dan kata itu adalah yang pertama kali diucapkannya.

"Danum di mana Danum?" Dygta segera bangkit dari ranjang meski sempoyongan, dia mendengar di kamar sebelah penuh hiruk pikuk disertai tangisan seorang bayi.

Dygta berjalan terseok menuju ruang sebelah. Orang-orang istana yang berkumpul memberi jalan buatnya setelah membungkuk hormat.

Begitu sampai, tangisan bayi semakin keras. Dygta melihat di atas ranjang Rinata tengah tersenyum manis padanya dengan wajah pucat, ramuan penurun panas dibalur di kening perempuan itu.

Mahapatih Munding Laya cepat menghampiri dan memeluknya.
"Selamat Dygta, kau resmi menjadi seorang ayah, anakmu laki-laki" Munding Laya tersenyum bahagia sambil menepuk bahu Arya Dygta.

Arya Dygta langsung terbelalak, wajahnya berubah seketika. Begitu Munding Laya melepas pelukannya Arya Dygta melihat pada Rinata.

"Kanda, putera kita kanda?" Rinata sekali lagi tersenyum.

Arya Dygta melirik pada bayi di sebelah Rinata. Seorang bayi laki-laki yang sehat dengan tangis yang keras. Hati Dygta yang awalnya keras dan beku mendadak cair begitu melihat sosok mungil itu. Entah mengapa Dygta merasa sorot mata bayi itu memancarkan kesan menentramkan seperti sinar mata Danum.

"Anakku" Seru Dygta dengan senyum lebar, dia segera berlari girang ke samping ranjang, menyambar sosok mungil itu ke dalam gendongan. Ajaib sekali tak lama di dalam gendongannya tangis bayi itu hilang berganti dengan senyum mungil. Arya Dygta gemas sekali.

"Dia gagah dan tampan kanda, mirip sepertimu" Ucap Rinata.

"Aku suka matanya, sangat menentramkan seperti mata Danum" Ucap Dygta tanpa sadar.

Rinata wajahnya langsung berubah, ada rasa sakit di hatinya. Ya, bagaimana mungkin sang isteri tidak merasa sakit melihat suaminya masih menyebut nama mantan kekasihnya.

"Nanda Dygta, jangan seperti itu" Tegur Munding Laya. Sungguh dia tak ingin momen membahagiakan ini kembali berakhir kisruh hanya karena masalah cinta di masa lalu.

Rinata sabarkan diri, kembali dia paksakan tersenyum.
"Kanda beri nama anak kita" Ucap Rinata.

"Ah kau benar dinda, aku harus beri nama anak kita. Nama yang paling bagus yang belum pernah pangeran lain miliki" Ucap Dygta bahagia.

Mendengar nada bicara Dygta yang begitu lembut dan bahagia itu, meneteslah air mata Rinata. Inilah kali pertama Dygta berbicara selembut itu padanya.
"Semoga dengan kehadiran anak ini, kau bisa membuka hatimu untukku, kanda" Doa perempuan itu.

"Apa ya nama yang bagus dan gagah?" Dygta bertanya-tanya sendiri sambil membawa anaknya ke dekat jendela kamar, melihat ke rinai hujan diluar sana

"Esa... Esa Kanagara" Ucap Dygta tiba-tiba dengan penuh kegembiraan.

"Esa Kanagara" Ucap Rinata mengikuti. Tak hanya Rinata saja, bahkan orang-orang di ruangan itu semua mengulang menyebut nama itu.

"Bagaimana menurutmu Dinda? Esa adalah Pertama, sedang kanagara adalah mahkota. Nama yang tepat bukan?" Tanya Dygta meminta pendapat.

"Mahkota pertama, gagah sekali kanda, dinda setuju" Sahut Rinata.

Tiba-tiba terdengarlah gempita tepuk tangan semua orang yang sama-sama mengagumi nama itu.

RENJANA DUA PRIA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang