19. not like usual

49 20 6
                                    

•○● Happy Reading●○•

"Hai"

Sudah kesekian kalinya Serim datang dengan sapaan dan senyuman yang sama. Namun gadis yang disapa berkali-kali mengabaikannya.

Pagi itu, Yuna berjalan tanpa melihat Serim sama sekali. Ia dengan wajah cuek melewati Serim yang terus-terusan menghalangi jalannya untuk pergi kesekolah.

Salahkan Serim yang meninggalkannya semalam. Padahal mereka datang berdua, namun pada akhirnya Yuna pulang bersama orang lain. Bukan serim melainkan Satya.

Yuna kecewa, dia pikir orang seperti Serim tidak akan sejahat itu. Meninggalkan Yuna dengan orang lain. Beruntung dia bertemu Satya, kalau tidak? Mungkin Yuna akan pulang sendirian malam itu.

"Yun maafin gue dong, please!"

Serim melangkah lebar, menyamakan langkahnya dengan langkah Yuna yang cepat.

"Yuna, gue nggak bermaksut buat ninggalin lo kok"

Pria itu menatap gadis disamping yang masih mengabaikannya.

"Semalam gue punya urusan penting, gue buru-buru"

Serim menarik tangan Yuna, hingga gadis itu berhenti dan menatapnya dengan tatapan tajam.

"Sampai ninggalin aku? Jahat kamu"

Ucap Yuna melepaskan tangannya dari genggaman Serim.

"Iyah, gue emang jahat, gue minta maaf, yah ya?"

Serim menyatukan kedua tangannya keudara, dengan wajah memohon seraya menatap wajah garang Yuna yang terkesan imut.

Kalau saja saat ini Yuna sedang tidak marah padanya, Serim bisa-bisa tergelak melihat ekpresi marah Yuna sekarang.

gadis ini ternyata bisa memasang wajah seperti itu.

"Nggak!"

Yuna berucap tegas, membuat Serim meghela nafas frustasi.

Gadis itu kemudian berlari sekuat tenaga menjahui Serim yang menatap pasrah padanya.

Yuna menghentikan larinya begitu memasuki gang yang biasa  dilewati.

Ia menoleh kebelakang, melihat Serim yang sudah tidak menyusulnya.

Mungkin pria itu telah menyerah meminta maaf pada Yuna.

Jika seperti ini, Yuna malah merasa bersalah, padahal ia hanya ingin sedikit mengerjai Serim.

"Aku kan cuman pengen ngasi dia pelajaran" Yuna bergumam, sedih saat tahu Serim tidak mengikutinya lagi.

"Bodoh bangat kamu Yuna, lagian buat apa Serim bersih keras minta maaf sama kamu? Kamu kan nggak penting"

"Udah untung dia minta maaf, kamu kenapa kaya gitu sih.. Serim nggak mungkin peduli" gerutu Yuna sendirian.

Merasa menyesal atas tindakan bodonya tadi.

Yuna menarik nafas panjang. Ia melirik jam yang ada diponselnya.

he teaches about life [Cravity]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang