"Selamat malam, Ella."
Ella berdecih lirih. Ia tidak menyukai wanita berkaca mata yang kini sudah berdiri di depannya. Pandangannya lebih suka ia edarkan ke langit ruangan.
"Apa kamu tidak rindu padaku?"
"Tidak sama sekali." Ella menggeleng tegas.
Wanita itu terkekeh pelan. Langkahnya pelan, ketukan high heels-nya hampir tak terdengar. Ia memilih berdiri di samping Ella dan bersandar pada wastafel. Tatapan runcingnya membuat Ella enggan berlama-lama beradu tatap dengannya.
"Kamu sudah menghubungi si Bruno?"
"Sudah," jawab Ella dengan suara lirih tanpa menoleh.
"Apa katanya?" Gadis itu mempertajam tatapannya dengan dahi yang berkerut. Ia menyelidik setiap perubahan ekspresi wajah dan gerak-gerik Ella.
"Tidak ada."
Mendengar jawaban Ella yang singkat, wanita berkaca mata silinder itu tertawa kecil. Ia bahkan menutup mulutnya untuk meredam suaranya.
"Dia bersikeras meminta jatah lebih banyak lagi dari The LuRe. Jangan lupa, proyek Real Estate itu harus jadi milik kita," tuturnya dengan sisa tawa.
Ella menunduk seraya menggeleng pelan. "Aku tidak yakin akan hal itu. Bahkan, Reza belum meminta pendapat dari para pemegang saham."
"Lilian," celetuknya dengan jentikan jari. Sukses membuat Ella menoleh dengan cepat padanya. "Dia kunci dari semuanya. Mainkan peranmu dan dapatkan kepercayaannya."
Ella mencondongkan tubuh dan mendekatkan wajahnya pada wanita berkaca mata itu. Tatapan menghunusnya sama sekali tak memprovokasi lawan bicaranya.
"Tidak! Aku tidak menyukai perempuan itu. Dia terlihat lugu, tapi, dia wanita yang cerdik," jawab Ella dengan suara yang sedikit di tekan di kalimat terakhir.
Wanita itu mendorong dada Ella, menyuruhnya untuk sedikit mengambil jarak dengannya.
"Aku tidak mau tahu! Kamu harus lebih banyak memainkan pulpenmu untuk selembar laporan. Jangan lupa menambahkan pengeluaran fiktif yang telah kita sepakati."
"Kalau Lilian menyewa tim audit independent? Dia akan temukan semua keganjilan pengeluaran itu."
"Aku yang akan mengaturnya. Jika dia mempersulit langkah kita untuk mendapatkan The LuRe, kamu tahu ... apa yang akan kami lakukan."
Ella membulatkan bola matanya. Terlihat jelas bahwa ia tidak suka dengan rencana dari wanita di sampingnya. Ia mencengkeram bahu wanita berkaca mata dengan kuat.
"Jangan! Aku tidak ingin kalian melukainya."
Wanita itu menyingkirkan tangan Ella dengan kasar. Ia sungguh tidak suka dengan penolakan Ella.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lilian
Teen FictionFollow sebelum membaca, ya. My Lilian adalah cerita sequel dari Lilian dan Pangeran Katak. Kalian bisa baca Lilian dan Pangeran Katak terlebih dahulu biar nggak bingung. Tapi, sayangnya hanya tersisa 20 part awal, karena sudah terbit. Ada yang tidak...