Flashback Minho pas ngomong sama Agensi juga ngomong sama bapaknya Jisung juga orangtuanya. Pertama, sama ortunya dulu.
"Pa, Ma, aku mau nikah. "
Inti dari kedatangan Minho ke rumahnya adalah hanya untuk mengucapkan tiga kata itu didepan orang tuanya.
"Kamu yakin? " Tanya Tuan Lee. Bagaimanapun juga, pekerjaan putranya adalah seorang artis. Yang pastinya di setiap keputusan yang ia ambil akan menimbulkan resiko.
"Calon kamu udah siap belum dengan segala kemungkinan yang bisa terjadi didepan? "
Kepala Minho mengangguk. "Aku udah yakin, Pa. Kalau untuk itu, Minho udah putuskan untuk berhenti dari dunia industri. Meskipun itu enggak menutup segala kemungkinan sepenuhnya, tapi Minho akan usahakan untuk tetap di sisi dia. "
"Kamu udah tanya ke dia? " Tanya Mama Lee. Ia harus memastikan semuanya supaya calon pendamping Minho ini dapat dikategorikan mampu menjadi calon menantu keluarga Lee.
Minho menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Belum, kan? " Tebak Nyonya Lee.
"Tapi, dia mengerti pekerjaan aku kok. " Sela Minho, supaya kedua orangtuanya segera memberikan restu.
Sang ayah berdeham mengeringkan tenggorokannya. "Kalau kamu sudah yakin, silahkan. Papa sama Mama tidak akan halang-halangi kamu. Tapi untuk urusan restu, Papa ikut sama Mama aja. "
"Gimana mau kasih restu, calon menantu Mama aja gak kamu kasih unjuk. " Sahut sang ibu.
"Papa sama Mama udah pernah ketemu kok, berkali-kali malah. " Ucapan Minho membuat tanda tanya besar di kepala orang tuanya.
"Siapa? " Tuan Lee tidak sama sekali menemukan sosok tersebut. Tapi, memang ada seseorang yang sering Minho temukan dengan mereka.
"Jangan bilang.... " Mama Lee mencoba menebak. Hanya ada satu sosok yang muncul di kepalanya. Ya karena mereka memang sudah bertemu beberapa kali sebelumnya.
"Iya, Ma. Han Jisung, Papa sama Mama gak marah, kan? "
"Kamu gak usah minta restu dari kita, udah pasti dibolehin! Ayo kita ketemuan nanti! Mama kangen sama Jisung. " Ujar sang Mama senang.
Sejak pertemuan pertama dengannya, Jisung memang meninggalkan kesan yang mendalam terhadap mereka. Walaupun agak malu-malu, tapi tidak malu-maluin, Jisung mampu memenuhi segala persyaratan untuk masuk menjadi keluarga Lee.
"Tapi masalahnya, orangnya gak tau Ma. "
"Hah? Kamu main-main ya sama Jisung? " Tuduh Ibu Lee.
"Enggak astaga, Ma. Minho serius sama Jisung. Nanti abis ini, Minho mau bilang sama agensi, terus sama Papa Jisung, tanpa kasih tahu Jisung. "
"Memangnya kamu yakin Jisung mau sama kamu? " Goda Nyonya Lee.
"MAULAH! "
"SANTAILAH, GAK USAH NGEGAS! "
"Jadi, kau akan keluar dari Agensi ini? " Tanya sang pimpinan di kursi kebesarannya. Netranya masih menatap kearah Minho yang duduk di depannya. "Apa kau yakin? "
"Tentu saja. Lagipula, kontrakku juga sudah habis dan tinggal beberapa pekerjaan yang harus ku selesaikan. "
"Tapi, alasanmu sungguh tidak jelas, Ho. Kau perlu alasan yang lebih lagi untuk keluar dari industri ini. Para penggemarmu tidak akan menyerah semudah itu. " Ucap Bang Sajang. Untung saja artisnya ini adalah kawannya sendiri. Jadi, ia bisa berbicara layaknya seorang teman dibanding atasan.
"Ya, tentu aku tahu. Tapi, aku benar-benar sudah tidak ingin lagi berada di industri ini. Aku lelah. Aku ingin menikmati hidup bersama seseorang yang ku cintai. " Jelasnya lebih lengkap lagi karena dikatakan alasannya tidak jelas.
"Asistenmu bukan? " Tebaknya tepat.
"Kau tahu itu. "
"Aku melihat tatapanmu yang berbeda saat bersamanya dibandingkan saat kau bersama lawan mainmu. Bukti itu, sudah meyakinkanku bahwa kau mencintainya juga dengan Han Jisung. "
"Jadi bagaimana? Apakah bisa? " Tanya Minho. Dirinya masih diambang batas.
Chan menghembuskan napasnya. Perusahaannya akan kehilangan satu orang berbakat juga penghasilan terbesarnya. Namun, apa boleh buat. Minho memang bernaung di agensinya sudah sejak dua belas tahun yang lalu hingga sekarang. Sudah saatnya, Minho bahagia dan melakukan apapun yang ia inginkan. "Tentu saja, bisa. Kau kan temanku dan juga sudah ku anggap sebagai keluarga sendiri. Kejarlah kebahagiaanmu. "
"Lalu apa yang akan kau katakan pada para penggemarku? " Tanya Minho. Karena, hal ini jugalah yang paling banyak menyita ruang di pikirannya.
"Kita akan berkata jujur pada para penggemarmu. Kau akan menikah dan meninggalkan industri ini. "
"Kau menggunakan alasan menikah? "
"Lalu, apa lagi memang? "
"Ya, benar juga sih. Ya, sesukamu saja lah. Yang penting, tidak melenceng jauh. " Minho pasrah dengan apa yang akan dilakukan kawannya tersebut.
Minho ingin melakukan segalanya dengan cepat dan tanpa Jisung ketahui. Jadi, tanpa sepengetahuan Jisung, Minho pergi ke kampung halamannya dengan dalih ada hal yang harus diurus masalah pekerjaan disana. Padahal, niatnya adalah untuk menemui calon mertua. Ngomongnya memang bersama manajer, tapi kenyataannya tidak sama sekali.
Dengan kemampuan ingatan yang seadanya, Minho akhirnya berhasil sampai di depan kediaman Jisung yang sederhana. Untung saja dirinya masih ingat dimana arah ke rumah sangat calon pendamping hidup. Masih calon, karena sedang dalam perjalanan mendapatkan restu.
"Duduk aja, Ho. Gak usah sungkan, anggap aja rumah sendiri. Pelan-pelan aja, gak usah gugup begitu. " Tuan Han mempersilahkan Minho untuk duduk dengan nyaman terlebih dahulu agar ia tidak gugup.
Iya, ayah Jisung tuh tau kedatangan Minho kemari mau ngapain. Soalnya, sebelum Minho kemari, dia udah sempetin untuk telepon bapak Jisung biar gak kaget.
"Kamu mau nikahin Jisung? " Tanya Tuan Han mengawali percakapan mereka.
Kepala Minho mengangguk sembari memegang gelas yang disediakan dengan kedua tangannya diatas paha. "Iya, Pa. "
"Yaudah, sana. "
Minho yang mendengar penuturan beliau, sontak membolakan kedua matanya. "Hah? "
Tuan Han tersenyum melihat reaksi sang calon menantu. "Iya, boleh. Lagipula, Papa juga tau anak satu itu sudah cinta sama kamu dari lama. Bahkan, kalau lagi ngigo aja, kadang manggil-manggil nama kamu. Bucin banget anak itu emang. "
Minho jadi seneng deh dengernya. Tidak dia sangka, Jisung sebegitu cintanya sama dia. Tapi dia juga masih bingung, segampang itu? "Pa, kalau boleh tanya, selain alasan Jisung yang udah cinta sama saya, kenapa Papa bolehin? "
"Kamu mau Papa bikin susah? " Tawarnya.
"Enggak Pa, makasih. "
Kekehan terdengar dari sosok berambut putih tersebut. "Ya, alasannya karena Papa udah lihat dan kenal kamu dari lama. Kamu anaknya baik dan Papa yakin bisa jagain Jisung. Papa juga yakin, kamu pasti udah punya rencana untuk kedepannya seperti apa. "
Minho hembusin napas lega. Rupanya enggak sesusah itu minta restu sama calon mertua. Lebih susah minta restu sama kedua orangtuanya. Harusnya, Papa Han yang lebih susah. Tapi enggak jadi, bagus udah Papa Han enggak kasih yang ribet-ribet.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝕀𝕟𝕧𝕚𝕥𝕒𝕥𝕚𝕠𝕟
FanfictionTentang Jisung yang menerima undangan secara lisan untuk hadir ke pernikahan atasannya, Lee Know.