{D&B}

7.6K 1.1K 182
                                    

BUDAYAKAN VOTE DAN COMMENT

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BUDAYAKAN VOTE DAN COMMENT

JADILAH READERS JANGAN JADI SIDERS!

Selamat membaca


[BELLA POV]

     Ku lihat lewat jendela langit mulai bewarna gelap menandakan hari mulai malam. Aku menghela nafas gusar, menunggu Bee yang sedang tertidur di atas brankar rumah sakit. Hatiku teriris sakit melihat keadaan Bee yang terlihat sangat menyedihkan. Anak sekecil itu harus merasakan kesakitan. Ini semua salah ku tak seharusnya aku meninggalkan Bee sendirian dengan bu Sakira.

     Bee demam karena kerkurangan air asi. Persediaan air asi yang kuberikan pada bu Sakira telah habis sehingga membuat Bee dehidrasi.

     Ku tekan erat perutku yang terasa sangat sakit karena belum makan sedari tadi dan juga mungkin efek nasi basi yang telah kumakan beberapa hari lalu. Aku ingin sekai membeli nasi tapi dengan apa aku membelinya. Aku tidak memiliki sepeserpun uang untuk gunakan membeli nasi. Bahkan untuk biaya rumah sakit Bee aku dibantu oleh dokter yang menangani Bee.

     Tak lama dokter bernama 'Marcel Ervando Dafio' datang masuk ke ruangan dimana Bee dirawat.

     "Selamat malam ibu Bella." sapa dokter Ervan padaku. Dokter Ervan terlihat begitu tampan dan gagah. Bisa kutebak sepertinya umur dokter sekitar seumuran dengan Daniel. Mengingat Daniel membuat mood ku menjadi hancur.

     "Selamat malam juga dokter." jawabku sopan. Aku sangat berterimah kasih dengan dokter Ervan yang telah baik mau membiayai biaya perawatan Bee.

     Ervan tersenyum manis menatapku. Dia menatapku seperti sudah lama kenal dengan ku.

     "Saya ingin memeriksa keadaaan Bee. Mohon ijin."

     "Ah iya. Silahkan dok."

     Ervan mendekat ke arah Bee yang masih terpejam karena obat bius. Ervan memeriksa mulai dari bagian mata, detak jangung dan lainnya. "Bu Bella. Bee boleh pulang besok. Keadaanya juga sudah mulai kembali membaik." kata Ervan setelah selesai memeriksa Bee.

     Aku mengangguk lega. Akhirnya Bee diperbolehkan pulang. "Baiklah dokter. Terimah kasih atas semua bantuan yang anda berikan. Sekali lagi saya terimah kasih."

     Ervan berjalan mendekatiku. "Tidak perlu berterimah kasih bu. Oh ya, apa anda sudah makan?" aku menunduk malu. Aku malu karena dokter Ervan terlalu berbaik hati padaku. Bahkan Daniel suamiku sendiri tidak sebaik dokter Ervan yang hanya seorang dokter yang menangani Bee.

     "S-sudah dok. T-"

     "Jangan berbohong bu. Saya seorang dokter, saya tahu mana orang yang sudah makan atau belum." aku menggaruk tengkuk ku yang tidak gatal. Aku sempat bingung, benarkah dokter bisa tahu mana orang yang sudah makan atau belum karena menurutku itu aneh sekali.

     "Mari bu. Saya yang akan traktir. Tidak usah sungkan, anggap saja saya teman anda."

     Akhirnya aku pun mengangguk menyetujuinya dari pada aku harus mati kelaparan. "I-iya dok. Sekali lagi terimah kasih. Maafkan saya telah menyusahkan anda."

     "Anda tidak menyusahkan sama sekali. Saya malahan sangat senang bisa membantu anda. Mari bu." Ervan mempersilahkan ku ikut dengan nya. Aku pun dengan langkah pelan mengikutinya. Dia sepertinya mengajak ku ke arah kantin yang berada di rumah sakit. Kami memilih duduk di meja paling pojok.

     Tanpa mereka sadari. Daniel menatap tajam ke arah Ervan dan Bella yang terlihat dekat. Tangan Daniel terkepal erat, niatnya kesini baik. Ingin memberikan bingkisan buah untuk Bella atas suruhan Cyra. Tapi apa yang sekarang Daniel lihat. Bella, si iblis itu masih saja belum tobat.

     "Seorang iblis tetaplah iblis!" desis Daniel tajam.

_______

[DANIEL POV]

     Aku membanting bingkisan buah itu di parkiran rumah sakit hingga buah berjatuhan. Bella masih saja belum berubah setelah banyak sekali siksaan yang aku berikan pada wanita iblis itu. Kemudian aku memilih masuk ke dalam mobil. Di sana aku duduk bersandar menenangkan kobaran amarah. Aku sangat membenci Bella. Aku ingin menghancurkan Bella hingga tidak bersisa.

     Brak

     Gebrakan terdengar ketika aku memukul stir mobil ku dengan keras. Nafasku menggebu-gebu. Tiba-tiba saja tubuhku terasa menggigil, mataku memerah berair. Inilah tandanya aku membutuhkan obat itu. Aku sangat membutuhkannya.

     Dengan segera aku membuka dashboard mobilku, disana aku menemukan banyak sekali barang haram yang memang ku sediakan. Aku mengambilnya kemudian meletakan bubuk itu ditangan lalu menghirupnya dengan perlahan. Argh inilah namanya surga dunia. Narkoba.

     Aku tertawa terbahak bahak. Narkoba mampu membuatku sejenak melupakan masalah pelik di hidupku. Dengan masih di pengaruhi obat itu, aku menyalakan mobil ku tapi sebelum itu aku menyalakan musik dj dengan volume full. Aku pun menekan gas mobil ku dan mobil pun mulai berjalan.

     Saat ini aku ingin menuju bar mencari wanita yang bisa diajak sex. Di tengah jalan aku berteriak sambil menyanyi kencang. Pengaruh obat itu sangatlah menggila hingga mampu membuatku melayang seperti diudara.

     "Cyra hanya milik ku!  Dan Bella si iblis itu pantas mati!" teriak ku kencang sambil melepaskan stir mobil. Hingga karena itu mobilku berjalan tanpa tentu arah. Sebuah truk berukuran besar tanpa kusadari berhenti di tepi jalan. Aku pun panik dengan segera aku menggapai stir mobil tapi kelajuan mobil ku membuat ku terlebih dahulu menabrak bagian belakang tersebut.

     Brak

     Mobil ku menabrak bagian belakang truk dengan keras hingga membuat diriku juga ikut mengenainya. Aku berteriak kesakitan meminta tolong.

     "Tolong!"

     "Tolong!"

     Aku berteriak berkali-kali. Kaki ku terjepit sesuatu hingga rasanya akan patah. Aku mencoba meloloskan diri sendiri tapi kepalaku merasa pusing dan aku pun pingsan tak sanggup merasakan pusing dikepalaku.

_______

[AUTHOR POV]

     Daniel di bawa ke rumah sakit. Di sana para dokter membawa tubuh Daniel yang dipenuhi lumuran darah. "Cepat! Dia bisa kehabisan darah." teriak salah satu perawat memerintah agar cepat mendorong brankar.

     Bella baru saja keluar dari kantin rumah sakit mengisi perutnya atas traktiran Evran, sedangkan dokter Evran lebih dulu meminta ijin karena ada jadwal oprasi yang harus ia lakukan. Saat Bella lewat depan Ugd dia dikagetkan dengan teriakan perawat yang nampak panik. Bella menajamkan matanya siapa yang telah mengalami kecelakaan hingga membuat banya perawat panik.

     DEG

     Bella tertegun. Daniel? Suaaminya itu. Tengah terbaring lemah di atas brankar dengan banyak lumuran darah. Jadi yang mengalami kecelakaan Daniel. Lantas Bella langsung ikut berlari ke arah Daniel dan berteriak histeris.

     "Daniel. Hiks." bagaimana pun Daniel adalah suaminya. Para perawat mencegah Bella masuk saat brankar Daniel masuk ke ruangan ICU.

     "Mohon maaf bu, anda di larang masuk. silahkan tunggu diluar untuk sementara." Bella menangis sesegukan. Dia duduk di kursi tunggu di depan ruang ICU. Sejahat apapun Daniel. Daniel tetaplah suaminya. Bella berdoa Daniel akan baik-baik saja.



Tim Ervan?

Tim Daniel?

Next?

DESTROYEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang