Bab 8

87 14 16
                                    



"Siapa mereka?" gumam Mr. Jonathan, tanpa berkedip menatap Tristian di tengah kerumunan sekelompok orang berpakaian zirah.

Mikalea selangkah menyejajarkan posisi di samping guru Zoologi-nya. "Woah! Itu seragam zirah prajurit di zaman sebelum peperangan saudara."

Tristian menghela napas panjang begitu berada di tengah lingkaran prajurit. Dasi yang ia ikat di kepala berkibar, seolah menunjukkan semangat untuk bertahap hidup padahal energinya hanya mampu menata ulang abu-abu mayat para pahlawan pion Whispering Sands yang disebar di Ramadtaal Sand.

Jeritan putus asa yang memohon pada Lord of Greyness sebelumnya hanya mampu membangkitkan tubuh Lord Dabriel—Lord of Greyness I—hingga sebatas lutut kaki. Sisanya hanya mampu membangkitkan prajurit kecil yang mudah dihancurkan hewan dengan tanduk berkilauan itu.

Tristian menatap kaki dengan sepatu boots berat yang terbuat dari tembaga berwarna emas, sedang melangkah tegas seolah memberi perintah pada prajuritnya. Netra hitamnya mengikuti arah langkah sepatu leluhur Lord Raialtan Dabrizield Mal'Ara tanpa berkedip, lalu terheran begitu air mengguyur pasukannya dengan deras.

"Tangkap hewan itu!" titah Tristian menggantikan Lord of Greyness I yang bahkan tak memiliki tubuh dan kepala untuk memberi perintah pasukannya.

Puluhan prajurit berpakaian zirah dari bahan tembaga berbondong menyerbu makhluk besar itu begitu debu kelabu berhenti mengaburkan pandangan.

"Dasar! Bocah Air itu pasti! Kemampuannya sama sekali tidak berguna," gerutunya begitu netra hitamnya memicingkan mata ke arah rombongan Tim Lima yang sedang memperhatikan dari kuil kecil berbentuk Piramida dengan banyak pintu lengkung. Ia mengeluarkan buku catatan sembari memperhatikan setiap pergerakan hewan itu.

Kaki Lord of Greyness I masih terus melangkah tanpa arah, sementara Tristian beristirahat sejenak sembari menuliskan hasil observasinya. Satu per satu prajurit pahlawan yang ditabur di wilayah ini kembali menjadi abu dan tertiup angin tanpa hewan itu mengeluarkan banyak tenaga, sementara Tristian kehabisan energi untuk membangkitkan abu mayat lain.

Elleanor tiba lebih dulu, ia mengeluarkan suara yang membuat gendang telinga Tristian mendengung. Hewan itu seolah paham apa yang Elleanor ucapkan. Ia menunda perlawanan pada prajurit lemah Tristian. Gadis berkepang rambut itu menggerakan tangan seolah memintanya untuk tenang, sementara Tristian tetap menuliskan respons hewan itu saat Elleanor mengajak berkomunikasi.

"Kalian kemari mencariku?" Tristian tampak semringah.

"Tidak. Kami kemari untuk bertanya pada hewan itu tentang bunga caerulea," jawab Elleanor lebih sinis. Ia kembali mengeluarkan suara berdengung yang membuat kepala Tristian makin sakit.

Hewan itu kemudian bersikap seolah tak mengerti apa yang Elleanor katakan atau mungkin ia mengabaikan kata-kata Elleanor.

"Apa kemampuanmu sudah menghilang sekarang?" ledek Tristian tanpa sedikit pun lengah mengawasi pergerakan hewan yang kembali menatapnya sebagai mangsa.

Elleanor tertawa, balas mengejek, "Bagaimana jika aku mempersilakannya untuk mengejarmu?"

Tristian mengangkat sebelah alis dengan sudut bibir yang terangkat sebelah. Ia merentangkan tangan, seolah sedang memamerkan pasukannya meski hanya tersisa hitungan jari.

Hewan yang Mikalea sebut karkadann itu mengambil ancang-ancang ke arah Tristian. Tanpa pikir panjang, ia menerjang pasukan Tristian satu per satu hingga kembali menjadi abu. Tristian berlari kencang meski paru-parunya telah mengecil, diikuti sepatu Lord of Greyness I yang setinggi lutut. "Awas kau, Elle!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 29, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Wandering Caerulea (MAPLE ACADEMY YEAR 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang