25

15 1 0
                                    

Mari akhiri ini. Sikap penuh pemujaan pada si gadis galak bernama Puspita.

Angsanya.

Ya, dulu.

Siapa yang menyangka bahwa akhir ini akan diluar prediksi kan.

Semesta punya rencana, dan kita juga haha, tapi apalah kita ini, manusia yang bisa-bisanya terlihat bucin padahal bukan siapa-siapa.

Uh, itu menyakitkan wkwkwk. Lupakan, ayo kita bisa. Kalau ikan saja bisa hidup di darat dengan bantuan air kolam, ya kita juga bisa move on dengan bantuan ... bantuan siapa oy? Air kolam? Mau nyebur emang?
Ok, skip.

Mari serius, dan akhiri cerita ini di pelaminan wkwkwk.

Akhirnya ketawa kan, ya iyalah kalau akhirnya Aksep sama Puspita kan gak mungkin, ya.

Duh. Agas! Dasar tukang nikung. Kamu telah menghancurkan plot bahagia ini, sungguh.

Dasar drama!

Balik lagi ....

Untung Aksep anak baik kan.

"Ujaaang! Mau ikut abang teu?" (Gak?)

Auf bocah gembul itu keluar dari kamarnya dan menghampiri Aksep yang kini nampak mentereng dengan jaket jeans buluk dan celana panjang hitam sobek-sobek.

"Mau ke mana?"

Auf mengucek matanya. Silau dengan penampilan gembel abangnya itu.

"Can mandi kamu?" (Kamu belum mandi?)

Auf menggeleng dan kembali menguap menjatuhkan tubuh penuh lemaknya ke atas sofa.

Kalau begini gagal rencana Aksep yang akan mengajak adiknya itu bertemu Rama.

"Ya udah, kamu tunggu bapak wae ya, abang mau ada urusan."

Auf bergumam di balik empuknya sofa tempat dia rebahan.

Aksep geleng-geleng kepala.

Kenapa di akhir ceritanya harus ada si gembul coba. Mana adiknya pula.

Ok, skip.

Balik lagi ke keadaan sekarang.

Aksep mengendarai motornya keliling kota, bukan lagi jenis pespa, seolah benar-benar ingin melupakan Puspita.

Puspita lagi, ya gimana ya setiap jalan memiliki kenangan si.

Dan ada Puspita di sana.

Kenapa ya dari sekian banyaknya manusia harus Puspita.

Ada Agas pula, yang berengsek pula!

Ok, skip. Gimana pun dia teman Aksep kan.

Kalau harus berhenti, ya udah sekarang mumpung lampu merah.

Jalan makin ke sana makin ke sini. Lampu hijau aja lama banget berubahnya.

Kenapa harus ada kuning di antara kita.

Ya kayak Agas itu lah jawabannya.

Enggak ding, Aksep rela kok kalau harus jalan karena lampu hijau.

Ya iyalah, kalau enggak yang ada dia didemo pengendara lainnya.

Gitulah hidup, kalau gak mau ya gak jalan.

Aksep banyak yang ngajak jalan, tapi dianya jual mahal.

Abis, kalau jual murah suka sakit gitu akhirnya. Puspita aja kini gak bersamanya kan.

Makanya jalanin aja, kalau crush tunangan ya datang.

Kayak gini nih.

Nasib jadi anak bujang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 03, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Parah ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang