2

1.4K 139 8
                                    

"Eh, Mbak Janice. Kok udah berangkat syuting aja sih! Bukannya cuti nikah,ya?" tanya Brenda,artis figuran di sinetron stripping yang Ia bintangi.

"Bukan urusan lo!" jawab Janice dengan sinis.

Ia tahu jika Brenda bukan ingin mengakrabkn diri dengannya. Perempuan berambut blonde itu sengaja bertanya demikian untuk mengata-ngatainya. Sebagai artis, Janice tidak bisa bersikap sok polos kepada semuanya. Karena di zaman sekarang siapapun bisa jadi batu sandungan alias penghalang.

Bukannya mundur, Brenda justru menyamakan langkahnya dengan Janice. "Aduh, Mbak. Masak punya suami se-hot Romeo malah di tinggal kerja.

Janice menghentikan langkahnya dan menatap Brenda dengan tajam. Perempuan itu sengaja..ah tidak! Si blonde ini pura-pura tidak tahu tentang pernikahannya.

"Lo sengaja ya mau mancing emosi gue?"

Brenda tertawa, tapi yang Janice dengar bukan tawaan melainkan kikikan kuntilanak penunggu pohon beringin.

"Aduh, Mbak Janice. Masak iya Aku nyari gara-gara sama the most valuable artist sih! Emangnya Mbak Janice nggak jadi nikah sama Killimanta Romeo, makanya jadi sensi kayak gini?"

Janice menunjuk muka Brenda dengan script yang baru saja Ia terima dari sutradara. " Heh, jangan pura-pura nggak tahu ya! Baru jadi figuran aja sombong banget!"

Brenda mengubah mimik wajahnya menjadi kebingungan hingga rasanya Janice ingin melemparnya ke sungai amazon.

"Duh iya deh, sorry Mbak. Tadi cuma pemanasan aja, siapa tahu Mbak Janice nyesel karena udah lepehin Romeo demi cowok weird kayak gitu. Bye-bye, Mbak Janice!"

"Eh-eh,kemarin tagline beritanya lucu loh, Mbak Janice.Keren nggak sih kata-katanya, tuhan itu adil dimana yang cantik harus berjodoh dengan yang burik!" kekeh Brenda membuat Janice semakin mencak-mencak.

"Dasar kuntilanak blonde!" teriak Janice begitu Brenda pergi dari hadapannya.

Mood Janice sudah terjun bebas ke perosok jurang gara-gara kuntilanak blonde itu. Pagi nya yang sedikit cerah ini harus kembali mendung saat perempuan itu dengan sesuka hati mencibirnya.

Semua ini gara-gara pria alien itu! Andai saja Janice tidak menikah dengan Janaka mungkin hidupnya akan baik-baik saja sekarang. Karir mentereng, relasi yang menghormatinya dan Romeo di pelukannya. Oh Janice sangat merindukan pria itu!

"Poor you, janice!"

***

Cut!

"Janice! Profesional dong, adegan pelukan kamu itu terlalu kentara sekali aktingnya. Buat senatural mungkin dong!"

Cut!

"Janice! Berapa kali sih kamu akting pelukan kayak gini! Kaku banget, ulangi!"

"Janice...

" Janice...

Kepala Janice rasanya mau pecah saat sutradara menginterupsi setiap adegan yang Ia lakoni. Semuanya selalu salah dan tidak ada yang benar, kurang natural lah, kaku lah, kurang chemistry lah. Hari ini sangat berat untuk Ia lewati, biasanya Ia tak perlu butuh waktu berjam-jam untuk menyelesaikan adegan demi adegan. Dirinya Janice Prameswari, ratu sinetron dan film. Sial efek mood swing pagi ini membuatnya kehilangan taji untuk berakting.

"Mbak Jan, tumben banget sih kayak gini? Nih, caramel javachip buat seger-seger otak!"

Karen datang sambil membawa dua cup minuman berlogo gerai ternama. Janice menerimanya dan langsung menyesap nya bak kehausan di tengah gurun.

Bukan Jodoh Impian  [Terbit Ebook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang