Follow sebelum membaca, ya.
My Lilian adalah cerita sequel dari Lilian dan Pangeran Katak. Kalian bisa baca Lilian dan Pangeran Katak terlebih dahulu biar nggak bingung. Tapi, sayangnya hanya tersisa 20 part awal, karena sudah terbit.
Ada yang tidak...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Langkah kakinya tergesa-gesa, hingga suara sol sepatunya yang beradu dengan lantai marmer menimbulkan bunyi. Seorang pria berjas hitam masih setia mengekori langkahnya. Reza mendengkus kesal dan jari telunjuknya berkali-kali menekan tombol lift. Ia ingin sekali segera sampai ke kantornya.
Setelah pintu lift terbuka, Reza segera masuk dan disusul oleh sang asisten yang bernama Bara.
"Sudah berapa lama istriku ada di kantor?" tanya Reza tanpa melihat ke arah Bara yang berada tepat di sampingnya.
"Sepertinya Nyonya Lilian baru saja datang, Pak."
Reza mengangguk pelan. Mendadak kepalanya berdenyut hebat jika mengingat kelakuan istrinya, Lilian. Reza menghela napas lega saat pintu lift telah berhenti dan beberapa detik kemudian, pintu lift terbuka lebar.
Langkah kakinya yang terayun seketika terhenti di depan lift, saat ia melihat seseorang yang sangat dikenalnya, berjalan ke arahnya. Tampak dari jauh, seseorang itu juga tersenyum padanya disusul dengan lambaian tangan singkat.
"Roman? Sedang apa dia di sini?" monolog Reza dengan dahi berkerut.
Bara mendengar ucapan Reza dan mengikuti kemana arah sang Tuan menatap. Netranya membentur seorang lelaki yang memakai jaket hitam dengan topi bisbol yang sedikit menutupi wajahnya saat pria itu berjalan menunduk, membuat pria itu semakin terlihat misterius. "Siapa dia, Pak?" tanya Bara dengan berbisik pelan.
Reza menoleh sekilas pada Bara, ia lalu kembali menatap Roman yang sedang berjalan ke arahnya.
"Teman lama," jawab Reza pelan.
Roman menghentikan lagkahnya tepat di depan Reza.
"Sedang apa kamu di sini?" tanya Reza dengan wajah penuh curiga.
Roman membetulkan letak topinya agar ia bisa beradu pandang dengan teman lamanya. Tersenyum tipis dan mengunci pandangannya pada netra Reza.
"Aku ada urusan kecil dengan seseorang yang ada di kantor ini."
"Siapa? Kalau ... aku boleh tahu, sih," selidik Reza dengan suara yang dibuat setenang mungkin.
Roman tersenyum tipis, ia menggeleng pelan sebagai tanda penolakan akan permintaan Reza. Kini, giliran Reza yang tersenyum kecut. Dirinya tidak menyangka jika sahabatnya malah bermain petak umpet di kantornya sendiri. Lucu.
"Aku menemui seseorang yang tidak penting. Selamat siang Pak Bos, semoga hari mu menyenangkan," ucap Roman.
Roman hendak melangkah saat lengannya dicekal oleh Reza. Netra Roman menatap tajam ke arah lengannya. Reza menghela napasnya pelan, ia tahu bahwa Roman tidak menyukai cekalannya. Perlahan, Reza mengendurkan cekalannya, ia lalu menarik tangannya dari lengan Roman.
"Dengan siapa kamu bertemu? Jangan jadikan pertanyaan ini sebagai sebuah alasan yang akan menjauhkan kita."
"Siapa dia? Dia bukan orang penting. Suatu saat kamu akan tahu sendiri."