Chap 9

251 37 6
                                    

Semua karakter milik Masashi Kishimoto sensei
Thor cuma pinjam tanpa izin
Ide asli milik thor
Genre : magic, fantasy, romance
Pair : rahasia
Sifat karakter berbeda dengan versi anime
Terkadang ooc
Cerita gaje, author amatir
Typo bertebaran




Happy reading



Deidara dan Hidan menatap tajam pada Naruto yang sedang melangkah mundur sambil membopong tubuh Sasuke.

'Bagaimana ini? Aku tidak mungkin membiarkan nyawa pahlawan negeriku lenyap sebelum melepaskan kekuatan es abadi,' suara hati Naruto. Bingung dan panik.

"Lepaskan aku, Naruto! Aku masih bisa berjalan sendiri!" pinta Sasuke sudah mulai sadar dari pingsannya.

"Se-senpai sudah sadar?" tanya Naruto melepaskan pegangan tangannya pada pundak Sasuke.

Sasuke berdiri tegap. Kedua matanya langsung berubah warna menjadi berwarna merah. Tangan kanannya memegang sebilah pedang yang entah datang dari mana.

"Apa senpai baik - baik saja?" tanya Naruto merasa cemas.

"Hn." Sasuke tersenyum sinis. "Naruto, apa kau bisa mengulur waktu dengan melawan si pirang itu?"

"Eh? Maksud senpai melawan banci berambut pirang itu?" tanya Naruto sambil menunjuk Deidara yang sedang memakaikan memoles kutek berwarna merah di jari tangan kirinya.

Deidara menoleh pada Naruto. "💢Siapa yang kau sebut banci, bocah pirang pendek?!" maki Deidara, tersinggung.

"Kau. Memangnya siapa lagi? Pria ubanan itu kayak preman. Kalau kau malah mirip banci," balas Naruto menunjuk Hidan dan Deidara dengan ekspresi wajah polosnya.

Hidan tak menghiraukan ocehan Naruto. Sekarang ia sedang bersiap untuk menghadapi Sasuke yang mulai menyerangnya dengan berbagai jurus yang ia kuasai.

Sasuke tak mau kalah dalam bertarung dengan sosok pria aneh yang baru ia kenal. Ia pun menggunakan pedangnya untuk melawan Hidan yang juga menggunakan senjata anehnya.

"Hei, anak muda rambut ayam! Aku ke sini untuk mencari seorang gadis ajaib, bukan untuk bertarung denganmu," kata Hidan. Gerakan Sasuke menggunakan pedangnya sangatlah lincah.

"Aku tidak peduli. Aku bertarung denganmu karena kau telah membuat onar di kota ini dan aku harus membunuhmu, pria aneh sialan!!" balas Sasuke dengan tatapan tajam. Serangannya bertubi - tubi menyerang Hidan.

"Cih, dasar merepotkan. Deidara!! Siapkan ledakan!! Kita ledakkan dua bocah ini!" perintah Hidan.

"Hei! Aku bukan babumu, kakek penyembah dewa Jashin!" bantah Deidara.

'Apa? Mereka mau meledakkan kota ini? Yang benar saja! Aku takkan tinggal diam. Aku akan kabur dan sembunyi lalu berubah menjadi gadis ajaib,' suara hati Naruto. Ia diam - diam berlari ketika Sasuke dan Hidan sibuk bertarung.

Deidara memang terlihat enggan untuk melakukan perintah Hidan tapi ia harus melakukannya. Lagipula ia sangat suka meledakkan sesuatu. Terlebih meledakkan kota yang dipenuhi banyak orang. Sangat Deidara senangi.

Bahan peledak pun telah siap untuk dilempar. Deidara tersenyum puas menyaksikan hasil mahakaryanya. Saat ia menoleh pada Naruto, Naruto tidak ada di tempatnya.

"Ke mana si bocah kuning itu? Apa dia kabur? Cih dasar bocah pengecut! Dia malah meninggalkan temannya yang sedang bertarung melawan musuh!" seru Deidara. Kesal. Ia ingin Naruto menjadi korban pertama yang merasakan dahsyatnya peledak yang telah ia buat.

Princess in Disguise (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang