6

465 109 2
                                    

"Bibiii.... liat blazer nya aku nggak?" Tanya Jaehee sambil turun ke bawah.

"Ada apa mbak?" Tanya balik bibi agak ngos ngosan. Lari dari kebun belakang soalnya.

"Liat blazer ku nggak?" Tanya Jaehee lagi. Kali ini sambil manyun dikit.

Bibi keliatan lagi mikir. "Blazer yang mana mbak? Blazernya mbak Jaehee kan banyak."

"Yang warna abu abu, aku lagi butuh banget."

"Di lemari kamar mbak emang nggak ada?"

"Enggak ada bi, udah aku cari dari tadi nggak ada sama sekali. Kan blazer yang itu dah lama nggak ku pake."

Jaehee capek berdiri, eh malah duduk di lantai.

"Eh mbak jangan duduk dilantai, dingin itu" ucap bibi berusaha bantu Jaehee berdiri.

Jaehee nurut.

"Coba cari di lemari kamar sebelah mbak, bibi lagi ngurus kebun ini. Harus mandi dulu kalo mau cari blazernya mbak Jaehee."

Pundak Jaehee langsung turun. Lemes dia denger ucapan bibi barusan.

"Kalo mbak Jaehee masih bisa nunggu agak nanti, biar bibi nyelesaiin kebun dulu baru mandi. Nanti langsung cariin blazernya mbak Jaehee."

Jaehee mengangguk pelan. Berlalu pergi ke kamarnya.

Kamar Jaehee sendiri sekarang udah berantakan. Beberapa bajunya ada diatas kasur.

Efek nyari blazernya tadi.

"Gue... kenapa tiba tiba lemes ya?" Gumamnya menatap baju baju yang ada diatas kasur, juga lemarinya yang masih terbuka.

Ia menghela napas pelan. Berjalan ke kamar sebelah dengan langkah berat.

Terakhir kali dia ada disana, tentu aja bareng temen temennya waktu pesta piama.

Sekarang bahkan pintu itu terkunci rapat. Nggak pernah lagi dibuka.

Perlahan Jaehee memutar kunci pintunya.

Begitu pintu kayu berwarna putih itu terbuka, jantung Jaehee berdetak dua kali lebih cepat.

Ia menyalakan saklar yang ada didinding dekat pintu.

Ruangan luas dan rapi itu tampak terasa sepi.

Jaehee melangkah mendekati lemari besar yang bertahun tahun tak pernah ia buka lagi. Kecuali bibi yang selalu membersihkan setiap bulannya.

Tangan mungilnya menarik gagang pintu lemari dengan kuat. Debu debu halus bertebaran disekitar Jaehee. Membuatnya terbatuk batuk.

Tapi batuknya segera berhenti setelah melihat blazer berwarna abu abu tergantung didalam lemari.

"Akhirnyaa..." ucapnya mengambil blazer dengan senang.

Prangg

Pandangan Jaehee teralihkan dengan benda jatuh bersamaan saat ia mengambil blazernya.

"Eh? Ini...."

Jaehee mengambil benda itu dengan hati hati.

Ini...

"Ibu..."

***

"Jadi angin apa yang membuat Jaehee datang kesini?" Tanya wanita paruh baya dengan senyun manis.

Jaehee mencoba tersenyum, tenang.

"Tante kan psikolog, apa tante bisa menebak maksud Jaehee?" Balas Jaehee tenang.

[7] My Earth, My UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang