#Nenek Ku Pahlawanku

40 2 8
                                    

Saat kau ucap kata pisah
Kukira hanya 'tuk sementara
Tersenyum menyapa di seberang
Tapi tak ada
Sadarku hanya tak mau percaya

💜Seberang- Reza Darmawangsa💜

.

.

.

.

Langit mendung seperti mewakili perasaan Ayu, ditingal pergi selamanya oleh satu satunya orang yang merawatnya sejak kecil merupakan pukulan keras baginya. Siapa lagi kalo bukan neneknya. Apalagi mengetahui rumah yang menjadi harta terakhir nenek --pemberian dari alm kakek-- dijual oleh ibunya sendiri tanpa berdiskusi denganya terlebih dahulu. Ibunya berdalih bahwa rumahnya terlalu besar untuk ditinggali berdua dan biaya perawatannya juga mahal.

Ayu tidak menyangkal apa yang dikatakan ibunya itu. Tapi Ayu tau betul bahwa hasil penjualan rumah neneknya itu akan habis dalam sekejap mengetahui sifat ibunya yang sering foya foya. Walaupun dibelikan rumah kecil dipinggir kota. Namun Ayu tau, harga rumah yang dibeli ibunya itu sangat jauh berbeda dengan harga jual rumah sebelumnya.

Ayu hanya bisa pasrah dan menurut untuk pindah tapi Ayu tidak akan menurut untuk yang lainnya. Ayu berjanji akan satuhal itu.

Selepas bebenah barang, Ayu keluar dari kamarnya dan berjalan menuju dapur untuk mengambil minum dan segara kembali menuju kamarnya. Namun saat akan berjalan kekamar, ibunya keluar dari kamar dengan membawa sebuah dokumen ditangan.

"ibu udah urus surat pindah kamu dan lusa kamu mulai sekolah, semuanya ada disini" meletakan dokumen yang dipegang tadi ketas meja makan.

Ayu mengambilnya tanpa berbicara sepatahpun dan kembali berjalan menuju kamarnya yang menjadi tujuannya sejak awal.

"ibu tau kamu sedih, tapi tenang aja semua tanggungan kamu ibu yang tanggung sekarang, kamu gak usah khawatir. Kamu sekolah aja yang bener." Jelas Sania sembari melihat kepergian anaknya tanpa bersuara sedikitpun.

Ayu menghentikan langkahnya dan berbalik menatap ibunya yang menatapnya juga. "gak usah sok peduli, gue gak butuh uang haram lu. Biaya yang gue keluarin untuk hidup biar gue yang tanggung sendiri kaya biasanya."

"ahhhh, satu lagi. Gue tinggal disini bukan mau hidup sama lu, gue numpang di rumah lu yang lu beli pake uang nenek ini sementara. Sampe gue dapet tempat lain buat gue tinggalin" lanjut ayu

"belajar dari mana kamu gak sopan gitu, nenek gak mungkin ngajarin itukan ?"

"belajar dari lu lah, siapa lagi. Nenek itu selalu ngajarin yang baik sama gue. Nenek selalu bilang hormati orang yang emang harus dihormati dan disini jelas lu gak pantes gue hormati"jelas ayu

"jaga bicara kamu ayu, saya ini ibu kamu" suara Sania meninggi satu oktaf, menandakan kekesalannya pada ayu

"ibu ? serius ibu ? gue tanya sama lu ibu mana ninggalin anaknya sendiri sama neneknya untuk puasain laki orang ? IBU MANA ?"

"JAGA BICARA KAMU YA, IBU INI YANG LAHIRIN KAMU" sania yang saat itu juga mulai emosi

"LU ITU CUMA LAHIRIN GUE DOANG, YANG JAGAIN GUE DARI KECIL, YANG NGAJARIN GUE JALAN, MAKAN, DAN SEMUA HAL SAMPE GUE KAYA GINI TUH NENEK BUKAN LU. LU TUH CUMA MAU ENAKNYA AJA, GOYANG SANA SINI DAPET UANG TERUS FOYA FOYA. MANA PERAN IBUNYA ?"

"AYU" bentak Sania yang tidak suka perkataan dari putrinya itu

"APA, SAMPE SEKARANG GUE AJA NGAK TAU BAPA GUE SIAPA"

"AYU CUKUP" Sania sudah tidak sanggup mendengarkan ucapan Ayu

"kenapa ? mau gue kasih tau satu hal ?" tanya Ayu memelankan suaranya dan berjalan mendekati Sania. Sania mundur, menjauh dari Ayu. hingga sampai pada ujung tembok.

Ayu memberhentikan langkahnya, lalu berkata pada Sania "kucing aja yang kalo hamil tanpa tau bapanya sapa diurus anaknya, disusuin, dijilatin, sampe anaknya bisa cari makan sendiri. Lu ? kemana ? LU MALAH ASIK SAMA COWO YANG GAK TAU SIAPA, BOOKING HOTEL SANA SINI, HURA HURA? NAMA SISI IBUNYA ?" Ayu kini sudah sangat emosi

"AYU CUKUP" kini Sania benar benar emosi

"MASUK KAMAR !! PIKIRIN YANG KAMU BILANG TADI, KAMU UDAH CUKUP BESAR UNTUK TAU YANG MANA YANG BENAR DAN SALAH" lanjut Sania

"lu yang salah, dari awal emang gue gak punya ibu" jawab Ayu yang langsung pergi mininggalkan Sania yang marah padanya.

Sania hanya bisa pasrah, omongan Ayu tidak sepenuhnya salah. Dia tau bahwa pekerjaannya jauh dari kata baik. Tapi dia tidak menyangka omongan kasar yang biasa dia dengar keluar dari mulut anaknya sendiri.

Bersambung.........

hayyy temen temen, buat awalan dikit dulu ya hehehehe

semoga suka sama ceritanya.

Spoiler buat next Capt

"maaf maaf, tadi jalannya gak liat liat" ucap Ayu sembari menundukan kepalanya sedikit

"makannya kalo jalan matanya pake liat kedepan, jangan jelalatan kesana kemari." Timbal seseorang yang ditabraknya

"ya biasa aja dong, kan udah minta maaf"

"minta maaf ko ngegas, gak ikhlas tuh" jawabnya sembari pergi meninggalkan ayu yang terheran heran.

Ayudiya Anglelina

Xavano Fadji Utama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Xavano Fadji Utama

Xavano Fadji Utama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Angel and Guardian [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang