03

258 39 3
                                    

Jisung sungguh terkejut ketika mengetahui dimana tempat pernikahan Minho akan dilaksanakan. Ia tidak pernah menyangka bahwa Minho memilih untuk menikah disana.

Tempatnya di kampung halamannya. Lebih tepatnya, sebuah kapel yang berada di tepi laut. Pemandangan disana memang sungguh indah dan tidak dapat dipungkiri. Tidak heran juga sih kalau Minho ingin menikah disana.

Di kampung halamannya, memang tidak begitu banyak warga yang tinggal. Jadi, cukup aman bagi Minho yang seorang artis. Hanya ada orang-orang yang menikmati hari tua mereka, juga ayah Jisung. Jarak dari kapel ke rumah Jisung juga tidak begitu jauh. Kurang lebih lima belas menit dengan berjalan kaki.

Dua hari sebelum hari pernikahan berlangsung, Minho dan Jisung sudah pergi terlebih dahulu kesana. Untuk bersiap-siap juga.

Memang Jisung tidak dapat kartu undangan, namun ia mendapatkan jas formal untuk menghadiri pernikahan tersebut. Bukan hanya untuk dirinya, untuk ayahnya juga. Sungguh baik hati bukan Minho?

Awalnya, Jisung agak sangsi memang saat pertama kali menatap kedua jas yang diberikan itu. Kenapa sungguh bagus? Jisung dan ayahnya kan hanya tamu.

Flashback

"Hyung, kenapa jas ini sungguh bagus? Apakah ini mahal? " Tanya Jisung yang tidak yakin dengan pikirannya.

"Sudah, kau pakai saja. "

"Tapi kan aku dan ayahku hanya tamu, Hyung seharusnya tidak perlu melakukan sebanyak ini. Aku tidak enak padamu. "

Minho menghela napasnya. "Kau itu sudah ku anggap sebagai sahabatku juga, Sung. Untuk ayahmu, ya karena ayahmu itu baik padaku dan aku juga sudah menganggapnya sebagai ayahku sendiri. Jadi, aku ingin yang terbaik di hari istimewaku. "

Flashback end

Masuk akal memang. Ya sudah, kalau begitu, Jisung akan memakainya bersama dengan sang ayah nanti.

Selama dua hari ini, Minho menginap di rumah Jisung sementara. Selama itu juga, Jisung kerap menanyakan calon pasangan hidup Minho. Masih mencoba membujuk Minho supaya memberi tahunya. Namun apa daya, selalu gagal.

Jisung juga tak luput menanyakan kabar kedua orang tua dari Minho. Iya. Menurut informasi dari Minho, kedua orang tuanya berada di penginapan yang tidak jauh dari sini. Jadi, besok pagi, ada orang yang akan menjemput mereka ke Kapel. Syukurlah.

Jangan kira Jisung tidak kenal dengan Tuan dan Nyonya Lee. Ia pernah menemuinya beberapa kali saat Minho sekalian mampir ke rumahnya. Sekitar sepuluh kali, kalau tidak salah.

Salahkan saja Minho yang tidak pernah ingat dengan jadwalnya. Ini membuat Jisung harus menghampiri Minho ke rumahnya untuk bersiap. Hubungannya dengan kedua orang tua Minho, juga tidak canggung, tidak ada penolakan dari mereka terhadap Jisung walaupun ia hanyalah seorang asisten.

Tidak banyak yang mereka lakukan mendekati hari-h. Hanya mengecek tempat dan berjalan-jalan di sekitar kampung sebentar. Jangan lupakan mengambil beberapa foto untuk disimpan.


















Hari ini adalah harinya. Hari dimana akan menjadi hari yang spesial dalam hidup seorang Lee Minho.

Pagi-pagi sekali, Minho sudah bangun untuk menyiapkan dirinya. Mulai dari membiarkan sang penata rias bekerja, sampai pada pakaian. Memang asalnya Minho sudah tampan, jadi tidak perlu mengeluarkan usaha lebih untuk membuatnya lebih tampan.

Bukan hanya Minho, Jisung juga. Jisung bingung lah. Kok dia ikutan di make up? Kan dia cuma tamu. Kata Minho, Jisung ikutan di make up karena Jisung itu udah kayak groomsmen-nya. Makanya harus cakep, kan ada sesi dokumentasi. Ya, nurut aja si Jisung tuh.

Sang mentari mulai memancarkan sinarnya menerangi bumi beserta isinya. Menandakan bahwa hari yang baru sudah dimulai.

Dikarenakan Minho ingin pernikahannya sempurna, jadi pria tampan itu ijin untuk pergi lebih dahulu ke Kapel. Sementara Jisung dan ayah Han akan menyusul nanti saat acaranya sudah mau dimulai.

"Anak Ayah sungguh tampan. " Puji Ayah Han ketika melihat sang putra diberi polesan.

"Tentu saja, aku ini kan anak Ayah! " Serunya semangat yang membuat sang ayah terkekeh.

Karena bangun terlalu pagi, kedua kelopak mata Jisung masih ingin tertutup. Jadilah, dirinya lelap kembali di kursi.






























Pemberkatan akan segera dimulai dalam dua puluh menit lagi. Karena takut telat, jadilah Jisung dan ayahnya segera berjalan menuju Kapel. Seikat bunga baby breath juga ikut bergerak mengikuti gerak tangannya.

Iya, tadi Minho suruh Jisung bawa bunganya. Karena Jisung groomsmen. Sebenarnya dia itu groomsmen atau penyusun acara sih?!

Namun, sekali lagi, ia tidak ambil pusing. Lagipula, itu wajar. Minho kan tidak melibatkan banyak orang profesional dalam pernikahannya hari ini. Jadi, maklum saja jika dilimpahkan pada Jisung, orang kepercayaannya. Dia mah terima-terima aja udah.

Hembusan angin juga sinar matahari yang tidak begitu terik mengiringi langkah manusia dua generasi tersebut. Rumput-rumput tinggi bergoyang mengikuti arah angin.

Mereka sampai tepat waktu. Acaranya akan segera dimulai. Jisung dan ayahnya berdiri di depan pintu Kapel.

Ombak yang berada di air laut menghantam dinding karang perlahan membuat Jisung tenang. Sudah lama ia tidak merasakan hal-hal seperti ini sejak kepergiannya ke ibu kota.

Tangan sang putra bertengger pada lengan sang ayah, lalu membuka dua pintu kayu besar di hadapan mereka. Melangkah kedua kaki mereka dengan langkah yang pasti.

Sontak keduanya dihadiahi tatapan seluruh tamu pernikahan hari ini. Jisung agak bingung sebenarnya. Kenapa ia dan ayahnya dihadiahi tatapan sebanyak ini? Apa ada yang salah dengan mereka?

Karena Jisung menjadi groomsmen untuk yang pertama kalinya, jadi dia masih bingung-bingung dan akhirnya memilih untuk mengikuti jejak langkah sang ayah saja.

Tapi yang lebih aneh lagi adalah suara tepukan tangan dari para tamu undangan yang mengiringi langkah mereka menuju altar. Kenapa ini?

𝕀𝕟𝕧𝕚𝕥𝕒𝕥𝕚𝕠𝕟 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang