2

130 77 59
                                    

Dasar emang rezeki enggak akan ke mana. Kesiangan pun Aksep merasa senang karena Puspita pun bernasib sama dengannya.

"Pus, kesiangan, ya?" tanya Aksep lengkap dengan cengiran.

"Enggak! Gue kepagian!"

Aksep terkekeh sadar akan pertanyaannya yang mengandung kebodohan.

Tapi kan, dia hanya berusaha memulai obrolan.

Dasar Puspita enggak peka! Pikirnya.

"Oh, kepagian. Saya kira teh kesorean," timpal Aksep yang membuat Puspita mendelik kesal.

Aksep lagi-lagi terkekeh pelan. Ekspresi Puspita itu berbahaya, bisa membuat orang lain kecanduan.

Aksep bertekad, bahwa hanya dia yang boleh membuat Puspita kesal.

Lucu, jadi enggak sabar buat dibawa pulang.

Mengabaikan Aksep, Puspita berjalan cepat menuju gerbang. Tatapannya nanar melihat gembok yang sudah terpasang. Untuk pertama kalinya Puspita kesiangan, dan dia tidak tau apakah dia bisa masuk lewat gerbang belakang? Atau apakah dia bisa masuk dengan cara menaiki gerbang, seperti adegan yang ada di dalam novel yang sudah difilmkan?

"Wah, udah ditutup."

Kontan saja celetukan bernada santai itu menarik perhatian.

Aksep menoleh dengan wajah tak kalah santainya, remaja laki-laki itu persis berdiri di samping Puspita. "Mau ikut gak?" tanyanya.

Puspita memicingkan matanya. "Ke mana? Bolos?" Puspita balik bertanya.

Aksep terkekeh geli menanggapinya. "Berani bolos, emangnya?" Dengan dagunya Aksep mengisyaratkan pada Puspita agar melihat ke arah pos satpam, dan remaja laki-laki itu tertawa puas saat Puspita melebarkan matanya.

Bagus gitu dilihatnya.

"Woy, Cep!" Seorang remaja laki-laki berkulit hitam melambaikan tangannya pada Aksep, dia adalah Selamat, remaja laki-laki yang terkenal karena kebiasaan kesiangannya, sekaligus anak dari salah seorang satpam di sekolahnya.

Rumah boleh dekat, tapi datang sering terlambat. Itu lah gambaran Selamat.

Aksep terkekeh, kemudian balas berteriak, "Buka!"

"Sip, kumpul lah kita," ujar Selamat, menghampiri gerbang, dan meninggalkan segerombol remaja laki-laki yang sama kesiangannya.

"Enggak ada yang jaga?" tanya Aksep saat Selamat membuka gembok besar dengan kunci cadangan yang dia punya

Anak satpam mah beda.

"Ada," jawab Selamat seadanya.

Tanpa berniat menjelaskan, Aksep berjalan mendahului Puspita.

"Siapa hari ini yang jaga?" tanya Aksep pada Selamat yang berjalan di sampingnya.

"Kesiswaan, biasa."

"Pak Muhet?"

"Ya, iya!" jawab Selamat mulai menunjukkan tabiat aslinya.

Keduanya pun berjalan menghampiri barisan para murid kesiangan.

Aksep sempatkan unjuk gigi pada pak Muhet yang tengah mengetes kemampuan muridnya. Pria bertubuh tambun itu tengah menatap ke arahnya. Tidak, bukan padanya, lebih tepatnya pada seseorang yang berjalan di belakang Aksep ... Puspita.

"Pak, saya bareng Puspita," lapor Aksep dengan tengilnya merangkul Puspita.

"Saya punya mata."

Aksep cengengesan mendengarnya.

Parah ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang