C 20

1.3K 86 14
                                    

Lonjwin mengendus-endus aroma di depannya ini. Seperti... darah? Tetapi ia positif thinking barangkali penciumannya sendiri yang salah.

Sedangkan Hyunjin ia keluar memberi berita yang justru tidak menguntungkan bagi Lonjwin tetapi menguntungkan baginya. Hyunjin berteriak-teriak panik seperti layaknya seorang yang sedang melihat pembunuhan.

"Tolong-tolong! Ada pembunuh!" Semuanya pada kelabutan lalu berbondong-bondong mengikuti arah Hyunjin. Begitupun pula Doyoung yang mendengar beritanya ia juga ikut melihat.

"TZUYU?!" Doyoung begitu kaget melihatnya, kini pandangannya tertuju kepada sosok yang sangat ia kenali. Asistennya. Asistennya sedang memegang pisau yang ada banyak sekali bekas darah.

"KAU?!" Lonjwin mendengar suara kakak kandungnya. Ia tidak tahu mengapa juga ada banyak orang yang sedang membicarakannya. Dan terdengar juga suara Doyoung begitu sangat-sangat menahan amarah. Lonjwin tidak tahu sama sekali. Sebenarnya ada apa ini?

Doyoung dengan sigap menarik Lonjwin kasar lalu membawa Lonjwin pulang ke rumah. Doyoung akan melakukan sesuatu kepadanya sungguh akan ada kejadian mengerikan nanti.

"Tuan lepas..." Doyoung tetap bungkam.

Mereka telah sampai di kediaman Kim dengan Lonjwin yang masih memegang pisau itu. Lonjwin didorong keras oleh Doyoung.

Bruk

"Sebenarnya ada apa?"

"KAU TIDAK TAHU?! KAU TELAH MEMBUNUH ISTRIKU!!!!! DASAR PEMBUNUH!!!! KEMARI KAU!!!!" Lonjwin membulatkan matanya lantaran mendengar ucapan tidak seharusnya ia dengar. Apa salahnya?

"Aku... tidak sama sekali membunuhnya tuan." Doyoung tertawa miris.

"Berikan alat itu kepadaku." Dengan sigap Doyoung langsung mengambil pisau yang dibawa oleh Lonjwin.

"Tolong ini bukan salahku... bukan aku yang membunuhnya--"

Jleb!

Jaemin yang melihat ia terduduk kaku dan menatap Renjun sendu.

Jaemin ia datang karena ia ingin bertemu dengan Renjun tapi yang ia lihat adalah nyawa sahabatnya yang sebentar lagi akan melayang. Apa benar kakak kandungnya sendiri yang membunuhnya? Setega itu kah?

"Renjun-ya..." Doyoung yang mendengar ia bingung.

"Kenapa kau bisa datang ke sini?! Apa urusanmu?!"

"KAU TAHU TIDAK?! BAHWA DIA ADALAH ADIKMU!!! ADIKMU HYUNG!!!!! DIA RENJUN!!!!"

Skakmat kau Doyoung.

"Apa buktinya?!"

"Kak...."

"Kau lihat saja sendiri dia memakai apa." Doyoung mendekat kepada Renjun.

"Aku pengen lihat wajah kakak tapi mataku buta."

Doyoung sudah melihatnya. Apakah ini mimpi? Doyoung lantas terduduk lemas di depan adiknya. Dia menatap sendu wajah adiknya yang begitu kesakitan. Doyoung mengelus dahi sang adik.

"Ayo ikut kakak ke rumah sakit." Ucapnya dengan nada bergetar.

"Gak usah kak... percuma aku, aku hanya bisa bertahan sampai di sini." Air yang membendung kelopak mata Doyoung kini turun dengan deras.

"TIDAK! TIDAK! AYO IKUT KAKAK!!! HIKS." Renjun tetap menggelengkan kepalanya. Ia mengangkat tangannya sekuat tenaga untuk memegang pipi sang kakak.

"Kakak yang selama ini sudah menjagaku menemaniku sewaktu kecil, sudah besar ternyata."

"Kini telah menjadi seorang CEO yang terkenal."

Pedih || RenDoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang