Bab 2

172 20 67
                                    


Tristian dan Nathan tercengang menatap hamparan padang pasir.

Baru beberapa saat, Tristian sudah merasa kegerahan dan mengikat rambut. "Tidak bisa! Aku mau pulang!" ucapnya. Berbalik badan, tetapi portal dari Invisible Gate telah tertutup.

Nathan yang diam-diam sependapat dengan Tristian pun mengangguk samar dan tampak kecewa.

"Oi, Anak Air!" seru Tristian pada Nathan, "bisa kau buat tempat ini sejuk?"

Nathan menggeleng lesu.

"Kale, keluarkan sayapmu! Cepat! Cepat!" Tristian menarik-narik punggung Mikalea kesetanan. "Keluarkan sayapmu lalu kipas-kipaskan ke arah kami!"

Mikalea menarik diri dari terkaman penyihir gila ini. Ia menatap Tristian kesal sembari memperbaiki pakaiannya. "Bukankah kau lebih menonjol di pelajaran Mantra?" sahutnya sembari memimpin langkah mereka menuju perbatasan pasir yang terlihat samar antara pasir keras dan bisa dipijak dengan pasir lunak yang bisa menenggelamkan.

"Bagus! Siapa tahu Tristian bisa menjadi bintang dari tim lima," sela Elleanor sambil tersenyum ramah. Langkahnya sejajar dengan Tristian.

Tristian memicingkan mata. Senyum Elleanor tampak mencurigakan. "Jadi, kau ras manusia yang diterima di Maple Academy karena kemampuan berbicara dengan hewan dan tumbuhan? Bisakah kaupanggil beberapa tumbuhan di sini agar sedikit lebih sejuk?" sinisnya.

Elleanor makin melebarkan senyumnya yang bisa diartikan bahwa, 'itu tidak mungkin', atau bisa juga diartikan, 'apa kau bodoh?'

Tak berapa lama, gemuruh pasir terdengar disertai getaran. Mr. Jonathan tampak waspada jika tiba-tiba ada hewan berbahaya muncul dari dalam pasir. Namun, dugaannya salah. Pasir bergulung dan membentuk sebuah bangunan kecil berwarna cokelat keputihan. Seluruh mata takjub begitu melihat ada bangunan yang berdiri kokoh dalam sekejap. Mereka mengikuti langkah Mikalea menghampiri tempat itu.

"Kale!" seru seseorang dari dalam bangunan itu dengan raut senang. "Sekolahmu sedang libur?" Wajahnya dipenuhi jenggot.

Mikalea mengangguk. Ia memperkenalkan keempat temannya lalu meminjam beberapa peralatan menyelam pasir yang tersedia.

Saat Mikalea sibuk berdiskusi dengan Mr. Jonathan memilih produk pelindung yang akan digunakan, ketiga temannya lebih sibuk memperhatikan bangunan ajaib ini. Tristian mencoba mencolek dinding. Dinding pasir yang rapuh, dicolek sedikit langsung rontok.

Ide konyol kemudian muncul dari Tristian. "Bocah Air, keluarkan sedikit air di dinding ini!" perintahnya.

Nathan ragu, ia menatap Tristian dan Elleanor bergantian.

"Ide macam apa itu?" komentar Elleanor.

"Kalau begitu, coba kau tumbuhkan biji apel yang kubawa dari Skyship tadi," kata Tristian sembari mengeluarkan tulang apel yang masih ia simpan di saku karena tak menemukan tong sampah sejak tadi.

Elleanor menatap jijik. Kemudian, ia meninggalkan dua laki-laki yang tak bisa diandalkan itu. Ia beralih pada dua laki-laki yang terlihat lebih meyakinkan, Mikalea dan Mr. Jonathan. "Apa ini?" tanyanya begitu Mikalea dan Mr. Jonathan selesai bertransaksi.

"Pakai ini!" ucap Mikalea sembari melepas kacamata Elleanor lalu meneteskan sesuatu di kedua mata.

Elleanor menarik diri, ia berkedip perih sebelum akhirnya ada selaput putih di kedua matanya. Kemudian, mereka menghirup aroma tumbuhan yang menyengat satu per satu di dalam kotak kecil agar bisa bernapas di dalam pasir selama beberapa menit saat menyelam nanti.

Mikalea membagikan penutup telinga kecil sembari menjelaskan mengenai pasir magis di Muhit Alramal ini. "Abaikan jika mereka membujuk kalian untuk membuka penutup telinga!"

The Wandering Caerulea (MAPLE ACADEMY YEAR 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang