Paket

206 42 4
                                    

"Aku nggak se miskin itu juga buat beli jaket terus minta kamu bayarin Jake." Jelas Jay sembari mengoreksi biodata anak-anak kelas yang bergabung dalam kelas membaca.

"Terus siapa ?." Jake memiringkan kepalanya sembari mengerucut sebal. Soalnya jaketnya bukan punya dia.

"Tanya Ej atau Nicholas coba. Kayaknya cuma mereka berdua yang bisa jadi kandidat besar pasal salah alamat." Jake menghembuskan napas berat. Males banget. Pasti keduanya lagi asik main futsal di lapangan.

"Iya deh. Nanti kalau ketemu Sunghoon, bilangin ya. Siapa tahu dia juga ikutan."

Jay mengangguk.
"Iya. Meskipun aku nggak yakin."

Di sepanjang jalan menuju lapangan tengah, Jake memandangi sekitar dengan teliti. Takutnya nanti ada yang terlewat.

"Hai ketua. Kelihatannya sibuk banget aku perhatiin. Perlu bantuan ?." Isa menyodorkan tangannya, barangkali Jake perlu sesuatu.

"Aduh. Terimakasih banget buat tawarannya. Aku lagi nyari Nicholas sama Ej. Kamu lihat nggak ?."

Isa menunjuk ke arah lapangan yang sedang ramai. Ada tanding futsal main-main.
"Oh. Terimakasih infonya."

Isa buru-buru menahan lengan Jake sebelum pergi.
"Ketua nanti bilangin ke Jiyoon ya suruh ke kelas. Urgent."

Jake hanya mengangguk, meskipun nggak paham kenapa harus dia yang bilang. Ngomong-ngomong soal Jiyoon, dia belum lihat sejak pagi. Padahal biasanya anak itu langganan di mejanya.

Sekarang Jake tahu alasan kenapa Isa meminta bantuannya. Jiyoon lagi main bola ternyata. Paling beda, nggak sadar diri dia sendirian yang pakai rok.

"HEHH MATANYA. KU COLOK NANTI." Suara antek-antek IPS tiga terdengar lantang di arena. Maklum saja, itu yang teriak Doyum. Langganan pemimpin upacara IPS tiga.

Jaehyuk menggaruk kepalanya canggung.
"Aku nggak sengaja beneran. Jiyoon curang, bolanya ditaruh disitu."

"Nggak ada nggak ada. Pelanggan, pinalti ini." Jeongin sebagai wasit dadakan langsung maju ke lapangan dan membubarkan masa.

"Udah kelar. Bentar lagi bel. Nanti siang aja di lanjut."

Satu persatu orang-orang membubarkan diri dari lapangan. Ej dan Nicholas sendiri langsung menghampiri Jake yang duduk di salah satu Tribun.

"Tumben kelapangan."

Jake mengangkat paperbag ditangannya.
"Kalian ada yang mesen ini nggak. Kurirnya salah alamat, aku nggak mesan apapun."

Baik Ej ataupun Nicholas, keduanya menggeleng. Sembari memperhatikan paperbag ditangan Jake sesekali Ej mencuri pandang kearah lapangan. Barangkali menemukan tersangka.

"Itu aku yang pesen. Kata kurirnya Minggu besok, tahunya udah datang." Jiyoon mengambil alih air ditangan Nicholas dan menenggaknya. "Nggak penasaran sama isinya ?."

Jake membuka plastik paketnya dan sedikit tercengang. Ia kira jaket denim, ternyata Hoodie abu-abu dengan tulisan Forever. Tapi nggak masalah, kayaknya cocok.

"Tiba-tiba. Aku nggak ulang tahun ataupun sesuatu. Kenapa ?."

Jiyoon mengetuk jarinya ke dagu mencoba berpikir.
"Kemarin pas aku lagi lihat-lihat online shop. Aku ditanyai tentang alamat rumahku. Ya aku isi aja alamat rumah Jake. Kan rumah kamu udah jadi rumahku buat pulang."

Ej sudah bersiap melemparkan botol plastik ditangannya. Tapi keburu ditahan Nicholas.
"Mencurigakan. Satunya mana ?."

Jiyoon menunjuk Monday yang duduk tidak jauh dari mereka.
"Itu." Terlihat Monday yang dengan bersemangat mengangkat Hoodie milik Jiyoon. Tulisannya Love.

Kan. Apa Nicholas bilang, Jiyoon itu mencurigakan.

"YA TAPI NGGAK GITU JUGA SHIN JIYOOOOOOONNN." Jiyoon mendelik ke arah Ej. Hobi banget ngegas.

"Kamu jangan marah dong gara-gara nggak jadi pacarku. Kita bisa temenan." Demi kerang ajaib. Bukan ini yang Ej minta buat jawaban. "Ini juga aku yang bayar. Jake tinggal pakai. Sat set sat set." Lanjutnya.

Seenggaknya Jake nggak keluar biaya buat chapter ini.

______
Sat set sat set
Yok jadian ?.

[#1] Kita : Jake Shim [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang