Angkasa memandangi ponselnya tak berkedip, diikuti dengan helaan napas berat yang keluar dari mulutnya.
Dibanding apa pun di dunia ini, saat ini Angkasa paling ingin bertemu dengan Gisha.
Beberapa waktu ini dia terlalu disibukkan dengan kehilangan. Orang tuanya, Bintang, dan dirinya sendiri.
Angkasa sampai lupa kalau Gisha mungkin sedang membutuhkannya. Salah satu yang kerap kali membuat Angkasa kesal sendiri adalah, Gisha selalu terlalu melihat situasi. Di saat seperti ini, Angkasa tahu pacarnya itu tidak akan ingin menganggunya, pacarnya itu ingin memberinya waktu. Dan Angkasa sangat mensyukuri pengertian yang Gisha berikan itu.
Tapi...
"Sesibuk apa pun aku, Gi, kalau ada yang kayak gini kamu kabarin aku dong."
Begitu yang Angkasa bilang pada Gisha di telepon tadi. Maksudnya, Gisha akan melakukan sesuatu dengan seniornya, hanya berdua, dan tentu saja mereka tidak akan hanya bertemu satu atau dua kali!
Angkasa kan, cemburu!
Walaupun tentu saja dia tidak akan mengakuinya.
"Ini bener-bener baru mulai, Sa. Ini aja pertama kali kami ketemu. Besok-besok aku kabarin kamu sebelum ketemu, oke?"
Itu jawaban Gisha. Bukannya Angkasa merasa insecure atau apa. Tentu saja satu sisi dari dirinya tahu kalau dia tak tertandingi dalam beberapa hal, hahahaha.
Tapi tetap saja, perasaan tidak enak itu tetap muncul. Bahkan hanya dengan membayangkan Gisha mengobrol intens berdua dengan lelaki itu.
"Kenapa lo?"
Suara familier milik Dewa terdengar seiring dengan langkahnya yang masuk ke kamar Angkasa.
"Apanya?" tanya Angkasa datar.
"Mukanya. Kusut banget." Dewa kini melangkah ke rak buku Angkasa dan mengambil salah satu komik sebelum duduk di sofa.
Angkasa yang diam saja membuat Dewa mengangkat kepalanya lagi untuk melihat Angkasa yang masih bengong di meja belajar.
"Diselingkuhin Gisha lo?"
Angkasa menoleh seketika, menatap Dewa galak.
Tawa Dewa terdengar. "Kalaupun ada yang akan ngambil Gisha dari tangan lo, Sa. Orang itu harus gue. Soalnya nggak ada yang lebih baik dari lo kecuali gue." Dewa mengusap hidungnya dan memasang wajah tengil.
"Ngawur lo," kata Angkasa sambil melempar pulpen di dekatnya ke wajah Dewa.
"Ya makanya, nggak usah galau. Gisha tuh sayang banget lagi sama lo," ujar Dewa kembali fokus pada komik Angkasa di tangannya.
Angkasa diam. Tentu. Tentu saja dia yakin begitu. Hanya saja, terkadang Angkasa takut kalau Gisha tidak melihat bahwa dia bahkan lebih menyayangi Gisha.
Sebagai laki-laki yang sejak dulu tidak pernah berhubungan dengan perempuan, Angkasa terkadang kesulitan untuk menunjukkan perasaannya pada Gisha. Dan dia bahkan cukup sering merasa gengsi untuk bilang aku sayang kamu.
"Wa," panggil Angkasa.
"Hm?"
"Gue sayang Gisha."
Dewa melongo memandang Angkasa, sesaat kemudian memperagakan gerakan muntah.
***"Pacar lo?"
Gisha mengangguk saat pertanyaan itu keluar dari mulut Brian ketika dia sudah kembali duduk di kursinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Membaca Angkasa
Teen FictionKisah ini dimulai setelah Angkasa dan Gisha lulus SMA. *** Klise, tapi Gishara Aluna tahu benar kalau mempertahankan itu jauh lebih sulit dibanding mendapatkan. Apalagi sama Angkasa, dapetinnya aja susah, apalagi pertahaninnya. Begitulah yang Gisha...