Follow sebelum membaca, ya.
My Lilian adalah cerita sequel dari Lilian dan Pangeran Katak. Kalian bisa baca Lilian dan Pangeran Katak terlebih dahulu biar nggak bingung. Tapi, sayangnya hanya tersisa 20 part awal, karena sudah terbit.
Ada yang tidak...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Netra Lilian mengabsen penampilan sekretaris barunya yang kini berdiri tegak di hadapannya. Sesekali ia menoleh ke arah suaminya. Reza hanya tersenyum seraya memajukan dagunya samar, menyuruh Lilian untuk bertanya sendiri pada sekretaris barunya.
Lilian berdehem untuk menyita perhatian Dhea.
"Apa kamu sudah menikah?" tanya Lilian.
"Belum Nyonya."
Lilian manggut-manggut sebagai tanda mengerti.
"Aku ingin kamu bersikap profesional dan mengedepankan tugas. Jangan bermain api dengan para lelaki hidung belang di The LuRe."
"Maksud Anda?" Dhea mengernyitkan dahinya.
Tatapannya beralih ke suaminya yang duduk di kursi kebesarannya, saat rungunya menangkap tawa kecil. Reza buru-buru menutup mulutnya dengan jemarinya untuk menghentikan tatapan tajam Lilian.
"Kenapa?" tanya Lilian ketus.
"Aku tertawa karena peringatanmu pada Dhea yang terdengar aneh," jawab Reza.
"Memangnya aku tanya pendapatmu?" kilah Lilian dengan pelototan tajam yang menghunus.
Lilian mengerucutkan bibirnya untuk menanggapi komentar Reza. Sedangkan Dhea, akhirnya ia mengerti maksud dari pertanyaan Lilian. Rupanya sang bos baru merasa cemburu dengan kehadirannya.
Lilian memutar bola matanya menjauhi Reza. Kembali ia fokus pada sekretaris barunya.
"Bagaimana? Kamu mengerti maksud saya?" Kembali Lilian bertanya pada Dhea.
"Oh, itu. Saya mengerti, Nyonya. Seharusnya mereka juga diingatkan untuk tidak menambah hiasan belang di hidung."
"Apa?" tanya Lilian dan Reza serempak.
"Ma—maaf, kalau boleh tahu, kapan saya akan mulai bekerja? Hari ini? Besok?" tanya Dhea yang berusaha mengalihkan percakapan.
"Hari ini! Dan, tugas pertama kamu adalah menemani saya berbelanja!"
Dhea tersentak, raut wajahnya yang menegang karena terkejut, segera ia tepis. Bagaimanapun sekarang ia adalah seorang bawahan. Bukankah semua perkataan majikan harus dituruti?
"Belanja? Aktivitas yang paling aku benci. Memilih bahan makanan, membandingkan harga satu produk dengan produk lain. Huft! Belum lagi harus mengantre di kasir," gerutu Dhea dalam hati.
Lilian bangkit dan memperbaiki setelan jasnya. Kemudian ia berjalan mendekat ke arah Reza dan mendaratkan bokongnya ke pangkuan suaminya.
"Aku akan masak hidangan spesial, jadi, pastikan kamu untuk datang tepat waktu, Tuan!"
Reza tersenyum. Mendaratkan kecupan singkat ke pipi Lilian dan ditutup dengan colekan ke ujung hidung istrinya. "Iya. Asal Bara tidak memberikan aku jadwal dadakan."