Masa Lalu

40 0 0
                                    

Ibu Ayahku bercerai saat aku masih berumur 1 tahun, mereka tidak ingin mengurusku tetapi mereka tetap memberiku nafkah namun bukan kasih sayang orang tua seperti anak anak lainnya. Aku tinggal bersama Kakek dan nenek ku sejak mereka bercerai. Aku dekat dengan kakek dan nenek ku bahkan sampai menganggap mereka sebagai orang tua ku. Ibuku kerja di luar negeri dan ayah ku kerja di luar kota. Orang tuaku hanya menjenguk ku sesekali jadi aku tidak terlalu akrab dengan orang tuaku sendiri. "Kasihan ya tidak punya orang tua padahal orang tuanya masih hidup." Kata-kata itu sudah menjadi asupan ku sehari-hari. Saat pertama kali mendengarnya hati ku sangat sakit tetapi lama kelamaan aku terbiasa dengan kata kata itu.

Nenek selalu merawatku dengan baik dan kakek selalu mencoba untuk menjadi sosok ayah bagiku. Sampai sekarang aku tidak tahu apa yang mereka maksud dengan kasih sayang orang tua, yang ku tahu hanyalah kasih sayang kakek dan nenek.

Setiap jam 5 pagi kakek ku membangunkan ku untuk mandi sarapan dan pergi kesekolah, kita sarapan bersama, makanan yang dibuat oleh nenek tidak pernah mengecewakan, selalu enak untuk disantap. Kakek pergi bekerja jam 7 pagi dan baru pulang jam 5 sore. Setiap pulang kakek selalu membelikan ku susu dan coklat, aku sangat senang setiap kakek pulang.

Sehabis mandi, kakek mengajakku untuk duduk bersama di kursi goyang kesukaan kakek. Aku duduk dipangkuan nya dan menonton televisi bersama, dan menyanyi bersama sampai aku tertidur lelap kakek membawaku kekamar. Hubunganku dengan Kakek lumayan dekat. Kakek dan nenek selalu datang saat acara sekolah, bukan orang tuaku. Aku selalu bertanya kepada kakek dan nenek tentang orang tuaku tetapi jawaban mereka hanya "orangtuamu bekerja untuk menafkahi mu Rian. Jadi kamu disini bersama Kakek dan nenek dulu ya." Selalu seperti itu.

Saat aku berumur 5 tahun kakek ku pulanh kerumah untuk yang terakhir kalinya dan membawakan ku susu dan coklat seperti biasa. Esoknya ia membangunkan ku lagi jam 5 dan mengajakku memancing bersama nya sebelum ia berangkat kerja. "Bagaimana kalau suatu saat kakek pergi?" Itulah yang ditanyakan kakekku kepadaku untuk terakhir kalinya. Aku menajawab "Aku akan mencari Kakek dan selalu mengenang kakek di hatiku." Aku menjawab dengan wajah tersenyum dan santai. Akhirnya aku diantar kerumah dan kakekku berangkat kerja. "Jaga nenek mu baik baik yaa." Itulah kata-kata terakhir Kakekku kepadaku. Seolah-olah ia tak akan pulang lagi, tetapi saat itu aku tidak menganggap nya aneh karena aku masih kecil.

Sudah jam 5 sore tetapi Kakek belum pulang, saat itu aku berpikir mungkin kakek pulang telat. Nenek bersiap siap untuk pergi dan aku dititipkan bersama tetanggaku yang lumayan baik. Jam 6 nenekku pulang dan aku bertanya "Nek, dimana kakek? Mengapa kakek belum pulang?" Nenek hanya tersenyum dan menjawab kakek akan pulang kok. Sudah jam 9 malam dan aku bertanya lagi mengapa kakek belum pulang, nenekku menjawab dengan jawaban yang sama seperti sebelumnya.

Keesokan harinya aku tidak melihat kakek dirumah. Aku bertanya kepada nenek mengapa kakek tidak ada. Nenek bilang Kakek sudah pergi, aku hanya mengangguk dan berpikir bahwa kakek berangkat lebih awal. Aku menunggu kepulangan kakek dari jam 5 sore hingga pukul 1 pagi. Tetapi Kakek tidak datang juga, aku duduk di kursi goyang yang suka kakek duduki. Aku tertidur di kursi goyang itu.

Berhari hari aku selalu tertidur di kursi goyang itu tetapi Kakek tidak pulang juga. Akhirnya aku tidur dikamar seperti biasa sambil memakan coklat yang suka kakek bawa. Nenek mengetuk pintu kamarku dan masuk dengan membawa jaket kakek ditangan kanannya. "Lihatlah, jaket ini cocok dengan mu, kamu memang seperti kakek mu ya!" Ucap nenek sambil memakaikan ku jaket kakek yang masih kebesaran di diriku saat itu.

Beberapa Minggu kemudian nenek mengajakku kerumah sakit. Dan aku bertanya siapa yang sakit, nenek hanya menjawab ku dengan senyuman. Sudah tiba diriku dirumah sakit dan menggandeng tangan nenek, memasuki kamar mayat yang ada di rumah sakit dan aku melihat tubuh kakek yang terbaring disitu, aku tidak kuasa menahan air mata yang menetes dimataku, aku menangis tanpa mengeluarkan suara saat mengetahui kakekku sudah pergi untuk selamanya. Sekarang aku hanya bisa mengenang memori memori ku bersama Kakek. Ibu ku datang ke pemakaman kakek dan menangis, aku pun begitu nenek juga. Tidak menyangka ternyata kakek pergi untuk selamanya.

Sekarang aku mengetahui semuanya. Kakek terkena penyakit kanker tetapi tidak bilang kepadaku karena takut aku khawatir, dan kakek mewariskan baju, pancingan dan kuris kesayangan nya kepadaku, saat aku membaca itu aku hanya bisa meneteskan air mata dan tidak bisa berkata, nenek hanya mengelus Elis pundakku dan berkata "semoga kita bisa bertemu dengan kakek lagi ya."

Tetapi sekarang nenek sudah menyusul kakek, dan baju kakek sudah muat di badan ku, badan kakek tidak terlalu besar jadi bisa muat ke badan ku. Aku tinggal sendiri, ibu dan ayahku masih suka menjenguk ku walau hanya beberapa kali.

Kini kakek dan nenekku sudah tenang disana. Walau begitu aku tidak akan melupakan mereka, jiwa mereka tetap berada di dalam kenangan dan hatiku selamanya.

Kakek... (cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang