°•Pelukan°•

647 90 95
                                    

Papa Heejin menjambak rambut putri tunggalnya, "Harusnya dari awal kamu mati!" Kata sang papa menatap Heejin dengan penuh amarah.

"Kamu anak dari wanita murahan! Harusnya kamu sadar diri!" Bentak papanya sembari menarik dagu Heejin.

Plak!

Satu tamparan mendarat di pipi Heejin yang membuat gadis itu sedikit tersungkur ke belakang.

"Kenapa kamu terus-terusan ngebela wanita peselingkuh itu sih?! Bahkan sampe dia mati kamu gaakan dianggap anaknya!"

Kata-kata itu terasa lebih sakit daripada tamparan yang papa nya berikan.

Hanya beberapa kalimat namun mampu membuat gadis itu menahan tangis.

Mengapa?

Mengapa terlalu sulit bagi Heejin untuk membenci dan mengabaikan wanita yang telah melahirkannya itu?

"Kamu pengen ngegantiin mama kamu? Oke!" Ucap Papanya sembari menyeret Heejin ke kamar mandi.

Semakin lama, Heejin merasa terbiasa dengan makian dan kekerasan fisik yang ia dapatkan dari papanya.

Setidaknya, bagi dirinya itu lebih baik di banding melihat sang ibu terluka.

Tanpa banyak bicara papa nya mendorong Heejin ke tembok kamar mandi dan mulai mencekik anak tunggalnya itu.

Heejin tak bisa bernapas, wajahnya memerah menahan sakit dan sesak di bagian dadanya.

"Cuma sebentar. Ini gak akan lama." Batin Heejin.

Heejin tau papa nya itu taakan membunuhnya, setidaknya untuk sekarang ini.

"P-pa." Panggil Heejin dengan tersendat-sendat akibat cekikan yang diberikan papanya itu.

"P-pa s-sakit." Lirih Heejin lagi dengan napas yang sedari tadi tercekat.

Papa nya melepaskan cekikannya namun membanting tubuh kecil Heejin ke lantai. Heejin terbatuk dan memukul-mukul dadanya kesakitan.

Tak lama kemudian Heejin mulai bisa bernapas lega namun tak sampai 5 menit gadis itu lega dirinya sudah ditarik kembali.

Plak!

"Anak kurang ajar!"

Plak!

"HARUSNYA KAMU GAK LAHIR!"

Plak!

"MATI KAMU!"

Berkali-kali tamparan keras didapatkan Heejin, pipinya mulai memerah dan sudut bibirnya mengeluarkan darah.

Papa Heejin kembali menjambak rambut Heejin dan menarik gadis itu ke bathtub.

"Jangan ini lagi. Sakit pa." Batin Heejin.

Papanya menenggelamkan wajah putrinya di dalam bathtub yang sempat ia isi air. Satu tangannya menekan kepala Heejin agar terus berada di dalam bathtub dan tangan kirinya ia gunakan untuk mencengkram bahu Heejin.

Sakit

Sakit

Sakit

Mungkin hanya kata itu yang ada dibenak Heejin sekarang. Ia kesakitan, fisik dan hatinya sakit.

Heejin mulai berontak ketika ia benar-benar kehabisan napas namun papanya itu tak kunjung melepaskannya.

Heejin tak mau mati hari ini.

Ia mau meninggalkan dunia setidaknya dengan senyuman.

Ia tak mau mati karena ayahnya sendiri.

Tubuh gadis itu mulai melemas, ia tak lagi berontak di dalam air. Saat menyadari putrinya mulai melemas, sang papa menarik Heejin keluar dari bathtub dan melemparnya ke lantai.

Hi! Friend!  | Jaemin Heejin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang