Brian tidak tahu hari ini harus senang, bersemangat, atau sungkan. Pasalnya hari ini adalah hari pertamanya bekerja di salah satu perusahaan advertising. Memang ini bukan perusahaan besar, hanya sebuah perusahaan start-up yang masih merintis bisnis. Cukup disayangkan dengan kemampuan Brian yang luar biasa, ia hanya bekerja di perusahaan start up padahal ia bisa mendapatkan pekerjaan di perusahaan yang lebih besar. Tapi disisi lain, lowongan pekerjaan yang sedang sulit mengharuskannya untuk bersyukur, setidaknya ia dapat mengakhiri masa penganggurannya setelah kurang lebih enam bulan.
Tubuh tingginya berbalut setelah hitam dan putih memasuki ruko yang dibatasi oleh pintu kaca yang disamari oleh sunblast. Jantungnya sedikit berdebar, membayangkan bagaimana reaksi atasannya akan dirinya. Padahal saat wawancara beberapa hari yang lalu, semuanya berjalan dengan mulus. Hanya saja namanya hari pertama bekerja, tentu ada perasaan canggung serta takut, takut memberikan kesan pertama yang buruk.
Kantor ini tidak terlalu besar, namun cukup luas untuk karyawan yang jumlahnya hanya lima orang termasuk kedua atasan mereka. Ada dua orang anak magang serta satu karyawan senior, kira-kira sudah setahun bergabung. Brian diperkenalkan kepada setiap orang disana, ia hanya berdoa agar dapat berhubungan baik dengan mereka.
Hal yang ia ketahui dari rekan kerja barunya yang sudah senior, kalau dua orang atasan tersebut adalah perintis perusahaan ini, Sungjin dan Jieun. Mereka berdua merupakan sepasang kekasih, sudah kurang lebih delapan tahun. Ya memang mereka berdua terlihat serasi sekali, seperti tidak ada kurangnya. Pak Sungjin yang memiliki perawakan besar dan tinggi, serta wibawanya yang luar biasa serta tegas, tidak terlalu banyak bicara dan to the point. Sedangkan Bu Jieun seorang wanita yang sederhana namun cerdas, tidak banyak menggunakan riasan namun tetap memancarkan aura, tutur katanya yang lembut serta cekatan dalam setiap hal. Memang pasangan yang cocok.
Hari demi hari Brian lewati dengan enjoy di kantor barunya. Ia mendapatkan bagian graphic design yang merupakan hobinya. Siapa yang tidak senang bukan jika mendapatkan pekerjaan hobi yang dibayar? Tak terasa sudah tiga bulan ia disini, ia sudah menganggap kantor ini seperti rumahnya sendiri. Sudah tidak ada rasa canggung ataupun sungkan lagi. Hanya saja ia diselimuti rasa sepi karena dua orang anak magang biasanya selalu berisik meributkan hal tidak penting kini sudah menyelesaikan masa magangnya. Seorang rekan kerja lainnya juga ternyata bukanlah karyawan tetap melainkan freelancer yang hanya datang jika ada pekerjaan atau hal yang ingin dibahas. Jadi Brian hanya seorang diri di tempatnya, dengan dua orang atasnnya di ruangan yang berbeda. Untuk orang yang tidak suka keramaian, ini menjadi hal yang baik bagi Brian. Namun kadang juga ia merasa sedikit jenuh.
Hari demi hari tugas yang silih berganti diberikan kepada Brian. Bu Jieun menjelaskan satu persatu tugas kepada Brian, serta mengajarkannya banyak hal dengan sabar. Brian juga merupakan orang yang cepat tangkap, sehingga tak sulit bagi keduanya untuk saling bertukar informasi. Hampir setiap hari yang ditemui Brian hanya Bu Jieun, sedangkan Pak Sungjin sangat jarang. Bahkan jika bertemu di jalan, mungkin Brian tidak mengenali atasannya sendiri. Ditambah lagi Pak Sungjin yang sering pergi keluar untuk mengecek hal-hal dilapangan sehingga ia sering menggunakan masker dan topi semakin menyamari penampilannya.
Selama tiga bulan bekerja, Brian selalu mendapatkan bagian desain dalam ruangan tapi belum pernah sekalipun melihat hal yang di lapangan. Tapi hari ini ternyata mereka diajak ke lapangan, katanya untuk membantu mengecek beberapa proses pencetakan, screening, dan sebagainya. Tidak hanya Brian, tetapi juga rekan kerjanya yang lain. Karena ke lapangan, tentu saja briefing kali ini dipimpin oleh sang boss. Seperti biasa, ia menggunakan masker namun kali ini tanpa topi.
Mereka semua duduk di meja persegi, kebetulan Brian duduk di hadapan Pak Sungjin. Beliau menjelaskan tentang hal-hal apa yang akan dilakukan di lapangan serta pembagian tugas nantinya. Fokus Brian seperti terpecah dua, antara mendengarkan penjelasan atau memandangi mata sang atasan yang tidak tertutup masker. Mata yang indah dan hitam serta bersinar, alis yang lebat, bulu mata lentik, sempurna. Untungnya Brian multitasking sehingga ia mampu melakukan kedua hal tersebut secara bersamaan. Belum lagi gerakan tangan sang atasan yang bergerak sembari menjelaskan beberapa hal, jarinya yang panjang dan indah, lengannya yang menonjolkan urat-urat dibalik kemeja sepanjang siku. Bentuk jari dan kukunya yang bahkan lebih indah dari Bu Jieun. Pikiran nakal Brian sempat membayangkan bagaimana rasanya jika jari panjang dan indah itu mengobrak-abrik lubangnya, tentu akan sangat nikmat. Ditambah lagi lengannya yang berotot serta urat yang timbul, apalagi bagian lainnya. Sial, pikirannya benar-benar kotor sehingga sedikit mengetatkan celananya. Padahal ini masih pagi, bisa-bisanya ia berfantasi dengan boss nya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is Never Ending: Kumpulan Sungbri Oneshoot🔞
FanfictionKumpulan oneshoot Sungbri, di upload melalui akun twitter @lakoona. Read by your own risk, happy reading!🔞🔞