Target's: PreCode [Hunsoo]

Target 1

Loeybee Present

Target's: PreCode

Hunsoo Fanfiction
Copyright ©18 June, 2021
by Loeybee64

⚠ Disclaimer :
Nama, karakter, tempat, dan hal-hal di dalam cerita ini hanyalah fiksi.
Ide, alur, serta plot cerita murni milik author.

|

Target 1

|

Hangzhou, Tiongkok.

klik!

“Ku-kumohon!” seru seorang pria menghentikan seseorang di hadapannya menarik pelatuk pistol yang sedang terarah tepat di depan dahi. Suara serak dan bergetar miliknya kentara sedang berada di ambang pasrah, sementara bibir tak henti memelas memohon pengampunan.

“A-aku akan mengatakannya. Ta-tapi … jangan bunuh aku.”

Tidak ada sahutan, memaksa sang pria menelan ludah kasar. Tangan di belakang punggung yang terikat lakban mulai kebas, ia tahan sebisa mungkin. Sadar lelaki muda di hadapannya tak akan bersimpati sedikit pun meski ia hanya sekadar meringis.

“Kumohon, Dean.”

Lagi, kalimat memelas penuh iba kembali dilontarkan. Berharap si lelaki yang ia ketahui dijuluki ‘Eksekutor’ setidaknya memberi kesempatan.

“Tepati janjimu kali ini, Cho Kyuhyun. Atau dua hari ke depan, hanya namamu yang pulang ke Korea.”

“Ba-baiklah.”

Sedikit binar senang dan lega kembali muncul dari netra sembab pria yang dipanggil ‘Cho Kyuhyun’, mengulas decihan kecil dari bibir tebal milik lelaki berperawakan mungil yang kini sedang menarik kursi, meletakkannya secara terbalik menghadap tepat di depan Kyuhyun yang masih bersimpuh dengan penampilan berantakan. Dasi yang mulai melonggar, kemeja putih dipenuhi noda darah miliknya sendiri, serta debu memenuhi warna hitam celana kain yang tampak kumal.

“Lima belas menit, aah … ani!” ucap suara berat nan tegas lelaki yang kini sedang memangku kedua lengan di atas sandaran kursi.

“Kurasa sepuluh menit sudah cukup untukku bermurah hati,” lanjutnya. Seringai tipis terulas, tanpa alasan membuat pria di lantai bergidik ngeri.

Sedikit kesulitan Kyuhyun kembali menelan ludah. Bahkan atmosfer kali ini lebih terasa menyesakkan dibanding ketika pelipis penuh peluhnya ditodong ujung pistol, hanya karena sebuah tatapan dingin dan datar dari mata bulat yang telah sepenuhnya menetapkan atensi.

“A-akan … kukatakan.”

PreCode

Shanghai, Tiongkok.

“Sudah selesai?”

Suara dari arah pantry menyambut kepulangan seorang lelaki yang mengenakan kaos dan celana chino hitam, tertutup jaket polos senada. Sesampainya di selasar depan dapur, ia mengangkat wajah yang terhalang topi gelap dan melepaskan earphone yang tersemat di kedua telinga.

“Eum,” sahutnya singkat dan melangkah mendekat ke arah pantry.

“Kau menyiapkan makan malam? Larut begini?” tanyanya lagi, segera mendapat anggukan cepat nan riang dari lelaki jangkung yang memakai apron polos berwarna dark grey.