10

53 12 41
                                    

Happy reading 😊

Happy reading 😊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dirinya tersenyum. Entah untuk alasan apa. Tapi gadis itu justru memalingkan wajah dan menatap gawainya dengan tergesa. Detik berikutnya senyuman Jaden meluntur.

Tanpa dia sadari Karin melihat semua kejadian itu. Cewek dengan kuncir kuda tersebut menghela napas merasa prihatin. Tapi ada sedikit rasa senang dihatinya, melihat bagaimana Aleya mengacuhkan Jaden.

Tanpa niat berlama-lama ada di tribun, Karin beranjak pergi. Leya tidak menyadari sebab gadis itu terlalu larut dalam euforia setelah membaca pesan dari Jian.

Jian akan kembali besok. Itu yang terus ada di kepalanya. Senang? Tentu saja iya. Jadi setelah itu dirinya memutuskan kembali ke kelas bersamaan dengan bell masuk yang berbunyi, serta Jaden yang menatap kecewa. Tapi Aleya tidak akan menyadari itu.

***

"Suka 'kan?" Tanyanya untuk memastikan.

Lalu dijawab dengan anggukan antusias. "Suka dong! Makasih banyak, makin sayang gue sama lo."

Tanpa aba-aba Jian menarik tangan kiri Leya, memasangkan gelang yang baru saja dia tunjukan sebagai oleh-oleh untuk cewek itu. Sederhana. Hanya sebuah gelang dengan tali hitam dan liontin berbentuk bunga Daisy yang menghiasi.

"Ini sebagai jimat keberuntungan lo. Jangan sampe ilang ya,"

"Emang kapan sih gue gak ngerawat barang-barang pemberian lo?"

Ah, Jian lupa akan hal itu. Bahkan hadiah pertama yang dirinya berikan pada Leya saat ulang tahun yang ke-sembilan saja masih disimpan dengan hati-hati.

"Jadi... kangen gak sama gue?"

"Si geblek masih pake nanya lagi," sahut Leya. Lalu langsung menghambur memeluk Jian "Ya kangen lahhh!"

Jian juga begitu, membalas pelukan erat temannya. Selama Study tour, Jian memang sengaja tidak mengabari Leya. Dirinya berpikir untuk mengerjai cewek tersebut. Tapi tanpa disangka Leya sama sekali tidak menghubungi Jian. Dia jadi berpikir, apa Aleya sedang bersenang-senang tanpa dirinya?

"Besok ayo kita nonton! Sesuai janji sebelum gue pergi."

Leya melepaskan pelukannya, "Yah, tapi gue udah nonton. Lain kali aja ya?"

Jian mengernyit heran. "Sama siapa? Bukannya Ivi ke bandung? Lo pergi sendiri?" Ada nada khawatir juga kecewa disana.

"Enggak, gue nonton sama temen gue yang laen kali! Gak tau aja lo sekarang temen gue udah nambah," terang Leya sedikit mengejek.

Cowok itu menghela napas lega. Jian tidak akan peduli dengan siapa Leya pergi, yang terpenting adalah Aleya tidak pergi sendirian. Karena seperti yang dia ketahui Leya ceroboh, maka apabila sesuatu hal terjadi pada gadis itu siapa yang akan membantu ketika Jian sedang tidak ada?

***

"Hai?"

Yang disapa sedang sibuk membolak-balik novel yang kelihatannya sangat tebal. Lalu mendongak, alisnya bertaut sesaat.

"Halo? Mau ngumpulin form yang kemaren ya? Udah gue kumpulin ke Nana tadi," paparnya, mengira kalau ketua kelasnya itu akan menagih lagi.

"Iya tau. Gue cuma mau nyapa lo."

Merasa heran, tapi tiba-tiba kalimat yang dikatakan Karin tempo hari lalu justru terngiang dikepalanya.

"Kayaknya dia suka sama lo, ya gak sih?"

Dengan cepat gadis itu mengeyahkan pikiran tersebut. Lalu ber-oh ria.

"Le pulang sekolah ada waktu gak?"

"Gue selalu senggang. Emang napa?"

"Mau ngajak lo jalan."

Perlu diketahui, Jaden sangat deg-degan saat mengatakan kalimat itu. Takut juga. Tapi kalau dirinya tidak memulai sekarang kapan lagi?

"Tapi kalo lo gak bisa juga gakpapa. Maap bange--"

"Iya mau kok."

Ada yang harus Leya pastikan. Jadi tidak ada salahnya mengiyakan ajakan Jaden. Setelah itu bisa Aleya lihat cowok jangkung tersebut tersenyum manis lalu pergi keluar kelas. Sedangkan disudut ruangan, Juna dan Jae sedang tertawa cekikikan, Karena ini momen yang jarang terjadi. Gadis mana yang akan seorang Jaden ajak pergi jalan? Benar, hanya Aleya.













[ ]

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Only Exception | YOSHINORITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang