1. Yuna

223 36 0
                                    

"Sebenarnya penderitaan yang kulalui sekarang adalah takdir atau hukuman? Jika itu takdir mengapa harus terjadi padaku yang lemah dan tak bisa apa-apa? Dan jika itu hukuman, kesalahan apa yang sudah kuperbuat hingga hukumannya sekeras ini?"
.
.
.

~~yuna~~

•○●Happy reading●○•

Terkadang kita tidak tahu kehidupan apa yang kita jalani saat ini. Terkadang kita tidak akan tahu kesalahan apa yang kita perbuat hingga kita diharuskan menanggung beban yang semakin lama semakin memberat. Ataukah kehidupan pedih yang kita jalani ini adalah hasil dari kesalahan terdahulu kita?. Tapi apapun itu, tidak ada satu orang pun yang minta dihidupkan hanya untuk menanggung beban.

Bukan perihal ini takdir atau hukuman. Tapi perihal siapa yang ditakdirkan atau siapa yang menanggung jawabkan.

Banyak yang bilang kesedihan dan penderitaan itu datang karena kita yang mencarinya. Dan ada juga yang mengatakan karena itu adalah takdir.

Tapi kenapa? Kenapa takdir penderitaan itu datang pada orang yang sama sekali tidak melakukan kesalahan? Kenapa penderitaan itu datang pada orang yang lemah dan tak bisa apa-apa? Kenapa penderitaan itu datang pada orang yang tak pernah mencari masalah apapun? Apa yang akan mereka dapat setelah melewati penderitaan itu? Dan kapan penderitaan dan kesedihan itu berakhir?

Hal itu yang terus dipikirkan Yuna, gadis biasa saja yang Hidup dalam keluarga sederhana dan memiliki orang tua yang sangat menyayanginya. Gadis yang tidak terlalu pintar dan benci kekerasan. Tapi karena wajahnya yang tidak terawat dan dinilai jelek oleh orang-orang, ditambah dengan sifatnya yang pendiam, selalu membuat dia menjadi sasaran keganasan oleh siswa-siswa yang tidak punya hati nurani.

Hari-harinya disekolah dihabiskan dengan menanggung semua perbuatan buruk dari siswa-siswa lainnya.

Yuna tidak bisa apa-apa. Karena jika ia melawan, orang yang lebih berkuasa akan beraksi dan dampak yang akan ia terima lebih dari aksi bulling yang mereka lakukan setiap hari. Bahkan jika dia melawan, keluarganya yang hidup dalam kesederhanaan akan terkena imbasnya. Dan Yuna tidak ingin hal itu terjadi.

Membasuh wajah nya dengan air berkali-kali, Menatap dirinya didepan cermin toilet dengan mata yang sembab. Hal itu yang setiap kali Yuna lakukan saat selesai mendapatkan aksi bulling dari teman-teman sekolahnya.

Gadis itu hanya bisa menangis didalam toilet. Sembari mengatakan bahwa dia baik-baik saja kepada pantulan dirinya dicermin.

Padahal, bahkan dilihat dengan mata telanjang pun semua orang akan tahu, jika dirinya tidak baik-baik saja saat itu.

Rambut Yuna berantakan, Pipinya memerah sehabis ditampar, Matanya bengkak sedari tadi menangis. Sudah dua jam berlalu setelah bel pulang sekolah berbunyi, namun gadis itu masi tinggal disana sedikit lebih lama, meratapi dirinya didalam toilet sekolah.

Satu yang ia pikirkan saat ini. Yuna harus pulang dalam keadaan baik-baik saja. Agar orang tuanya dirumah tidak akan tahu apa yang terjadi kepada putrinya disekolah.

Seketika tangis cewek itu terhenti kala mendengar dering telefon dari ponselnya. Gadis itu menyambar ponselnya diatas wastafel, menatap nama yang tertera di layar ponselnya. Ia kemudian mengusap tombol hijau setelah sebelumnya menarik nafas panjang agar orang yang diseberang tidaak akan curiga tentang keadaannya saat ini.

"Yun lo dimana?"  Terdengar suara dengan nada kekhawatiran disebrang sana.

Itu Yeji teman satu-satunya Yuna yang selalu ada untuknya. Yang selalu membelanya. Namun meskipun begitu, semuanya tidak pernah berubah.

he teaches about life [Cravity]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang