kabar buruk

1.4K 218 72
                                        

Gisha berlari di belakang Angkasa yang juga tengah berlari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Gisha berlari di belakang Angkasa yang juga tengah berlari. Mereka menyusuri koridor dengan dominasi warna putih tempat bau obat-obatan menguak tanpa rasa enggan. Gisha menahan air matanya yang entah kenapa terus memaksa keluar. Melihat Angkasa yang penuh rasa cemas, melihat Angkasa yang seperti hilang arah, melihat Angkasanya yang muram. Gisha tidak pernah membayangkan hal seperti itu akan terjadi dalam hidupnya.

Angkasa berhenti mendadak, diikuti Gisha. Kini mereka berada tepat di depan pintu ruang ICU. Di sana terlihat Mama Anggi sedang menangis sambil dipeluk Papa Krisna. Napas Angkasa memburu, lalu dengan cepat dia menghampiri Mamanya sementara Gisha berdiri di tempatnya sambil menutup mulut tak percaya.

Kejadiannya baru saja.

Hari ini tampak baik-baik saja sampai Angkasa dan Gisha tidak memikirkan sedikit pun mengenai hal buruk. Mereka pergi menonton film, makan es krim, belanja, melakukan hal-hal seperti yang dilakukan pasangan pada umumnya.

Lalu Angkasa mendapat telepon itu. Panggilan telepon yang membuat lelaki itu memburu ke tempat parkir kemudian masuk ke dalam mobil. Angkasa terlihat sangat gusar sampai Gisha menghentikannya dengan menggenggam pergelangan tangan lelaki itu.

"Kakak kecelakaan, Gi. Masuk ICU."

Begitu. Begitu yang dikatakan Angkasa dengan suara paling ketakutan dan penuh kekhawatiran yang pernah Gisha dengar. Akhirnya Gisha mengambil alih tugas Angkasa untuk menyetir mobil, membiarkan lelaki itu duduk tenang di kursi di sampingnya. Kemudian melesat ke Bandung saat itu juga.

Gisha tidak peduli dengan ujiannya besok, Gisha hanya ingin menenangkan Angkasa.

"Asa..."

Angkasa menoleh, wajahnya masih terlihat sangat panik.

"Sa, you are good?"

Angkasa menggeleng pelan.

"Aku akan ngebut, Sa. Tapi kalau lagi lampu merah, sebesar apa pun rasa sayang aku ke kamu, aku nggak bisa nerobos ya."

Sedikit sudut bibir Angkasa terangkat kemudian tangannya mengelus puncak tangan Gisha yang memegang kemudi. "Dia akan baik-baik aja kan, Gi?"

"Berdoa sama Tuhan ya, Sa," jawab Gisha sambil tersenyum pada Angkasa. Meski tak bisa ia pungkiri, jantungnya juga berdegup tak terkendali.

Dan di sanalah mereka tiga jam kemudian. Sebuah rumah sakit swasta di Kota Bandung. Gisha mendengar bahwa Langit sedang dalam perjalanan pulang setelah mengantar Mauren ke bandara. Mauren kembali ke Yogyakarta untuk menyelesaikan studinya. Langit sangat sehat, Langit baik-baik saja. Tapi kecelakaan itu terjadi begitu saja, tanpa pandang bulu.

Gisha juga mendengar bahwa setibanya di Yogya, ketika mendengar kabar ini, Mauren berencana kembali ke Bandung. Tapi Mama Anggi melarang karena dia tahu besok Mauren harus melakukan uji komperehensif untuk syarat kelulusannya.

Membaca AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang