PART 2 : Awal

24 15 3
                                    

Sampai di rumah, aku langsung mencari bunda. Hatiku seperti tidak tenang sesari tadi. Aku tidak tahu apa yang terjadi. Yang pasti aku ingin segera menemui bunda.

"Bunda. Bunda dimana?" aku terus memanggil bunda. Namun tak ada jawaban yang kudengar. Hatiku semakin gelisah.

Tak lama aku mendengar suara pintu dibuka. Aku langsung mencari asal suara itu.

"Bunda?" dahiku mengernyit, mengapa tidak ada jawaban. Apakah aku salah dengar, tapi aku yakin tadi ada yang membuka pintu.

"Bundaa" teriakku sekali lagi. Tapi tetap tidak ada jawaban. Tak terasa air mataku menetes. Aku tak sadar kalau aku menangis. Aku takut, sangat takut ada yang terjadi sama bunda.

"Sayang, kamu kenapa menangis?, apa ada yang nyakitin kamu?, bilang sama bunda nak" seketika aku langsung memeluk bunda. Tangisku semakin pecah saat memeluknya.

"Bunda darimana aja?, aku khawatir"

"Bunda dari pasar sayang. Bunda nggak papa kok" aku lega mendengar jawaban bunda.

"Ya sudah, kamu istirahat dulu. Bunda mau ke dapur dulu" bunda melangkah pergi. Aku menuju kamarku. Aku tidak tahu apakah perasaanku saja, kalau ada yang disembunyikan oleh bunda.

Seakan teringat sesuatu, aku mencari benda yang kutemukan dua tahun lalu sebelum kecelakaan itu terjadi. Aku meraba-raba untuk mencari benda itu. Setelah ketemukan, aku berpikir mengapa benda ini bisa ada di gudang bersama keranjang bayi waktu aku kecil. Atau mungkin, ini barang peninggalan orangtuaku.

Ahh. Menagapa semakin rumit kehidupanku ini. Seolah-olah ada benang kusut yang belum lurus. Aku semakin pusing memikirkannya.

Firasatku mengatakan akan ada sesuatu yang terjadi. Aku mencoba menepis semua itu, tetapi tidak bisa karena selama ini firasatku selalu terjadi. Mungkin aku kurang istirahat, jadi pikiranku kemana-mana.

*Syeira pov end*

***

Disisi lain, seorang wanita paruh baya sedang menyesali perbuatannya di masa lalu. Dia berpikir kalau dia melakukan semua itu, dia akan puas. Tetapi rasa puas itu entah hilang tanpa sisa. Rasa bersalah menyelimuti hatinya.

"Harusnya aku tidak melakukan itu pada mereka. Dan sekarang hanya rasa penyesalan yang kudapat" air matanya menetes saat mengingat betapa jahatnya ia dulu.

"Mungkin hanya itu satu-satunya cara agar rasa bersalah ini bisa hilang. Lagipula, hidupku juga tidak lama lagi karena penyakit ini" wajahnya menggambarkan senyum tulus tanpa adanya keterpaksaan.

***

*Syeira pov*

Lamunanku buyar saat aku mendengar suara pintu kamar yang dibuka. Aku mendengar suara langkah kaki mendekat.

"Bunda?"

"Iya sayang, ini bunda" aku bisa merasakan saat ini ada yang mengelus rambutku dengan sayang.

"Nak, ada yang ingin bunda bicarakan sama kamu" tidak biasanya bunda seperti ini. Apakah ada yang penting.

"Apa bunda?" bunda menghembuskan nafas sejenak. Aku semakin penasaran dibuatnya.

"Sayang, tadi bunda ke rumah sakit. Bunda mencari donor mata buat kamu". Terkejut. Satu kata yang bisa menggambarkanku saat ini.

"Ap-apa bunda?, donor mata?"

"Iya sayang. Bunda ingin kamu bisa melihat lagi dan menjalani kehidupan kamu seperti dulu. Dan sudah ada donor mata buat kamu" aku semakin terkejut mendengar bahwa sudah ada donor mata untukku.

The MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang