"Akhirnya orang yang di tunggu dateng juga "
Nadira berjalan menghampiri ketiga orang di depannya. Ia terkekeh dengan ucapan yang Sandra lontarkan. "Assalamu'alaikum, Maaf yah aku telat. "
"Wa'alaikumussalam "
Nadira menduduki tempat duduk di sebelah Dinda. Dimana dia berhadapan dengan Sandra.
"Gimana kabarnya Ra? Gue turut berduka cita yah. "
David memang meneleponnya. Dia mengajak untuk bertemu bersama. Sebab itu Nadira senang. Dirinya memang sudah lama tidak berkumpul seperti ini.
Nadira mengangguk "Alhamdulillah, Mas David kabarnya gimana? "
"Alhamdulillah baik. "
"Dir, kata Mas David Olin di pecat. Lo mau gantiin posisi dia gak? "
Nadira menatap dengan terkejut. "Di pecat? Alasannya apa? "
"Dia ngambil uang kafe. " ujar David
Lagi-lagi Nadira dibuat terkejut. Ia kira Olin tidak akan berbuat senekat itu. Apalagi Olin sudah benar-benar di percayai oleh manager kafe.
"Gimana Ra? Apa lo udah ada kerjaan sekarang? " tanya Dinda.
"Maaf ya sebelumnya. Aku emang belum dapet kerjaan. Tapi, aku lagi nyoba buka usaha kue. Mas David, maaf yah aku gak bisa. "
Ketiganya menatap Nadira dalam. Mereka cukup terkejut dengan ucapan Nadira. "Lo serius Ra? "
"Iya San, mungkin aku terbilang nekat. Tapi, aku seneng dengan usaha aku sekarang. Meskipun hasilnya gak seberapa. "
David tersenyum menatap Nadira. "Mas salut sama kamu Ra. Mas mau pesen kuenya boleh? "
Dengan semangat Nadira mengangguk. Setidaknya ia mendapat support dari orang-orang terdekatnya. Ia akan selalu bersyukur dan akan selalu berjuang. Tidak akan peduli lagi dengan hinaan yang mungkin akan tertuju padanya. Setelah allah mengambil kembali kedua orangtuanya dan adiknya ia rasa ujian selanjutnya pasti akan bisa ia lalui.
Nadira sadar selama manusia hidup dia akan selalu di uji. Entah di uji dalam hal harta, keluarga atau bahkan di uji dengan kekurangan yang ada pada dirinya. Ketika manusia diuji di dunia. Dirinya masi bisa meminta tolong ke sana kemari. Tapi, ketika manusia sudah di alam kubur. Hanya amalannya sendiri yang akan membantunya. Bahkan orang yang selama ini membantu dirinya di dunia pasti tidak akan membantunya di akhirat.
Obrolan mereka berlanjut hingga akhirnya mereka berpisah setelah dua jam lebih mereka bertemu. Nadira memutuskan untuk mengendarai kendaraannya. Nadira menyimpan motornya di parkiran. Sementara dirinya kembali berjalan menelusuri gang kecil. Sekarang, ketika dirinya merasa kesepian tempat ini adalah tujuannya. Sebab Nadira sudah tidak ada tempat pulang. Dan sudh tidak ada yang menunggunya pulang. Lantas tempat ini lah yang akan selalu ia jadikan rumah kedua. Tempatnya ia pulang dan tempatnya ia bertemu sosok ibu yang ia rindukan. Bu Eli adalah pengganti ibunya. Meskipun ibu kandungnya tetap tidak tergantikan.
"Assalamu'alaikum "
"Wa'alaikumussalam " Nadira mencium tangan wanita paruu baya di depannya. Wanita paruh baya yang sudah ia anggap sebagai ibunya. Nadira memeluknya dengan erat.
"Maaf yah bu Dira jarang ke sini. Tapi Dira usahain buat datang kok. " Nadira melepaskan pelukannya.
"enggak papa atuh neng. Neng Dira nyempetin ke sini seminggu sekali buat ngajar juga ibu mah udah seneng. Tumben kamu ke sini? Ada apa? " tanya Bu Eli.
Hari ini memang bukan jadwalnya Nadira ke mari. Nadira memang biasa datang hanya pada hari rabu. Dan itu pada pagi hari. Sementara sekarang Nadira datang pada hari senin dan siang hari.
"Nadira mau kasih ibu sama anak-anak kue buatan Dira. Nanti kasih tau Dira yah bu kalau kurang apa-apa. "
Nadira membuka kantong keresek yang berisi kue-kue basah yang ia buat. Dirinya memang sengaja membawa ini semua untuk anak didiknya dan khusus untuk bu Eli.
