Nine

628 101 6
                                    

"Jadi gitu Kak, maaf, semua salah gw."

Haruto menunduk dalam. Rasa bersalah dan penyesalan tiba-tiba menyerang nya.

Matanya berkaca-kaca saat mendengar penjelasan Haruto tentang Jeongwoo.

"Anjing." Desis Yedam. Tapi masih bisa di dengar sangat jelas oleh haruto.

Haruto cukup terkejut mendengarnya. Tapi dia tidak merespon.

"Jadi?? Jeongwoo ditabrak? Terus sengaja dibawa kejalan itu?? Dia kesakitan berapa jam Haruto!! Hikkss.."

"Sekitar dua jam dia dibiarin dijalan."

Yedam menangis dibuatnya. Dia tidak membayangkan betapa kesakitannya Jeongwoo saat itu.

"Gimana sama Jingga?"

Haruto mengangkat bahu acuh. "Bakal membusuk dipenjara."

"Syukur deh. Kenapa bisa dia nekat banget kaya gini? Perasaan dulu gak gini?"

"She is obsess with me. Dan malah menempatkan Jeongwoo sebagai penghalang diantara dia sama gw. Intinya dia gila. Sakit jiwa."

Yedam menghapus air matanya dan mengangguk mengiyakan perkataan Haruto.

"Mashiho udah tau?"

"Waktu di grebek kak Mashi kebetulan lagi dirumah si bangsat."

"Pasti Mashi merasa bersalah banget ya sama Lo?"

"Dia nangis gak berenti-berenti dari kemaren. Dia gak sekolah juga kan tadi ya? Pagi-pagi udah stay disini."

"Iya, gak sekolah tadi dia. Bareng junkyu gak?"

Haruto mengangguk kecil. Dan menengguk minuman nya.

"Jeongwoo udah bisa di jenguk kedalem?"

"Udah. Cuma harus pake baju khusus. Lo mau jenguk?"

Yedam ingin sekali menjenguk Jeongwoo, tapi ini udah sore banget, dia belum pulang. Ditambah lagi pasti dia bakal nangis Bombay nanti.

Ini aja udah merah banget pasti muka Yedam.

Dan kalau orang tuanya nanya-nanya ada apa sama dia mau jawab apa? Wong Yedam alesannya less bahasa tadi.

"Mungkin besok Sabtu bareng temen-temen deh. Gw pasti nangis, gak berenti-berenti. Dan nanti mau alesan apa sama ortu?"

"Hahaha..yaudah, maaf gw gak bisa nganterin Lo, tapi udah gw pesenin taksi tadi."

"Anjir! Gausah gapapa heeeh?"

"Udah, hayuk, gw anter sampe luar."

Yedam pasrah, "Yaudah deh. Makasih ya."

Haruto hanya mengangguk. Lalu mereka berjalan beriringan di koridor rumah sakit.

"Anterin sampe depan pager nya ya pak?"

"Siap den!"

"Makasih sekali lagi Haruto. Gw bener-bener berharap Jeongwoo bisa secepatnya bangun. Kalau bisa, besok gw kesini dia udah sadar deh."

"Amin..amin kak. Hati-hati."

"Betewe muka gw merah gak? Males ditanya-tanya nya nih."

Haruto menggeleng. "Enggak terlalu kok. Lo bawa bedak gak?"

"Bawa-bawa. Yaudah, gw pulang dulu."

Haruto mengangguk.

Lalu Yedam sedikit tersenyum, dan berlalu masuk kedalam taksi.

Adek kakak zoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang