1O

2.3K 655 140
                                    

"Kenapa di sini?"

Jihoon menatap Yedam yang sedang terdiam di depan pohon mangga milik keluarganya. Wajah Yedam pucat, seperti orang yang tidak makan berhari-hari.

"Ada.. hal yang mau gue omongin, Kak." Yedam menatap Jihoon dibawah redupnya rembulan, ceilah kata-katanya.

"Ada apa? Bukannya lo sakit?" tanya Jihoon. "Seharusnya lo langsung pulang aja, kan ntar bisa lewat hape ngomongnya."

"Nggak bisa, bahaya."

Wajah Yedam nampak serius, Jihoon tiba-tiba saja merasa hawa di sekitarnya berubah. Ia merinding.

"Kenapa?" tanya Jihoon, takut-takut ia menoleh ke arah pohon mangganya. Takut ada sesuatu yang keluar dari sana.

"Kak Yoonbin bohong, Kak Ji."

"Hmm?"

"Dia dapat hape jadulnya. Tadi gue lihat dia nyembunyiin di rak sepatu. Gue nggak tahu, tapi kayaknya dia bohong ke kita," ujar Yedam. "Tadi gue lewat rumahnya sebelum ke bengkel, ada Kak Junkyu juga di sana."

"Maksud lo... dia sebenarnya dapat?"

"Iya, gue nggak tahu tujuannya apa dia bohong ke kita."

"Lo masak kelihatan? Posisi lo sedeket apa emang sama rumah Yoonbin?" tanya Jihoon bingung.

"Gue ngomong ini karena percaya sama elo, Kak. Gue sejujurnya beberapa kali ini suka ngikutin Kak Yoonbin, dia juga sering ketemu sama Kak Junkyu diem-diem. Walaupun gue nggak tahu ngapain."

Jihoon terdiam sejenak, ia menatap Yedam yang menampilkan wajah pucatnya. Ekspresinya datar, tidak ada perubahan yang drastis.

"Oke lah kalau lo percaya sama gue. Tapi, masalahnya gue belum percaya sama lo, Dam."

"Ck, jangan kocak deh, Kak."

"Apa?" Jihoon benar-benar tidak mengerti maksud ucapan Yedam.

"Lo lupa siapa yang paling baik acting di antara kita?"

"Siapa?"

"Kak Mashiho."






























































"Ini air apaan? Ngompol ya lo!"

"B-bukan, hei! Jangan nuduh dulu, Kak!"

Haruto berteriak panik, pakai urat lagi. Ia tadi malam menginap di rumah Yoshi, semalam doang kok.

"YA TERUS INI KARENA APA?!" Yoshi yang kalem jadi ganas. Masalahnya ini tempat tidurnya basah, tepat di tempat Haruto tidur. Air tapi baunya pesing gitu lah.

"Ck, gue nggak ngompol!" elak Haruto lagi.

"Ya terus ini air apa, bambang?! Jawab aja nggak bisa kan elo." Yoshi menutup hidungnya, ia benar-benar tidak habis pikir. Haruto umur berapa ei? Masak ngompol, di rumah orang lagi.

"Bukan, Kak. Beneran!"

"Beneran? Bohong gue tendang elo!"

"Ck." Haruto menghela napasnya, mengerucutkan bibirnya. "Iya-iya, gue ngompol. Tapi gue bisa jelasin, Kak—"

"ARGHHH, STOP! KELUAR LO DARI KAMAR GUE!"

"Kak, jangan gitu lah. Gue juga masih punya hati nurani." Haruto menatap Yoshi dengan tatapan memelas. Tidak, Haruto tidak mau pegi dari rumah Yoshi karena diusir. Harga dirinya terluka sekali, apalagi diusir karena ngompol.

Mr. Killer | Treasure ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang