C 11

622 77 3
                                    

Lonjwin lantas saja terkejut dan lega melihat kedatangan Winwin. Dia menatap Winwin penuh harap agar bisa membantunya untuk mengobati lukanya. Lonjwin tidak ingin badannya benar-benar akan menjadi bangkai.

"Kak.."

"Ayo ikut ke kamar kakak, biar kakak obatin luka kamu." Lonjwin mengangguk pasrah.

Sesampainya di kamar Winwin mengambil kotak obat membukanya lalu mengobati seluruh luka Lonjwin. Winwin agak berhati-hati dalam mengobati dia pandai dalam hal mengobati dia saja seorang dokter. Hanya Winwin takut saja kalau tergesa-gesa Lonjwin akan kesakitan. Bukti begini saja Lonjwin masih meringis.

"Kamu kenapa lagi kok bisa dihukum papa?" Ucap Winwin saat usai mengobati Lonjwin, ia membereskan obat-obatnya.

"Aku.. hanya menjatuhkan jemuran, jemuran itu kotor tapi aku sudah bilang kalau aku akan mencucinya kembali."

"Dan seperti biasanya... mama tidak percaya dan langsung saja bilang ke papa.."

"Astaga." Winwin terkejut bukan main, tapi benar saja baju jatuh terkena lumpur pasti akan susah dicuci apalagi Lonjwin yang mencuci. Tapi bagi orang tua bukannya itu hal sepele kan?

"Kak winwin."

"Ya?"

"Aku mau nanya sesuatu... tolong jawab jujur."

"Apa itu?"

"Dulu siapa aku? Di mana asalku? Siapa keluarga asliku?" Winwin cukup tertegun dengan pertanyaan Lonjwin.

"Jangan diam kak, tolong jawab." Winwin menghela nafas sebelum menjawab.

"Jadi, kau ini dulu anak kecil yang masih sekolah dasar yang tersesat di jalan. Papa sama mama menemukanmu dan membawamu pulang kakak cukup heran alasan apa papa sama mama membawamu pulang. Kakak senang kedatangan kamu di sini, akhirnya kakak tidak kesepian saat ada kamu. Mama sama papa memperlakukanmu dengan baik dan ternyata alasan dibalik semua itu papa sama mama ingin sekali memperbudak kamu."

"Suatu kejadian kamu memecahkan barang mama, mama cukup marah besar mama lalu menghukummu tanpa sengaja sampai kepala kamu terbentur keras oleh ujung almari. Itu membuat kamu sampai masuk rumah sakit. Saat diperiksa kamu ternyata buta dan amnesia karena kejadian itu. Nama asli kamu Kim Renjun tapi mama sama papa mengganti namamu saat kamu mengalami amnesia itu dengan nama Nakamoto Lonjwin."

"Setahu kakak cuma itu, kakak juga gatau siapa keluarga kamu. Kamu ga pernah sama sekali bilang sama kakak dulu, yang pastinya memang benar kamu bukan anak kandung mama sama papa."

"Benar apa dugaanku..." Batin Lonjwin.

"Makasih kak, walaupun kakak gak tau siapa keluarga Lonjwin. Lonjwin bisa tahu siapa aku dulunya." Winwin hanya mengangguk lalu mengacak2 rambut Lonjwin.

"Sekarang kamu tidur di sini ya sama kakak? Temenin kakak."

"Ya kak..."

Lonjwin merebahkan dirinya perlahan-lahan agar tidak sakit ketika terkena sprei. Lalu ia memejamkan mata pelan dan perlahan menganggap semua kejadian tadi itu benar-benar tidak pernah terjadi. Karena angin semilir dari jendela dengan selimut yang menutupi dirinya. Akhirnya ia bisa tertidur nyenyak. Winwin dari samping menatap Lonjwin sendu.

"Jangan pergi ya, kakak masih pengen kamu di sini kakak bakal ngelakuin segala macam cara agar kamu terhindar dari kedua iblis itu. Tapi.. kalau memang keputusan terbaik kamu itu pergi dari sini kakak tidak bisa melarang kamu. Semoga saja kehidupan barumu bisa lebih baik dari pada sekarang." Gumam Winwin pelan.

-

Keesokan paginya Lonjwin terbangun. Winwin sudah saja berangkat ke rumah sakit karena sudah melewati pukul 8 pagi. Lonjwin tentu ia ingin sangat berterima kasih kepada Winwin. Karena Winwin ia bisa tidur senyenyak ini tadi malam. Lonjwin mencoba duduk dan mengumpulkan semua nyawanya. Tiba2 pintu terdobrak menampilkan Yuta dan Dahyun di hadapannya.

Pedih || RenDoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang