Disclaimer: Slightly selfharm and 🔞
Mencintai dalam sepi
Dan rasa sabar mana lagi
Yang harus kupendam dalam mengagumi dirimu
Melihatmu genggam tangannya
Nyaman dipelukannya
Membuatku tersadar
Dan sedikit menepi...
Mungkin penggalan lagu tersebut sangatlah cocok menggambarkan kisah percintaan Brian saat ini. Melihat 'teman baik'nya nyaman di genggaman hangat lelaki itu, yang jelas bukan dirinya. Lelaki manis penuh canda tawa dan humor, memiliki mata sedalam lubang hitam dan senyum secerah matahari, lelaki yang pasti memberikan seluruh kebahagiaan kepada kekasihnya. Beruntungnya Sungjin, bisa memiliki lelaki secerah Wonpil. Begitu pula sebaliknya, beruntungnya Wonpil yang dapat memiliki Sungjin yang rela memberikan semesta kepada kekasih yang dicintainya. Namun berbanding terbalik dengan Brian yang hanya dapat memandangi mereka dari kejauhan.
Kembali ke empat tahun yang lalu, hari pertama Brian bertemu Sungjin saat penerimaan mahasiswa baru. Kepala botak, badan tegap, mata bulat berbinar, merampas seluruh pandangan dan nafas Brian. Pertama kalinya jantungnya berdegup kencang karena seorang pria yang baru saja ditemuinya. Ternyata semesta sangat berpihak pada Brian, bisa-bisanya mereka berada pada kelompok dan jurusan yang sama. Namun Brian cukup pengecut untuk menyatakan perasaan yang spesial ini kepada seorang yang sempurna seperti Sungjin, bahkan setelah satu tahun mengenal.
Lalu entah ini menjadi suatu kesalahan atau keberuntungan terbesar bagi Sungjin dan Brian, ketika Brian memperkenalkan Wonpil kepada Sungjin saat mereka mengerjakan proyek pengabdian masyarakat. Wonpil seorang mahasiswa jurusan sebelah, yang secara kebetulan sekelompok dengan Brian. Pertemuan tersebut menjadi titik awal kebahagiaan Sungjin dan Wonpil, dan juga awal kehancuran Brian.
Tiga tahun merupakan waktu yang cukup lama bagi Brian menahan semua ini. Semua sesak yang timbul melihat dua sejoli itu memadu kasih. Semua telinga yang selalu mendengarkan kisah sang mentari, semua ketegaran bahu yang menjadi tempat bersandar Sungjin saat keduanya berseteru, semua sapu tangan basah yang menghapus air mata Sungjin karena lelaki itu, semua pilu yang harus dirasakan Brian saat merasa sungguh Wonpil menyia-nyiakan orang yang masih dicintainya sepenuh hati walaupun sudah menjadi milik orang lain, tak berubah sedikitpun dari pertama kali mereka bertemu.
Dan malam itu, sungguh sebuah kebahagiaan terbesar bagi Brian setelah empat tahun menahan semuanya sendiri, dan juga menjadi kesalahan paling besar dalam hidupnya. Menemui Sungjin di danau belakang kampus ketika semua orang sudah tertidur di asrama, duduk ditemani angin malam dan dua cangkir teh hangat yang masih mengepulkan asap ke udara.
"Bri, kenapa semakin hari gue hubungan gue semakin buat gue capek ya? Berantem ga jelas, semuanya semakin hambar, guenya semakin kosong. Gue gatau ini perasaan sayang atau hanya karena sudah terbiasa bersama?" Sungjin membuka percakapan, menghadap kosong ke danau, meninggalkan Brian di sebelahnya yang masih sibuk memasati tehnya lekat. "Mungkin lo cuma lagi jenuh Jin, jangan gegabah." Hanya jawaban singkat dari Brian dengan sejuta skenario di kepalanya. Malam ini ia sudah membulatkan tekat untuk menyatakan perasaannya kepada Sungjin, walau setelah ini ia tidak yakin dengan pertemanan mereka. Namun Brian sudah siap dengan seluruh konsekuensi, ia juga tak memiliki maksud sama sekali menjadi perusak hubungan orang, terlebih keduanya merupakan temannya.
"Bri.." Sungjin mengambil jeda sejenak untuk melanjutkan perkataannya "percaya ga kalau dulu gue pernah suka sama lo? sebelum ada Wonpil." Brian cukup terhenyak mendengar pernyataan Sungjin. "gue pernah cerita sama Jae, tapi gue ga yakin dan cukup pengecut untuk bilang sama lo, maaf sebelumnya tapi sampe sekarang pun gue masih nyaman sama lo." dan berangkat dari sana, Brian mencurahkan seluruh perasaannya kepada Sungjin, pertemuan pertama mereka, perasaannya yang membuncah ketika mata seindah galaksi itu menatapnya, seluruh rasa sakit yang didapatnya ketika Sungjin menangisi orang yang selalu membuatnya bahagia, dan bagaimana caranya melewati empat tahun dengan cinta sendiri. Sungguh kesalahan yang luar biasa mencurahkan seluruh hal yang sudah disimpannya dengan apik selama ini kepada seseorang yang masih berstatus menjadi pacar orang. Dan kesalahan fatal saat keduanya berpelukan mesra menenangkan satu sama lain, berbagi ciuman hangat penuh ketulusan yang mencurahkan perasaan satu sama lain kemudian berubah menjadi ciuman panas penuh nafsu yang ingin memangsa satu sama lain.
Hari demi hari berjalan dengan baik, sama seperti sebelumnya. Brian masih sebatas teman akrab Sungjin yang selalu berada untuknya seperti semua. Namun tidak dengan malam hari. Teman akrab mana yang saling bertemu secara diam-diam saat seluruh penghuni asrama tidur? Teman akrab mana yang saling mengunjungi kamar satu sama lain yang hanya terpisah 2 kamar? Teman akrab mana yang berbagi ciuman panas serta desahan di atas ranjang yang sama? Katakanlah mereka berdua brengsek, karena memang itu kenyataannya.
Sebagaimanapun pintar mereka menyembunyikan, ibarat bangkai disimpan pasti akan ketauan juga. Sehingga disinilah Brian sekarang, bersama Sungjin dan Wonpil duduk di meja yang sama di sebuah kafe. Sungguh, Brian sadar semua ini salah. Wajar jika Wonpil menunjukkan ekspresi marah besar, serta kecewa yang tak terbendung lagi. Siapa yang tak marah jika mengetahui pacarnya berselingkuh dengan temannya yang sekaligus sahabat pacarnya, orang yang awalnya memperkenalkan mereka berdua? Entah nasib sial atau memang teguran, ketika Dowoon yang merupakan sahabat Wonpil, mendapati Brian dan Sungjin keluar masuk kamar satu sama lain selama dua bulan belakangan ini. Untung Wonpil cukup dewasa mengerti semua keadaan ini, mendengar penjelasan langsung dari Sungjin dan Brian. Pengakuan dan permintaan maaf mengalir deras dari keduanya, membuat Wonpil mengerti jika perasaan tidak ada yang dapat menahan. Toh, tidak ada gunanya mempertahankan kekasihnya yang kini sudah hambar dengannya dan nyaman di pelukan orang lain. Wonpil cukup sadar itu sehingga rela melepas sang galaksi walau dalam hati masih cukup kecewa.
Disinilah Brian sekarang, duduk termenung di rooftop kantornya bekerja, menatap langit yang cahayanya semakin pudar, ketika sang surya mulai digantikan sang purnama. Sudah setahun sejak pertemuannya dengan Wonpil, sudah setahun pula putusnya hubungan Wonpil dan Sungjin, serta sudah setahun juga dirinya dengan sang purnama menjalani kisah tanpa status. Brian memang bukan orang yang akan meminta status. Baginya jika keduanya bahagia, maka status menjadi bias. Sudah enam bulan sejak dirinya dan Sungjin lulus dan pindah dari asrama, sudah enam bulan pula Sungjin menjadi lebih pasif ketika mendapat kerja di luar kota dan pindah kesana. Hubungan tetap berjalan, seminggu sekali Sungjin akan menemuinya karena jaraknya yang tak terlalu jauh.
Brian kembali menerawang langit, memutar balik semua yang sudah dilakukannya terutama kepada Wonpil. Sungguh jahat diri ini, namun perasaannya kepada Sungjin jauh lebih besar sehingga membuatnya nekat melakukan hal tersebut. Padahal sungguh tak sedikitpun terbesit niatnya untuk merusak hubungan mereka. Menjadi bayangan pada hubungan mereka pun sudah cukup bagi Brian. Entah apakah ini karma baginya karena belakangan ini Sungjin semakin susah dihubungi, selalu berkata sibuk bekerja. Apa memang Sungjin sibuk? Ataukah ia memiliki orang lain disana? Apakan Brian hanya dijadikannya alasan untuk memutuskan hubungannya dengan Wonpil setahun yang lalu karena nyatanya ia memang sudah bosan?
Sebuah pesan masuk dari orang yang Brian tunggu selama ini. Harusnya wajahnya menjadi riang bukan? Namun sungguh malah makin muram. Ah rupanya Sungjin lagi-lagi mengecewakannya. Namun kali ini sungguh berbeda, seperti bukan Sungjin yang biasa. Tak pernah seorang Sungjin mengirim teks lebih dari 3 bubble. Sungjin, apa kau baik-baik saja? Sungguh perasaan Brian tidak enak. Persetan dengan waktu, menghampiri Sungjin yang berjarak hanya dua jam dari tempatnya merupakan pilihan yang paling tepat.
Perlahan namun pasti, saat ini Brian sudah di depan pintu apartemen Sungjin, memasukkan password yang tak lain adalah tanggal lahirnya. Gelap, hanya itu yang bisa dideskripsikannya. Bergegas ia ke kamar Sungjin, tidak ada suara. Brian sudah cukup hafal dengan ruangan ini, sudah beberapa kali Sungjin mengajaknya menghabiskan waktu libur di apartemen dengan pemandangan dari balkon yang indah. Ah iya, balkon! Jika tak ada di kamar, pasti di balkon. Dan benar, Sungjin ada di balkon, dengan wajah pucat dan lemah,serta pergelangan tangan yang bedarah.
"Bahagia terus ya Bri, jangan tunggu aku." "Kok begitu bilangnya?" "Let's meet each other in another good time, aku sayang kamu"
Bagaimana aku bisa bahagia, jika kau yang merupakan kebahagianku meninggalkanku sendirian di dunia yang jahat ini, tanpa aku tau apa penyebabnya.
Apa ini yang dinamakan karma? Ketika aku membuat dia meninggalkan orang yang mencintainya, sedangkan aku ditinggalkan orang yang kucintai?
Apa ini merupakan hal baik untuk Wonpil, karena iya tidak perlu merasakan sakit sesakit yang aku rasakan?
Apakah hubungan kami yang seperti ini menandakan sesuatu? Jelas ia tau hari ini akan tiba, maka ia melarangku untuk jatuh lebih dalam?
Namun sudah telat Park Sungjin, seorang Brian Kang sudah jatuh terlalu dalam untukmu bahkan sampai detik ini, dan tidak tahu bagaimana caranya untuk bangkit lagi.
-fin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is Never Ending: Kumpulan Sungbri Oneshoot🔞
FanficKumpulan oneshoot Sungbri, di upload melalui akun twitter @lakoona. Read by your own risk, happy reading!🔞🔞