Lilian setia mengikuti langkah Bara menuju rooftop. Hingga mereka sampai di sebuah pintu yang dijaga oleh dua orang yang berbadan tegap. Salah satu dari mereka membukakan pintu untuk Lilian.
"Terima kasih," ucap Lilian.
"Terima kasih kembali, Nyonya," jawab Bara dan dua penjaga yang hampir bersamaan.
Lilian tersenyum saat mendapati suaminya sedang menatap gugusan kerlap kerlip lampu perkotaan. Dia terlalu asyik dengan keindahan panoramanya, hingga tak menyadari kedatangan Lilian.
Hembusan angin malam memaksa Lilian untuk memeluk tubuhnya sendiri. Usapan lembut ke pundak sang suami, sukses membuat lelaki itu menoleh dengan senyum termanisnya.
"Apa mereka lebih cantik dariku?" tanya Lilian seraya memeluk suaminya dari belakang.
"Tidak. Bagiku, kamu tetap yang paling cantik." Reza mengusap lembut punggung telapak tangan Lilian. Baginya, Lilian adalah wanita yang sempurna dan tidak pernah tergantikan di dalam hatinya.
Lilian melepaskan pelukannya. Reza membalikkan tubuhnya dengan perlahan. Segaris senyum bulan sabit terukir yang ditujukan untuk sang istri, tak lupa kecupan hangat ia daratkan ke keningnya.
"Apa petualanganmu hari ini menyenangkan?"
"Apa maksudmu?"
"Aku dengar ... kamu singgah ke rumah kayu. Sebenarnya aku ingin menyusulmu, tapi seseorang telah menungguku di kantor."
Lilian mengangguk pelan. Kedua tangannya beralih ke pundak sang suami.
"Iya, aku kesana bersama Dhea. Hanya untuk melarikan diri dari tekanan emosi.""Apa ada yang mengganggu pikiranmu?"
Lilian merebahkan kepalanya ke dada bidang suami tercintanya. Ia terlalu takut untuk mengakui kerumitan pikirannya.
"Tidak ada. Hanya masalah kecil yang masih bisa aku atasi dan itu tidak penting," kilah Lilian pelan.
Reza menghela napas dalam-dalam. Ia tidak ingin memaksa sang istri untuk jujur tentang perasaannya.
"Ijinkan aku membantumu. Jangan sembunyikan masalahmu dari aku, Lilian."
Lilian melepaskan pelukannya, ia lalu menatap lekat-lekat manik coklat suaminya. Tangannya menakup rahang tegas Reza, dengan seulas senyum ia berkata, "Tidak. Aku tidak menyembunyikan apa-apa darimu."
"Kamu bohong, Lilian," keluh Reza dalam hati.
"Ayo kita pulang," ajak Reza.
Reza menempatkan tangan kirinya di pinggang Lilian, membimbing sang istri untuk masuk ke dalam gedung dengan pengawalan dua orang penjaga. Reza memberi kode pada dua orang yang mengawalnya untuk meninggalkannya. Tidak ingin ada orang yang mengganggu kedekatannya dengan sang istri.
Berjalan menuju lift, kemesraan selalu ditunjukkan Reza. Lelaki itu sesekali mendaratkan kecupan singkat ke kening sang istri yang tampak gelisah. Jemarinya segera mengusap lembut pinggang Lilian. Namun, sepertinya itu tak mampu menghilangkan rasa gelisah wanitanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lilian
Teen FictionFollow sebelum membaca, ya. My Lilian adalah cerita sequel dari Lilian dan Pangeran Katak. Kalian bisa baca Lilian dan Pangeran Katak terlebih dahulu biar nggak bingung. Tapi, sayangnya hanya tersisa 20 part awal, karena sudah terbit. Ada yang tidak...