author pov
dua gadis itu sama sama terdiam, jennie dengan perasaan kesal yang masih ia rasakan dan lisa dengan perasaan bingung serta takut, hanya berani berdiri menatapi kekasihnya yang sudah hampir dua menit terus bersedekap dada, duduk ditepi kasur miliknya.
"abis berapa botol kamu?"
"cuma dua."
"bohong, nana bilang dua botol lebih."
lisa jelas semakin takut, jantungnya serasa bisa melompat kapan saja jika jennie tiba-tiba berteriak atau mendekatinya.
beruntung, gadis bermarga kim itu hanya menatap mata lisa dengan sorot yang begitu tajam, namun cukup membuat lisa merasa kalah dan mengecil.
"lebih setengah" cicit lisa teramat pelan.
"nyadar ga kalo kebiasaan kaya gitu tuh ga baik dilakuin terus-terusan?"
"maaf."
"aku nanya, bukan mau denger kamu bilang maaf."
lisa mengangkat pandangan, berusaha meneguk ludah dengan susah payah dan berjalan menuju tempat duduk jennie.
bukannya ikut duduk, lisa malah bertekuk lutut dan bersimpuh pada hadapan kekasihnya. menggenggam tangan jennie dengan raut wajah yang memelas meminta dikasihani.
dan jennie, sedikit rasa tidak enak hati menghampirinya ketika lisa masih terus menatapnya dengan cemberut, akhirnya ia menghembuskan nafas dan membiarkan lisa mengusap genggaman tangan mereka.
"sesayang ini aku ke kamu, ga mau kamu sampe kenapa-kenapa. aku tau rasanya skripsian ditolak gitu aja emang bikin kesel, tapi kamu itu udah jadi pacar aku sekarang dan kamu bisa cerita masalah itu ke aku, lisa."
"iya, aku minta maaf."
perasaan bersalah yang ia rasakan kian menjadi saat mendengar setiap kalimat yang jennie katakan padanya barusan, sungguh lisa tak bermaksud ingin menyembunyikan semuanya hanya saja dirinya terlalu kalut dan khawatir akan hubungan mereka.
lisa lalu tertunduk lagi pada kedua lutut jennie, menelungkupkan wajahnya disana dan sesekali menciumi genggaman tangan mereka.
saat merasakan sebuah tangan mengusap rambutnya, perlahan lisa mengangkat wajah dan mendapati jennie yang sedang tersenyum, kali ini senyuman itu terlihat tulus dan manis.
"kamu masih canggung ya sama aku?" jennie bertanya pelan dan lisa menggeleng dengan cepat.
"terus kenapa? ngerasa ga enak karna dosen itu ayah aku?" tanya jennie lagi, kali ini lisa nampak diam sejenak.
hal itu tentu saja membuat jennie dapat menyimpulkan bahwa lisa memang masih belum bisa bersosialisasi dengan kenyataan yang ada sekitarnya.
dimana jika jennie berada diposisi seperti lisa sekarang mungkin jennie juga akan memilih diam dan tak akan bercerita.
"lisa"
"hm?"
"aku mau kamu jawab jujur. kamu beneran ada perasaan sama aku atau ngga?"
"beneran, aku beneran cinta sama kamu." dengan lekas gadis itu menjawab tanpa ada nada keraguan sedikitpun dari nada bicaranya.
"tapi kenapa kamu malah milih minum? ada masalah lain selain ini?"
lisa menggeleng, tatapan matanya meneduh dan merosot.
"aku minta maaf. kejadian ini ga bakal keulang lagi, aku janji. tolong percaya ya? aku ga ada maksud mau nyembunyiin, tapi semuanya juga ga bisa langsung aku ceritain gitu aja" lisa melirih, menyembunyikan wajahnya lagi pada kedua lutut jennie.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENERVATE - JENLISA ✔
General Fiction❝ Lisa itu cuma mahasiswa biasa, ga sengaja ketemu sama anak dosen yang judesnya luar biasa. ❞