—— lima tahun kemudian ——
"Mas gak mau nemenin Nyeon?" Haknyeon memasang puppy eyes. Bersiap untuk menangis jika Sunwoo tak bersedia menemaninya untuk jalan-jalan.
"Dek masalahnya aku ada meeting sekarang. Nanti ya, habis meeting aku temenin kamu." Lagi-lagi Sunwoo menolaknya. Bibirnya mengerut siap menangis.
"Buna!! Hihi." Seorang balita berlari dengan lucunya menghampiri Haknyeon. "Buna napa nangis?" Si balita jadi ikut sedih kala melihat Haknyeon sedih.
"Jeongwoo, kita gak jadi jalan-jalan karna bapak gak mau nemenin." Haknyeon bertumpu lutut didepan putra pertamanya dengan Sunwoo itu.
"Ayah, jangan bapak!" Koreksi Sunwoo. Ia ikut bertumpu lutut disamping Haknyeon. "Tapi ayah janji bawa kalian jalan setelah ayah selesai meeting."
"Moh! Wu mau sekalang ma buna dan bapak."
"Ayah!"
"Moh! Bapak!" Sunwoo menarik nafas dalam menahan emosi. Berusaha senyum menatap Jeongwoo. Balita berusia tiga tahun itu terlihat lucu, tapi terkadang akan jadi sangat menjengkelkan.
"Percaya sama ayah, nanti ayah bawa kalian jalan keliling Surabaya deh."
"Tapi de yang mau." Jeongwoo berjongkok dan mengelus perut rata Haknyeon.
"Hah? De? Kamu hamil lagi?"
"Emang Nyeon belum ngomong ya sama mas?" Tanya Haknyeon dengan polosnya.
"Boro-boro dek! Kamu aja diemin aku dari beberapa hari lalu!"
"Iya po? Kok Nyeon gak inget ya mas?"
Sabar. Sunwoo harus sabar menghadapi Haknyeon yang tengah hamil.
"Jeongwoo mau jalan-jalan sama bunda dan de?" Tanya Sunwoo.
"Mau!! Tapi ma bapak juga!!" Sunwoo diam memikirkan jalan keluarnya. Menilik jam yang terpasang dipergelangan tangan kirinya.
"Tapi meeting ini penting banget."
"Lebih penting meeting atau lebih penting Nyeon?" Sunwoo diam kembali. Haruskah ia memilih? Ia akan lebih mementingkan meeting jika belum tahu Haknyeon ngidam. Tapi sekarang, entah lah Sunwoo bingung.
"Atau penting Wu?" Ah balita satu ini ikut-ikut saja.
"Argh! Diam disini!" Sunwoo berdiri hendak menelpon sekretarisnya.
Sedangkan Haknyeon bersama Jeongwoo benar-benar diam masih berlutut dilantai.
"Nanti kalau misal bapak masih nolak, Wu nangis kenceng ya." Si balita yang disuruh hanya mengangguk lucu sebagai balasan.
Senang anaknya terpengaruh. Haknyeon menatap suaminya yang frustasi telpon dengan sang sekretaris.
"Ayah ajak kalian ke kantor dulu setelah itu baru jalan gima—"
"HUAAAAAA!! Huhuhuuuuu, moh bapak!" Belum selesai Sunwoo memberi tawaran si balita sudah menangis kencang.
"Wu gak mau loh mas. Ya, please." Lagi-lagi Haknyeon memasang wajah memohon yang terlihat sangat imut. Siapapun mungkin tak dapat menolaknya.
"Aku ajak kalian ke kantor bentar aja. Cuman bentar kok habis itu bisa jalan-jalan."
"Beneran bentar aja ya? Mas gak akan ikut meeting kan?"
"Enggak dek, cuman bentar aja kok. Mas janji loh ini."
"Oke kalau gitu! Yeay kita jalan-jalan. Ayo Wu—kok masih nangis nak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
•°.EGO || SUNHAK.°•
FanfictionHaknyeon menyukai Sunwoo yang bahkan telah memiliki kekasih. Persetan dengan kenyataan. Bila janur kuning belum melengkung, maka masih bisa ditikung, itulah motto seorang Ju Haknyeon. -•-•- Warning-!!⚠️ 📍bxb 📍Cringe 📍Receh 📍21+ 📍Sangat lokal �...