"Oh iya, ibu teh lupa. Temen kamu yang laki-laki juga ada di sini. Itu si aa ganteng yang waktu itu ngasih nasi kotak ke anak-anak. " Ujar Bu Eli.
"Maksud ibu Ali? " Bu Eli mengangguk.
"Tuh mereka" tunjuk Bu Eli. "Dia juga baru dateng setengah jam-an. Dan syukurnya anak-anak kalo jam segini lagi pada istirahat jadi bisa ketemu. "
"Ini kue buat ibu. Dira mau ke sana dulu yah. Nanti Nadira ke sini lagi. " ujar Nadira yang di angguki Eli.
Nadira berjalan mendekat menghampiri mereka yang sedang asik bercanda. Rupanya Ali memberikan mereka makanan lagi.
"Kak Nadira!! "
Nadira menundukan tubuhnya. Menyamakan tinggi badannya dengan gadis yang menghampiri dirinya. "Hallo"
"Kak Ali kasih kita makanan sama papan tulis terus banyak banget buku-buku. Katanya buat kita belajar. "
"Oh yah? Udah bilang makasi? "
"Iya, Tadi Gendis sama yang lain udah bilang makasi. Kak Ali baik banget yah kak " ujar Gendis.
Nadira hanya bisa mengangguk. Dirinya memang berencana memberikan mereka semua alat-alat untuk belajar. Hanya saja keungannya tidak memadai. Nadira kembali membawa Gendis untuk berjalan menghampiri mereka semua.
Ali menatap Nadira dari kejauhan. Seruan Gendis membuat ia tersadar bahwa Nadir ada di belakang tubuhnya. Dia sengaja pergi ke sini untuk menghilangkan penat. Juga untuk menyembuhkan hatinya. Namun justru, dirinya malah bertemu dengan Nadira. Seseorang yang sedang ia hindari kali ini.
"Assalamu'alaikum "
"Wa'alaikumussalam, kalian lanjutin aja makannya. " Ujar Nadira setelah melihat anak-anak yang akan mencium tangannya.
Nadira memang tidak pandai. Dirinya bukan termasuk siswa yang ambisius pada masa sekolahnya. Sebab itu diriny hanya bisa mengajarkan hal-hal kecil. Seperti sopan santun dan tatakrama. Dan dirinya selalu memberikan wejangan kepada mereka. Untuk tidak pernah lupa mengucapkan Terimakasih, Maaf dan Tolong.
Nadira menduduki dirinya di sebelah Gendis. Tepatnya Gendis berada di tengah-tengah. Dimana Ali dan Nadira di sampingnya.
"Al, makasih banyak yah. "
Ali mengangguk "Kalo bukan karena lo juga gue gaakan bisa berbagi kaya gini. "
"Harusnya kata-katanya bukan gitu. " Ujar Nadira. Ali mengernyitkan dahinya bingung. "Seharusnya gini, kalo bukan aku yang ngikutin diem-diem. " Nadira terkekeh dengan ucapannya. Seolah rasa canggung tadi pagi telah lenyap.
Ali menyunggingkan senyumnya. Ia dirinya ingat bahwa sangking keponya ia mengikuti Nadira memasuki gang kecil. Keduanya kembali terdiam. Mereka sama-sama menikmati keseruan yang ada di sekelilingnya. Candaan anak-anak di depannya benar-benar membuat hangat suasana.
"Kalo ke sini rasanya adem yah. Kita gak akan liat kemewahan dunia. Dan justru bikin rasa syukur kita bertambah. " Ujar Nadira. Ali mengangguk setuju. Dirinya memang merasakan apa yang seperti Nadira ucapkan.
"Dir boleh gue nanya? " tanya Ali yang di angguki Nadira.
"Lo beneran udah ada yang lamar? " lanjut Ali.
Nadira terdiam, dirinya tidak menyangka bahwa Ali akan mengetahui ini semua. Nadira menduduk, dia memainkan jari-jarinya. Haruskah ia menceritakan semunya kepada laki-laki yang sudah menempati hatinya tanpa ia sadari?
***
Jangan lupa vote + coment ><
Alhamdulillah
Purwakarta, 16-juni-2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebening Cinta
RomansaRahasia masalalu yang akhirnya terungkap. Menyisahkan tanda tanya besar juga rasa sakit yang sulit di sembuhkan. Kedua orangtuanya berhasil menyembunyikan hal yang tidak sepatutnya di sembunyikan. Tapi, ketika ia terlau larut dalam masalah membuat d...