"Terkadang karena suatu alasan, kita tidak dapat menarik sudut-sudut bibir yang dapat membentuk senyuman, tapi terkadang karena seseorang, senyuman itu dapat membentuk dengan sendirinya"
.
..
.
~~~He Teaches About Life~~~•○●Happy Reading●○•
Hari ini, Yuna cukup datang lebih pagi dari biasanya kesekolah. Langkah kakinya sudah terdengar melewati beberapa koridor. Ini bukan berarti Yuna sangat bersemangat untuk sekolah. Dari awal Yuna sama sekali tidak punya rasa semangat untuk belajar, gadis itu hanya terpaksa, mengikuti alur yang setiap hari berjalan. Ia hanya berfikir untuk menjaga tempat duduknya lebih dulu agar tidak diapa-apakan oleh Yuyu dan teman-temannya, seperti meletakan tepung atau katak dilaci.
Meski saat itu masi terlalu pagi, sudah ada beberapa siswa yang datang, mereka sekedar membersihkan kelas masing-masing, atau duduk sambil memainkan ponsel dan ada juga yang kekantin, untuk sarapan pagi.
Yuna dapat menemukan para gerombolan cewek yang berkumpul sambil bergosip, termaksut gosip tentang dirinya. Yuna tidak menanggapi, ketika ia lewat didepan mereka.
Miris sekali mendengar orang-orang itu, mengatai dirinya lemah, menertawakan nasibnya yang selalu jadi sasaran Yuyu, menghina keluarganya yang miskin. Apa hanya dia yang miskin disekolah ini? Sampai-sampai hanya namanya yang mereka bicarakan, seolah-olah semua siswa disekolah sudah terlahir kaya.
Yuna memang marah, tapi yang mereka katakan semuanya benar. Apa yang harus dia lakukan? Membantah? Tidak ada perkataan mereka yang bisa ia bantah. Yuna hanya bisa diam, berusaha untuk tidak memikirkannya.
Disaat kelas-kelas lain sudah terdapat beberapa siswa, Yuna mendapati kelasnya kosong tidak berpenghuni. Ia menarik nafas legah, ia bisa mengamankan kursinya dari teman-teman sekelasnya yang lain.
Gadis itu segera meletakan tasnya kemudian duduk dikursinya dengan beberapa kali hembusan nafas. Mungkin ini tidak terlalu baik buatnya untuk datang pagi. Karena jika Yuyu dan kawan-kawannya itu datang setelahnya, mereka akan punya banyak waktu sampai bel masuk tiba, untuk membuli Yuna habis-habisan.
Tapi ia juga tidak bisa membiarkan Yuyu meletakan hewan atau apapun ditempat duduknya. Karena hal itu dapat merusak aktifitas mengajar guru dikelasnya, dan jika terjadi kekacauan, ia pasti yang akan disalahkan. Seperti kejadian katak dilacinya dulu.
Untuk melawan rasa bosannya, Yuna mengambil satu permen tangkai dari tasnya. Yuna juga memutuskan untuk membawa bekal dari rumah agar ia tidak repot membeli makanan dikantin.
Baru saja gadis itu ingin membuka bungkusan permen, seseorang masuk dari pintu kelas membuatnya cukup terkejut.
Yuna menatap heran kepada laki-laki yang melangkah kearahnya dengan menenteng tas dibahu kanan.
"Sory, gue nggak datang semalam" suara berat Minhe terdengar begitu ia sampai didepan meja Yuna. Wajahnya terlihat suntuk dan rambutnya pun berantakan. Yuna bahkan tidak berfikir Minhe benar-benar mandi saat datang kesekolah.
"Kamu sakit?"
"Nggak, gue cuman males datang" pria itu menjawab dengan wajah datar.
"Bukan semalam, tapi skrang, muka kamu kelihatan nggak sehat"
Minhe diam sejenak. Semalam ia memang sedang sakit. Hari ini pun ia masih sakit. Minhe hanya terpaksa kesekolah, untuk mengantar tugas-tugas yang dulu sering ia tunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
he teaches about life [Cravity]
Dla nastolatków(Follow dan tambahkan keperpus) Yuna, gadis cupu yang kerap mendapatkan perlakuan bulling dari teman-temannya. ia selalu diintimidasi oleh orang-orang yang tak punya hati nurani. kehidupannya akan berbeda jika ia menginjak sekolah. sampai suatu keti...