Suara adzan subuh berkumandang. Aku bergegas bangun dan sholat. Hari ini rasanya berat sekali. Bagaimanapun juga, aku harus melalui semuanya apapun yang terjadi. Lalu aku mencari bunda di dapur.
"Bunda. Bunda sudah bangun?" karena aku tidak mendengar suara bunda, aku mencari bunda di kamar. Sebelum aku membuka pintu, samar-samar aku mendengar bunda berbicara.
"Kamu nggak usah khawatir dek. Kakak janji akan menyelesaikan semua. Kakak juga merasa bersalah"
Degg
"Dek?, apa maksud bunda?, dan siapa yang dipanggil dek oleh bunda?" aku hanya bisa bertanya-tanya dalam hati. Aku segera pergi dari sana, takut bunda tahu kalau aku mendengar pembicaraannya. Aku duduk di ruang tamu sambil menunggu bunda. Pikiranku masih melayang memikirkan perkataan bunda tadi. Apa selama ini ada yang disembunyikan oleh bunda. Aku tersadar saat ada yang menepuk bahuku dan ternyata itu bunda.
"Sayang, kamu kenapa melamun?, dari tadi bunda panggil kamu nggak jawab" aku hanya menggeleng dan tersenyum saja.
"Kamu takut operasi nanti?"
"Iya bunda. Aku takut nanti operasinya tidak berhasil" jawabanku kali ini tidak sepenuhnya bohong. Sebenarnya aku takut melakukan operasi ini. Tetapi aku lebih tidak memahami apa yang terjadi saat ini.
"Kamu tenang aja Ra. Bunda akan tungguin kamu. Jadi kamu nggak usah takut" ini yang membuatku sangat meyayangi bunda, ia sangat baik dan pengertian. Aku langsung memeluk bunda dengan erat.
"Makasih bunda"
"Sama-sama sayang" aku sangat bersyukur memiliki bunda.
***
Akhirnya aku kembali kesini. Tempat dimana aku akan menjalani operasi. Setelah operasi ini, apakah aku bisa melihat seperti dulu atau akan tetap gelap. Aku berharap semuanya lancar.
"Nona Syeira. Anda bisa masuk ruangan sekarang" jantungku berdetak lebih cepat.
"Syeira, kamu ingat jangan takut. Ada bunda disini. Kamu berdo'a sama Allah agar diberi kemudahan" aku mencoba lebih rileks.
"Iya bunda. Bun do'akan semoga operasinya lancar ya"
"Pasti nak" hatiku rasanya tidak setakut tadi. Saat memasuki ruangan, tercium aroma obat-obatan khas rumah sakit. Sebentar lagi operasinya dimulai. Mereka mulai menyuntikkan obat bius kepadaku. Dan kesadaranku mulai menghilang.
*Syeira pov end*
Sudah 3 jam sejak operasi berlangsung, sang bunda masih menunggu hasil operasi tersebut.
"Ya Allah, berikanlah kelancaran pada putri hamba. Sudah cukup selama ini ia sudah menderita" satu tetes air mata jatuh dari matanya. Ia tak bisa membayangkan bagaimana kalau operasi ini tidak berhasil. Tiba-tiba pintu ruangan operasi terbuka, ia dengan cepat berlari kearah dokter.
"Dok, bagaimana keadaan Syeira?" sang dokter tersenyum tipis.
"Alhamdulillah, operasinya berjalan dengan lancar. Dan setelah nelepas perbannya, putri anda sudah bisa melihat lagi"
"Alhamdulillah. Tapi bagaimana dengan dia dok?"
"Mohon maaf. Dia tidak bisa kami selamatkan. Karena penyakit yang sudah parah menyebabkan dia meninggal dunia" seketika tangis wanita paruh baya itu pecah mendengarnya.
"Kalau begitu saya permisi dulu" dokter akhirnya pergi dan sang bunda masih dengan tangisnya.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
The Miracle
Novela JuvenilKetiadaanku mungkin jalan yang memang harus kulalui. Hanya satu keinginanku, bisa bertemu cahaya dalam kegelapan ini. Mungkin bagi mereka untuk apa berharap kalau kenyataan berkata lain. Terkadang aku mulai lelah, lelah dengan semuanya. Dan mungkin...