°•Mulai Serius°•

475 91 64
                                    

Jangan terlalu bahagia di satu saat, karena rasa sedih akan datang setelah hari bahagiamu.

Mungkin itu yang Heejin rasakan.

Setelah menghabiskan waktu menyenangkan dengan Jaemin, Heejin kembali menghabiskan waktu memuakkan bersama orang tuanya.

Hidupnya terus berputar seperti ini.

Papanya yang kasar dan mamanya yang berselingkuh.

Ah, memuakkan.

○•°○•°○•°○•°

Heejin yang baru pulang dari sekolah mendapati Mba Darmi yang langsung menghampirinya.

"Non! Nyonya pulang!" Ucap Mba Darmi dengan nada panik.

Sebenarnya Mba Darmi juga tertekan harus terus kerja di sini.

Tapi apa boleh buat, kita semua butuh uang untuk bertahan hidup bukan?

Heejin menghela napas panjang, "Di kamar ya? Yaudah, aku ke kamar mama dulu ya, Mba." Balas Heejin menuju ke kamar mamanya.

Mba Darmi mengangguk resah.

"Iya, kamu tenang aja."

Belum sampai masuk ke kamar sang mama, Heejin sudah bisa mendengar suara Heerin yang tengah berkomunikasi lewat ponsel genggamnya.

"Setelah aku cerai, kita bisa langsung nikah!"

Heejin tercengang mendengar penuturan sang mama dengan suara girangnya itu.

Mamanya ingin bercerai?

Itu suatu hal yang baik atau?

"Apa? Anak aku? Haha gimana ya–"

Heejin mendekatkan dirinya ke arah pintu–berusaha mendengar lebih jelas percakapan Heerin dengan seseorang yang gadis itu duga sebagai 'selingkuhan' mamanya.

"Aku takut suami aku ngambil hak asuhnya duluan."

10 menit kemudian percakapan mamanya itu selesai, Heerin melempar ponselnya ke ranjang.

"Ah! Kenapa juga dia mau aku bawa Heejin! Bikin repot aja anak itu."

Heejin kembali menghela napas panjang, ia khawatir tentang semua hal yang akan terjadi di masa depan.

Pasti kalian juga pernah khawatir tentang masa depan kan?

Khawatir tidak sukses padahal kerjaannya main hp sama rebahan terus atau–

Khawatir semakin malas di masa depan padahal emang?

Pokoknya Heejin sedang merasakan rasa 'khawatir itu'.

Heerin memoleskan pewarna bibir ke bibirnya kemudian keluar dari kamarnya. "Ma." Sapa Heejin yang mendapati mamanya keluar kamar.

"Sialan banget." Maki Heerin tanpa melirik Heejin sedikit pun.

"Mama mau pergi?" Tanya Heejin seolah tak peduli bahwa ia sedang diabaikan. Mendengar pertanyaan anak tunggalnya itu Heerin langsung pergi begitu saja tanpa berniat membalas.

Hi! Friend!  | Jaemin Heejin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang