😒Part 4🥺

12 3 0
                                    

Sebuah mobil berjenis hatchback berjalan melewati pagar memasuki pekarangan rumah besar berlantai tiga.

Saat kendaraan beroda empat itu berhenti, sang pengemudi yaitu Yardi langsung turun dari mobil, berjalan memutari bagian depannya, dan membukakan pintu bagian sisi kiri mobil. Yardi menyuruh istrinya untuk segera turun juga.

Alesha masih membisu diam, saat kakinya sudah menyentuh tanah, ia membiarkan suaminya menarik pergelangan tangannya melangkah bersama masuk ke dalam rumah.

Yardi—masih tanpa mengatakan apapun, ia membawa istrinya sampai ke kamar mereka. Yardi menghempaskan tubuh Alesha ke arah tempat tidur membuat istrinya jadi terjerembab di atas ranjang.

"Jelaskan apa maksud semua ini?" Muka Yardi masih memerah karena emosi yang tertahan. Matanya kembali melihat bagaimana penampilan Alesha dengan baju yang ia kenakan.

Rok mini yang dipakai Alesha memamerkan kaki mulusnya yang jenjang. Atasan tanktop rajut itu juga melekat pas di badan Alesha membuat bagian payudaranya menonjol membusung ke depan.

Yardi menggeram. "Apa kau tidak berpikir tindakkanmu ini sudah sangat keteraluan, Alesha?!" Akhirnya Yardi mengeluarkan suara bentakkannya. "Mau sampai kapan kau terus menguji ambang batas kesabaranku?!"

"Jangan membentakku!" Alesha membalas dengan teriakkan tak kalah kencang. Seumur hidupnya tak ada yang pernah berani memarahi apalagi membentaknya seperti yang Yardi lakukan saat ini, bahkan kedua orang tuanya sekalipun. "Kalau kau sudah tidak tahan denganku lagi, maka ceraikan saja aku!!!" jeritnya di akhir kata.

Tanpa diduga, Yardi seketika langsung menerjang tubuh Alesha dan menindihnya.

"Yardi! Apa yang mau kau lakukan?!" teriak Alesha panik berusaha meloloskan diri dari kukungan suaminya.

"Menceraikanmu? Aku sudah menahannya selama lima tahun, sekarang aku menuntut hakku," ucap Yardi kehilangan akal sehat mulai merobek paksa tanktop Alesha.

"Aaaaarrrrggghhhh! Enggak! Yardi! Aku gak mau! Lepaskan!" Alesha dengan sekuat tenaga berusaha melawan. Sampai kapanpun ia tidak mau diperlakukan hina seperti ini meskipun dengan suaminya sendiri.

Yardi menangkap kedua tangan istrinya yang tidak mau diam dan menyatukannya jadi satu di atas kepala Alesha. Yardi mulai merendahkan kepalanya mencium leher istrinya menghirup wangi parfum yang masih menempel di tubuh Alesha.

"Hiks." Alesha tidak bisa lagi menahan rasa takut yang timbul di benaknya. Ia mulai menangis sesenggukan, dan hal itu sukses mencuri perhatian Yardi sehingga pria itu menghentikan aksinya.

Yardi mengangkat wajah melihat kondisi istrinya yang sudah banjir air mata. Alesha memalingkan muka enggan menatap suaminya.

Sadar akan perbuatannya, Yardi segera bangkit berdiri dan menjauh dari tempat tidur. Ia menatap bagaimana keadaan istrinya yang tampak mengenaskan dengan pakaian yang sudah tidak karuan lagi, sama keadannya seperti korban pemerkosaan.

Yardi memejamkan mata dan mengepalkan kedua tangannya. Untuk sesaat setan telah menguasai dirinya sehingga melakukan perbuatan kasar terhadap istrinya sendiri. Semarah apapun Yardi, harusnya tidak melakukan sesuatu yang bakal menyakiti hati istrinya.

"Istirahatlah." Hanya itu kata yang mampu terlontar dari mulut Yardi sebelum akhirnya pria itu keluar dari kamar.

Yardi perlu menenangkan diri, rasanya sakit kepala mulai menyerang dirinya.

•••


Di Central Park Mall, pukul 02:56 sore.

Fida—perempuan berkerudung syar'i itu sedang berjalan diiringi samping kanannya ada Yuni—sang asisten dan di samping kiri ada Dimas—sang sekretaris yang bekerja untuk Yardi.

"Terima kasih atas bantuannya, Nona Fida." Dimas tak henti-hentinya menunjukkan rasa syukurnya terhadap pertolongan Fida yang membantu proses meeting bersama salah satu kolega penting dan membuahkan hasil kesepakatan yang bagus.

"Sudahlah Pak Dimas, jangan sungkan begitu," ujar Fida tersenyum menambah aura kecantikkan dan kecerdasan yang terpancar kuat di dalam dirinya.

Mereka bertiga sedang berjalan santai menuju basement sambil melihat-lihat suasana mall.

"Kalau Nona Fida tidak datang bisa kacau semuanya, padahal sangat susah mengatur pertemuan dengan Pak Guanda. Aneh sekali, Tuan Yardi malah pergi tanpa sebab begini," keluh Dimas merasa seluruh energinya sudah terkuras habis oleh meeting kali ini.

"Nanti kau coba hubungi Yardi dan tanyakan keadaannya, ya," pinta Fida. Sejujurnya, ia saat ini mengkhawatirkan kondisi Yardi.

"Baik, Nona. Pasti akan saya lakukan." Dimas juga butuh penjelasan mengapa bosnya tiba-tiba pergi di sela-sela pekerjaan.

Tak terasa sampai juga mereka bertiga di basement.

Dimas berinisiatif membukakan pintu mobil untuk Fida. Lantas hal itu membuat Fida tersenyum lagi pada Dimas seraya mengucapkan terima kasih. Sedangakan Yuni bergerak masuk ke mobil dan duduk manis di bangku sopir.

"Kami pergi, Pak Dimas. Assalamualaikum," pamit Fida.

"Wa'alaikumsalam. Hati-hati di jalan, Nona."

Yuni mulai menyalakan mesin mobil, lalu menekan gas di bawah kakinya. Mobil melaju perlahan meninggalkan Dimas yang masih berdiri memandangi mobil tersebut yang semakin menjauh pergi.

Dimas menghela napas. "Seandainya saja Nona Fida yang jadi istrinya Tuan Yardi."

•••

Silly HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang