Halaman luas dengan pilar megah yang dihubungkan dengan lengkungan bernuansa emas itu terlihat mewah. Kubah mewah dari beberapa bagian bangunan istana tampak menyilaukan. Mikalea tak mampu menahan senyumnya. Dadanya turut merasa antusias begitu kakinya menginjak tanah Cerulea dan mata abu gelapnya menatap langsung bangunan Dubbabriel Castle.
"Hei, di mana prajurit yang dikatakan penjaga portal tadi?" bisik Tristian.
Kelimanya masih tertegun di jalan masuk menuju Dubbabriel Castle. Begitu langkah pertama, patung di sepanjang jalan pun memainkan alat musik yang dipegang.
Tristian tersentak. Seseorang dari kebun kecil dekat kolam menghampiri kelimanya dengan senyum. "Selamat datang!" Pria tua itu menyambut Tim Lima dengan tergopoh. Ia membawa gunting kecil dan sekeranjang anggur hijau.
"Halo, Tuan Tukang Kebun!" sapa Tristian.
Sementara itu, Mr. Jonathan memberi salam dengan sedikit membungkuk, diikuti siswa lainnya.
"Kami tim dari Maple Academy ...."
Belum selesai Mr. Jonathan memperkenalkan diri, pria tua itu memotong dengan tawa elegan sembari melepas sarung tangannya. Kemudian, seorang kurcaci muncul entah dari mana, berjalan tergopoh menyambut keranjang, gunting, dan sarung tangan pria tua itu. Sekejap, pria tua dengan pakaian berkebun itu berganti penampilan menjadi sangat mewah.
Dari dalam barisannya, Mikalea menundukkan badan dan pandangannya. Satu tangan menyilang di dada lalu ia mengucap, "Salam, Lord Raialtan Dabrizield Mal'Ara."
Keempat temannya terkejut dan lekas mengikuti Mikalea dengan canggung.
Lord of Greyness tersenyum ramah dengan wajah dipenuhi jenggot dan kumis yang mulai beruban. Tangan hangatnya segera menepuk rombongan yang datang dari jauh ini. Ia mengangguk. "Mikalea Midagad, aku pernah mendengar tentangmu."
Mikalea sedikit mengangkat kepala lalu menatap canggung Lord of Greyness penasaran. Namun, takada jawaban untuk memuaskannya.
Tristian memperhatikan jari tangan kiri Lord of Greyness tanpa berkedip. Seluruh jarinya dipenuh cincin batu mulia berbagai warna yang berkilauan, sementara tangan kanannya menggunakan sarung tangan mewah terbuat dari emas.
"Aku sudah menunggu kalian sambil berkebun," ucapnya sembari mengangkat tangan kanan. Patung di sepanjang jalan pun berhenti memainkan musik sambutan.
Kelimanya mengikuti langkah Lord of Greyness menyusuri pilar dengan lengkung khas di latar Dubbabriel Castle. Meja besar yang dipenuhi hidangan pun menarik perhatian, ditambah aroma khas daging asap, menggugah perut Nathan.
"Sepertinya aku lebih suka tinggal di tempat ini daripada harus kembali ke Maple Academy," bisik Tristian di telinga Elleanor. Ia bahkan sudah menyimpan kipas kecilnya di dalam tas. Hidupnya mulai damai sejak menginjakkan kaki di New Caerula.
Meja besar yang bahkan bisa digunakan bersama seluruh siswa Maple Academy itu hanya digunakan oleh enam orang. Ada patung kusam wanita setengah badan di meja. Sebuah ornamen meja makan yang unik.
Lord of Greyness duduk di kursi utama, mempersilakan semuanya untuk makan, sementara beberapa kurcaci campuran goblin melayani di setiap suapan. Ia selalu tersenyum ke arah patung di tengah meja.
"Apa patung itu juga bisa hidup, Yang Mulia?" tanya Nathan.
Pria dengan jubah emas diwarnai pernik permata warna-warni itu menggeleng, membuyarkan pikirannya sendiri. "Ah, tidak! Versi asli dari patung itu sedang menikmati waktunya bersama para dayang," jawabnya, "istriku." Dia memperjelas begitu melihat tatapan bingung tamunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wandering Caerulea (MAPLE ACADEMY YEAR 2)
Fantasía[UPDATE SELASA & JUMAT] Tim Lima field trip di Winterland beranggotakan Mikalea, Tristian, Nathan, Elleanor, dan Mr. Jonathan sebagai guru pendamping. Tim ini terlihat menonjol karena ketidakkompakannya sejak awal keberangkatan dari Maple Academy. K...