😒Part 5🥺

11 2 0
                                    

“Apa kau sudah menyadari apa kesalahanmu?”

Selepas makan malam bersama yang diselimuti keheningan, Yardi mengajak Alesha berbicara di kamar mereka. Istrinya duduk di tepi kasur, sedangkann dirinya berdiri menjulang sambil bersedekap di hadapannya.

“Maksudmu?” Alesha enggan menatap balik ke arah suaminya, antara takut dan gugup menjadi satu.

“Kau masih belum menyadari apa kesalahan yang sudah kau perbuat tadi siang?”

“Aku hanya main bersama teman-temanku, apakah itu salah?” Kali ini mau tak mau Alesha menatap suaminya menunjukkan keberaniannya.

“Dengan memakai pakaian terbuka dan membiarkan pria lain menyentuhmu seperti itu, apakah kau pikir itu bukan kesalahan? mana gamis yang kau pakai tadi pagi? berani-beraninya kau mengganti pakaian di luaran sana.” Yardi menghirup napas dalam-dalam untuk meredam emosinya, lalu mengembuskannya, ia tidak bisa menghadapi istrinya dengan emosi yang meledak-ledak.

“Aku tidak suka memakai gamis! kau pikir aku ini emak-emak apa?!” Malah sekarang Alesha yang kemarahannya meledak-ledak.

“Kalau kau tidak suka memakai gamis, kau bisa memakai pakaian tertutup lainnya, ada banyak gaya pakaian tertutup yang kekinian jaman sekarang. Jangan berani-beraninya membuat alasan yang tidak masuk akal seperti itu, Alesha.”

“Kenapa kau senang sekali mengatur hidupku?! Tidak boleh berpakaian seperti inilah, tidak boleh berteman dengan mereka. Yardi, aku tau kalau kau yang mencari uang demi bisa memenuhi kebutuhanku, tapi bukan berarti kau bisa mengaturku seenak kau saja!”

“Kenapa kau terus mengatakan hal yang sama selama pernikahan kita meskipun aku sudah menjelaskannya berulang kali.”

“Karena memang itulah kenyataannya!”

“Oh, kau membicarakan kenyataan saat ini. Kenyataannya adalah kau istriku, apakah kau sudah memenuhi kewajibanmu sebagai seorang istri?”

“Kau yang memaksa menikah denganku.”

“Memaksa? Pernikahan kita disetujui oleh kedua belah pihak keluarga, bahkan kau sendiri di depan banyak sanksi menyatakan bahwa kau menerima lamaranku, di mana segi pemaksaan yang kau maksud itu.”

Alesha berniat ingin membalas perkataan Yardi, tapi ketika bibirnya terbuka tidak ada satupun ucapan yang bisa keluar dari mulutnya. Ia memalingkan muka sudah kehabisan kata-kata.

Yardi menatap istrinya sambil diam memikirkan sesuatu. Sampai saat ini Allah masih belum menurunkan hidayah untuk istrinya, padahal tanpa jeda ia selalu berdoa memohon agar istrinya bisa kembali ke jalan yang benar. Memaksa istrinya untuk taat pada perintah agama malah akan membuat istrinya terluka dan memandang buruk pada agama islam.

“Kalo kau memang lebih nyaman memakai pakaian terbuka, aku bisa saja mengizinkannya, tapi dengan satu syarat.” Berat rasanya Yardi mengatakannya.

Merasa tertarik, Alesha melirik suaminya. “Syarat? Syarat apa?”

“Kita harus melakukan apa sudah kita tunda selama lima tahun ini yaitu malam pertama. Setidaknya cobalah untuk membuat suamimu ini senang.”

Alesha membulatkan mata, ia buru-buru meraih selimut menutupi dirinya. “K–kau bilang kau akan menungguku sampai siap.” Wajahnya terlihat memerah karena rasa risih memikirkan pria lain melihat tubuhnya yang telanjang.

“Aku sudah menunggu hingga lima tahun, apakah itu waktu yang singkat menurutmu? Kupikir kau biasa saja dengan hubungan suami istri di atas ranjang melihat bagaimana kau lebih suka memamerkan tubuhmu pada orang lain dan membiarkan pria lain menyentuhmu.”

Silly HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang