"Aku dan kamu bukanlah sebuah kebetulan ataupun takdir, tapi keajaiban"
.
.
.
.
~~~He Teaches About Life~~~
•○●Happy Reading●○•Sepasang kaki yang melangkah ringan dijalanan setapak, dibawa langit biru yang perlahan-lahan berwarnah merah, disertai angin soreh yang terasa lembut menyentuh kulit-kulit sang penikmat, tiba-tiba berhenti kala seutas senyum dari laki-laki yang berdiri beberapa meter didepannya dengan mudah menciptakan getaran membingungkan yang membuat saraf-saraf dalam diri bergejolak tanpa aba-aba.
Meski sudah beberapa kali Yuna melihat senyuman dari lelaki yang kini berjalan kearahnya itu, tetap saja ia tidak bisa mengontrol jantungnya yang kini berdetak dengan cepat.
Seperti adegan difilm-film ketika Serim melangkah membawa aura kehangatan yang sangat terasa dengan rambut yang berterbangan diterpa angin bagaikan slomotion yang mampu membuat siapapun terpesona termaksut Yuna yang masih tidak bicara apa-apa meskipun Serim kini telah berdiri tepat didepannya.
"Halo" suara lembut itu terdengar. Serim melambaikan tangannya didepan wajah Yuna, yang membuat gadis itu mengerjap dengan gugup.
"Dari mana kamu muncul?" Yuna bertanya begitu kesadaran nya kembali meskipun getaran didada masi sangat terasa.
"Perasaan aku baru nunduk dikit, pas lihat ke depan tiba-tiba kamu disitu, sebelumnya kan nggak ada" lanjutnya menatap Serim dengan raut penasaran.
"Mungkin karna lo sering mikirin gue" ucap pria itu dengan tawa kecil diakhir kalimat.
"Pede bangat kamu" sarkas Yuna melangkah melewati Serim yang tertawa ketika mendengar kalimatnya.
Cowok itu berbalik, mengikuti langkah gadis didepannya yang terlihat mulai mengikat rambut belakang dengan sederhana.
Dan ketika Serim menarik kembali karet yang baru beberapa detik melingkar dirambut gadis itu, Yuna memekik, berbalik dengan rambut terurai yang berkibar ringan yang sedikit membuat Serim kaget melihatnya.
"Nggak usah diikat" ucap Serim begitu melihat Yuna yang mengarahkan tatapannya pada gelang karet yang ia pegang.
"Kenapa?" Tanya gadis itu.
"Eeh.. bagus aja" jawab serim. "Tapi kalau lo lebih nyaman diikat.. ini" lanjutnya kemudian, memberikan kembali karet gelang kepada gadis didepannya.
Yuna mengambil karet itu, menyimpannya dalam saku kemeja, niat awalnya yang ingin mengikat rambut karena gerah, tiba-tiba menghilang. Entah kenapa sekarang ia ingin sekali mengurai rambut setiap hari.
"Loh kenapa" tanya serim.
"Males, udah kamu lepas sih" jawab Yuna dengan kekehan kecil.
Pria didepannya juga ikut tertawa.
Serim dan Yuna kemudian melangkahkan kaki mereka beriringan meski tidak seirama, namun keduanya dalam posisi yang sama.
"Mau ikut gue nggak?" Dalam perjalan yang menenangkan, Serim bertanya.
"Kemana?"
"Dufan" jawab pria itu, menatap Yuna disampingnya yang terlihat kegirangan dengan mata berbinar.
"Ayukkk!" Seru gadis itu, sudah lama ia tidak bermain-main didufan. Seingat Yuna, terakhir ia pergi ke Dufan bersama orang tuanya dulu saat ia pertama kali masuk SMP.
Serim tergelak, melihat Yuna yang tiba-tiba terlihat seperti anak kecil yang baru saja dikasih permen. Apalagi saat ini, gadis itu tengah mengantongi setangkai permen mangga yang hampir setiap hari ia kosumsi.
KAMU SEDANG MEMBACA
he teaches about life [Cravity]
Teen Fiction(Follow dan tambahkan keperpus) Yuna, gadis cupu yang kerap mendapatkan perlakuan bulling dari teman-temannya. ia selalu diintimidasi oleh orang-orang yang tak punya hati nurani. kehidupannya akan berbeda jika ia menginjak sekolah. sampai suatu keti...