Namanya Aksep Dishonor, dipanggil Acep atau Cep--laki-laki tukang molor, tersantuy, yang tiba-tiba mendapat tawaran konyol.
Singkatnya ....
Aksep itu anak dari bapak Bagus yang bekerja di bank swasta karena itu juga namanya sangat mainstream di bidang ekonomi dan keuangan.
Kalau kalian ingin tahu arti namanya, Aksep sarankan cek KBBI saja karena sebagai generasi muda bangsa Indonesia kalian harus sering buka KBBI agar bisa membedakan mana yang berarti tulus dan sekedar main-main saja.
Selain Aksep, ada juga cewek bernapas yang enggak populer-populer amat namanya Puspita Ametis.
Orangnya galak, tapi Aksep suka.
Di mata Aksep, Puspita itu kayak angsa ... galak, tapi bagus gitu dilihatnya.
Mirip-mirip lah kayak motor vespanya, sering ngadat, tapi setia.
Emang Puspita setia?
Nah itu! Puspita itu ambigu, tapi ....
Yang penting bagus dilihatnya.
"Bagus, kan Bapak saya," potong Aksep, "Amat saha?" (Amat siapa?)
Agas memutar bola matanya. "Amat temen kita!" ketusnya.
"Eh, iya?" Remaja berambut gondrong itu menggaruk tengkuknya. "Salah saha sok di Mamat-mamat." (Salah siapa dipanggil Mamat)
"Nya maneh!" (Ya, lo!)
Aksep terkekeh kecil. "Poho." (lupa)
"Jadi ambil kaga?" Agas kembali bertanya soal tawaran Bagus anak sekolah sebelah yang menantang Selamat alias Mamat untuk bermain game online.
"Sok lah, tapi saya enggak ikut, nya."
"Ok dah."
Benar saja, saat jam pulang sekolah berbunyi Agas bergegas keluar kelas, paling semangat remaja laki-laki itu jika urusan game online. Mayan katanya, akunnya bisa dijual. Aksep sih santai saja, bahkan bisa dikatakan kelewat santai saat melimpir duduk di bangku sebelah cewek kece yang tengah membereskan bukunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Parah ✅️
Teen Fiction[Tamat, part masih lengkap jangan lupa tinggalkan jejak] "Puspita saya tadi cari kamu." "Mau apa?" Agas tampak memutar matanya di atas sana, dan Aksep tentu senang. Jika Puspita tidak peka, tidak apa-apa. Kan dia bisa mengatakan terus terang padany...