"Istri Anda bertemu dengan seorang lelaki di Kafe Obrien."
Reza meletakkan ponselnya perlahan. Belati tak kasat mata menorehkan luka di hatinya. Mengusap wajahnya dengan kasar, lalu menghempaskan punggungnya ke sandaran kursi.
Reza menatap Bara dengan wajah kusut. Asisten pribadinya itu tahu, jika ada sesuatu yang salah sedang terjadi. Bara mendekat ke meja Reza dengan mengambil sedikit jarak. Mencondongkan badannya dengan wajah penuh keingintahuan.
"Apa ... ada berita tentang Nyonya Lilian?" tanya Bara dengan suara berbisik.
Anggukan kepala pelan Reza menjadi jawabannya. Bara menegakkan kembali tubuhnya. Kini, saatnya ia berubah menjadi pendengar setia dan penasehat yang baik.
"Tolong, Pak, Nyonya Lilian tidak mungkin melakukan itu. Seandainya, itu terjadi, saya yakin, pasti ada alasannya."
Reza mengangguk samar, tidak ada alasan baginya untuk meragukan cinta Lilian. Ia yakin, istrinya punya alasan jelas atas sikapnya.
"Kamu benar, Bara. Tapi, sudah kesekian kali saya mendengar gosip ini."
"Keputusan Anda tentang Dhea sebagai body guard-nya sudah tepat. Selain melindungi, gadis itu juga bisa mengawasi gerak-gerik Nyonya Lilian. Jangan sampai Anda mengambil keputusan yang salah."
Reza manggut-manggut mendengar nasehat Bara. Ia kembali mengetikkan pesan pada Gio. Rasa penasarannya harus terjawab sekarang juga.
"Apa mereka berciuman?" tanya Reza dalam pesan yang ia kirim pada Gio.
Menunggu pesan balasan terasa memuakkan. Reza kembali meletakkan ponselnya. Memegang benda itu membuatnya ketakutan. Takut jika balasan dari Gio akan melukai hatinya.
Tak berapa lama, suara notifikasi pesan masuk terdengar. Tangan Reza ragu untuk menggeser layar benda pipih itu, tapi, rasa ingin tahu menyuruhnya untuk segera membaca pesan itu."Tidak. Mereka bahkan tidak berpegangan tangan. Sepertinya mereka membahas sesuatu yang rahasia. Tentu saja, saya tidak bisa mendengar percakapan mereka karena keduanya berbicara dengan suara pelan."
Balasan dari Gio membuat kening Reza berkerut. Desir rasa bahagia perlahan memasuki relung hatinya. Setidaknya, lelaki itu tidak menyentuh kulit istrinya. Namun, sesuatu mulai mengusiknya.
"Siapa dia? Apa yang mereka bicarakan? Apa ... Lilian sedang merencanakan sesuatu di belakangku?" tanya Reza dalam hati.
Reza kembali membaca tulisan di layar ponselnya. Ia berusaha menerka-nerka dengan pikiran liarnya. Apa dia kekasih istrinya?
Reza meremas kepalanya yang mulai berdenyut hebat. Memikirkan tentang Lilian membuat kepalanya mau meledak. Ingin sekali ia berteriak kencang untuk meluapkan emosinya, tapi itu pasti terasa sia-sia.
Notifikasi pesan masuk membuat Reza kembali meraih ponselnya. Sebuah foto dikirim Gio, yang menampilkan istrinya sedang duduk di depan seorang lelaki. Perawakan dan wajah lelaki itu tidak asing diingatan Reza, walaupun Gio hanya memotretnya dari kejauhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lilian
Teen FictionFollow sebelum membaca, ya. My Lilian adalah cerita sequel dari Lilian dan Pangeran Katak. Kalian bisa baca Lilian dan Pangeran Katak terlebih dahulu biar nggak bingung. Tapi, sayangnya hanya tersisa 20 part awal, karena sudah terbit. Ada yang tidak...