Keinget Lagi, Mulai Lagi ....

240 63 8
                                    

"Ih, anjiiiing!"

Sumpah, itu bukan umpatan kok. Itu Bang Gilang lagi latihan baca naskah bagiannya dia. Di ceritanya memang ada empat pemuda—Bang Gilang, Kak Farhan, Aji, dan Fiki—lagi menjelajah dan ketemu anjing hutan.

Eh, sebentar. Bukannya itu script masih jauh ya? Gue buru-buru cek naskah di tangan Bang Gilang dan baca ulang.

"Bang Gilang, itu dialog scene keenam! Bacanya urut, dong!"

Dia spontan ketawa tanpa merasa bersalah sedikitpun. "Hehehe, maap maap. Abisnya gue tertarik dan bablas baca sampe situ."

"Sabar kali, Lang, one by one," sahut Fenly yang baru dateng.

Oh iya, Fenly sekarang udah kelihatan mendingan. Luka di tangannya dua hari lalu juga udah mulai kering dan bisa balik syuting dengan lancar. Ini alasannya Mas Angga tentuin waktu syuting sampe sebulan, kita nggak akan pernah tau bakal ada kejadian atau hal buruk apa yang menimpa kita di sini, apalagi lokasinya di hutan.

"Lo udah take, Fen?"

"Hmm." Fenly langsung duduk di samping Bang Gilang dan minum air mineral.

Entah kenapa gue pengen duduk di sebelah Fenly dan tuker posisi sama Bang Gilang. "Fen, tangan lo udah aman, 'kan?"

Senyumnya langsung lebar dan ngangguk. "Udah kok, Kak. Aman ini mah! Dua hari lagi paling juga udah sembuh."

"Ekhem! Gatel nih tenggorokan gue!"

Fenly dan gue kompak melirik Bang Gilang yang berdehem sambil lihatin burung-burung kecil di dahan pohon. Halah, ngeles mulu! Bilang aja nyindir gue dan Fenly!

"Perlu air aki, Lang?"

Buset, Fenly ngomongnya.

Wajahnya Bang Gilang sok kaget gitu pas balikin pandangannya ke gue dan Fenly. "Eh, kok ngegas? Maunya air raksa aja dah."

Percakapan macam apa ini, ya Allah? Bang Gilang dan Fenly makin bicara ngelantur soal jenis-jenis air di dunia. Mulai dari air lemon, air aki, air raksa, dan paling nggak disangka adalah air mata. Hadeh!

"Bukannya latihan baca script malah rumpi kalian!" Fiki tetiba aja nimbrung sambil lemparin bunga-bunga kecil ke arah Bang Gilang dan Fenly bergantian.

"Ini latihan loh! Tapi latihannya beda, Fik, alias ... latihan mendekati si dia! Uhuuuy!"

Plak

Fenly pukul bahu Bang Gilang sambil melirik. "Ngadi-ngadi omongan lo!"

"Ada apa sih emangnya, serius banget?" tanya Fiki yang langsung duduk di samping gue, lebih tepatnya menyela tempat duduknya Fenly. Nggak ada akhlak banget Fiki!

"Jangan dengerin omongannya Bang Gilang deh, Fik. Doi suka ngaco kalo ngomong!"

Bang Gilang ketawa lagi sambil lirik-lirik gue. Rese banget sumpah! Padahal gue kan cuma bahas luka di tangannya Fenly. Ngeselin!

"Eh, Fen! Jelajah hutan lagi yuk!" ajak Bang Gilang tiba-tiba, Fenly langsung menggeleng.

"Ogah, ntar ilang gue!"

Jawaban Fenly rasa-rasanya nyindir gue deh! Gue waktu itu nggak ilang astaga! Orang cuma beberapa meter doang dari lokasi syuting!

"Dih, nggak bakal ilang! Ini masih pagi, Fenly," kata Bang Gilang yang udah berdiri dan tarik tangannya Fenly yang luka. Ya otomatis Fenly teriak dong, lukanya disenggol.

"GILANG, ASTAGA LUKA GUE! SAKIT ANJIR!"

"Maap maap, hehe. Ya udah ayo jelajah, gue mau cari bunga-bunga lucu buat gue rangkai," ajak Bang Gilang lagi. Fenly—dengan raut wajah malesnya—mau nggak mau berdiri dan mengiyakan. Fenly itu suka nurut gitu kalo sama Bang Gilang, kayak anak kembar beda Bapak beda Ibu dah.

Fix! UN1TY Nyebelin! 2 [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang